BANDUNG, KOMPAS.com - Soni Mulyana (40) duduk di bangku deretan paling belakang.
Tak berapa lama, seorang petugas menghampiri Soni dengan formulir di tangannya.
Petugas yang berkaus hitam itu kemudian membantu Soni mengisi formulir donor darah.
Selang beberapa menit, nama Soni dipanggil untuk menyumbangkan darahnya di Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad), Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
"Saya rutin jadi donor darah sejak 2016, karena jadi donor darah itu enak ke badan," kata Soni kepada Kompas.com, Selasa (15/2/2022).
Baca juga: Kisah CEO Tunanetra: Dulu Diremehkan Orang, Kini Perusahaannya Bernilai Nyaris Rp 1 Triliun
Soni yang merupakan disabilitas tunanetra ini mengaku tidak ada persiapan khusus.
Hal yang penting hanya istirahat yang cukup dan menjaga kesehatan.
Soni mengatakan, kapan pun ada kesempatan untuk jadi donor, ia akan menyumbangkan darahnya.
Meskipun dalam keadaan sulit, selama bisa membantu orang banyak, dia akan turun tangan untuk membantu.
"Karena saya yakin, darah yang saya sumbangkan bisa membantu orang yang membutuhkan. Selain donor, saya juga mengajarkan membaca Al Quran braile secara gratis," tutur dia.
Baca juga: Cafe Deaf Nunukan, Panggung Setara untuk Kaum Disabilitas di Perbatasan RI–Malaysia
Selama pandemi, mengajarkan baca Al Quran braile dilakukan secara online.
Dengan mengajar, terkadang ia lupa bahwa dirinya sedang kesulitan.
Soni mengatakan, tidak mudah bagi disabilitas tunanetra seperti dirinya bertahan di tengah impitan ekonomi, karena pandemi Covid-19.
Ia mengingat bagaimana saat virus corona ini pertama kali melanda Indonesia. Dua bulan pertama, ia memilih pulang kampung ke Tasikmalaya.
Sebelum pandemi, Soni bekerja sebagai terapis pijat.