Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Alun-alun Kota Bandung, Tempat Sakral Kerajaan hingga Pohon Beringin Jadi Simbol Ratu Belanda

Kompas.com - 27/02/2022, 12:42 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Alun-alun adalah salah satu elemen dari Kota Bandung yang menjadi ruang publik yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.

Alun-alun adalah sepetak lapangan luas yang biasanya terletak di depan sebuah pendopo atau keraton di masa kerajaan.

Di masalah lalu, penduduk setempat meyakini jika alun-alun memiliki kesan yang magis yakni dengan pohon beringin yang ditanam di tengah atau di setiap sisi alun-alun.

Selain itu, alun-alun memiliki kesan menakutkan karena pada masanya sering digunakan untukkegiataan formal "kenegaraan", termasuk pelaksanaan hukuman bagi pelaku kriminal.

Baca juga: 15 Tempat Kuliner di Jalan Braga Bandung, Banyak yang Legendaris

Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Miftahul Falah, Agusmanon Yuniadi, dan Rina Adyawardhina melakukan penelitian mengenai “Pergeseran Makna Filosofis Alun-Alun Kota Bandung pada Abad XIX-Abad XXI”.

Kota Bandung sendiri diresmikan oleh Daendels sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.

Dalam penelitian tersebut disebutkan jika Alun-alun Kota Bandung dibangun berdasarkan prinsip kosmologi yang merupakan wujud dari tata ruang kota.

Baca juga: Sejarah Braga Jalan Legendaris di Kota Bandung, Dulu Akses Menuju Gudang Kopi

Alun-alun Bandung saat masa kerajaan

Foto Bioskop Majestic dan rumah di Jalan Braga tahun 1938Universitas Leiden Foto Bioskop Majestic dan rumah di Jalan Braga tahun 1938
Dalam jurnalnya Miftahul menulis jika alun-alun tak hanya sekedar sepetak lapangan luas yang terbuka yang biasa disebut taman kota.

Namun alun-alun adalah salah satu bagian dari tata ruang kota tradisional.

“Pada masa kerajaan, alun-alun merupakan batas antara wilayah sakral yakni keraton atau pendopo dan wilayah profan. Alun-alun menjadi tempat di mana kekuasaan raja terpancar ke seluruh negeri atau kabupaten,” tulis Miftahul.

Kala itu alun-alun juga digunakan rakyat sebagai tempat menghadap ke raja untuk menyampaikan pesan.

Baca juga: 6 Tempat Wisata Dekat Stasiun Bandung, Bisa Jalan-jalan di Braga

Menurut penelitian, selain kedudukan raja sebagai penguasa dunia, kedudukan raja juga sebagai pemimpin tertinggi keagamaan.

“Penegasan itu disimbolisasikan dengan dipusatkannya kegiatan ritual keagamaan penting di alun-alun dan keberadaan masjid di sebelah barat alun-alun menjadi simbol kekuasaan raja atau budaya di bidang keagamaan,” jelas Miftahul pada penelitiannya.

Alun-alun Bandung secara kosmologis menjadi batas antara wilayah sakral dan profan. Letak kosmologis Alun-alun Bandung berada di tengah-tengah antara pendopo dan gunung tangkuban perahu.

Pada saat Alun-alun Bandung dibangun, tata ruang Kota Bandung saat itu menyesuaikan dengan pendopo yang sebagai mikrokosmos.

Baca juga: 5 Tempat Sarapan di Jalan Braga Bandung, Makan Bubur Ayam dan Ngopi Pagi

Pendopo berada di selatan alun-alun dan gunung tangkuban perahu sebagai makrokosmos atau mahamerunya masyarakat bandung di sisi utara.

Selain itu sisi barat Alun-alun Kota Bandung terdapat masjid agung.

Alun-alun Bandung memiliki perbedaan dengan alun-alun yang ada di Kota Yogyakarta dan Surakarta.

Di kedua kota tersebut terdapat dua alun-alun di sisi utara dan selatan sehingga mengapit keraton. Ini menunjukkan keberadaan alun-alun pada masa Majapahit.

“Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat politik dari dua kerajaan, yakni Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Sementara itu, Kota Bandung merupakan pusat politik Kabupaten Bandung sehingga tidak memiliki kesejajaran dengan kerajaan atau kesultanan,” tulis Miftahul.

Baca juga: Demi Dapat Bantuan, Warga Braga Bandung Pasrah Gang Apandi Ditutup

Halaman:
Sumber
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com