TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perikanan (Dispernakan) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, segera meminta pengetatan untuk pengecekan sapi konsumsi yang masuk lewat Pos Perbatasan Kesehatan Hewan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sebab, selama ini sebagian besar pasokan sapi konsumsi di semua pasar wilayah Tasikmalaya berasal di beberapa daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Hal ini sebagai langkah pencegahan adanya penyakit sapi lumpy skin disease yang saat ini merebak di Indragiri, Riau dan telah menyerang 242 ekor sapi.
Baca juga: Sejak Februari, 242 Ekor Sapi di Riau Ditemukan Terkena Penyakit Lumpy Skin Disease
"Ini baru kewaspadaan dan pencegahan. Kita minta perketat SKKH (Surat Keterangan Kesehatan Hewan) sapi yang masuk dari Jateng dan Jatim ke Jabar lewat pos perbatasan. Di kita pos perbatasan berlokasi di Kota Banjar, Jabar," jelas Kepala Seksi Kesehatan Hewan (Keswan) Dispernakan Kota Tasikmalaya, Aceu Siti Maemunah kepada wartawan, Kamis (10/3/2022).
Aceu berharap lumpy skin disease tidak masuk dan menyerang sapi di wilayahnya. Pasalnya, dari hasil studi menunjukkan bahwa sapi yang terpapar lumpy skin disease tidak layak dikonsumsi manusia.
Oleh sebab itu, pihaknya terus koordinasi selama ini dengan para dinas terkait yang memasok sapi-sapinya ke wilayah Tasikmalaya.
"Janganlah, jangan sampai (lumpy skin disease masuk), ini sedang dibahas kewaspadaan ini. Kalau saat ini hanya secara normatif dan normal saja SKKH karena tak bisa lewat dari cek poin. Paling tidak sudah ada keterangan, sudah dicek di dinas setempat. Misal keluarnya dari Bandung, tempat asalnya dari Bandung. Pasokan ke Tasikmalaya paling banyak dari Jateng dan Jatim," tambah Aceu.
Aceu pun mengimbau kepada masyarakat untuk membeli daging sapi dari kios resmi yang selama ini dipasok lewat jalur pengawasan dinas.
Dia pun memberi tips memilih daging segar. Sebagai contoh, daging sapi yang dikerubungi lalat menunjukkan bahwa daging masih segar. Harus menjadi kecurigaan jika tidak ada lalat yang mendekati daging.
"Masyarakat sudah pintar, terkecuali adanya kecurangan dari penjual pencampuran daging. Disarankan di los daging yang menerapkan higienis. Sebetulnya daging ada lalat itu segar, karena kalau tidak harus curiga," pungkasnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. drh. Wasito, Ph.D menyebutkan, lumpy skin disease atau penyakit kulit benjol pada sapi dan kerbau tidak menular ke manusia.
Namun, daging sapi yang terinfeksi virus Capripoxvirus dan menyebabkan lumpy skin disease, tidak layak untuk dikonsumsi.
"Tidak bersifat zoonosis (penularan penyakit dari hewan ke manusia). Penularan terjadi terutama pada sapi lain dan kerbau," ujar Wasito dalam keterangan tertulis Humas UGM, Rabu (9/03/2022).
Wasito menyampaikan pemilik peternakan sapi dan kerbau yang mendapati ternaknya terinfeksi LSD agar mendisinfeksi kandang.
Baca juga: Jejak Kaki Harimau Sumatera Ditemukan di Mukomuko Bengkulu, Usai Seekor Sapi Mati
Kemudian sapi yang sudah terinfeksi, disarankan untuk dipisahkan dengan yang lainnya atau diisolasi.
"Sapi yang sakit segera di-stamping out dan sapi tersebut dagingnya tidak layak untuk konsumsi," tegasnya.
Menurut Wasito, daging tidak layak konsumsi ini menurut Wasito disebabkan sapi yang terkena LSD kekurangan nutrisi protein terutama asam amino yang sebelumnya digunakan untuk replikasi virus.
Catatan Redaksi: Artikel ini telah mengalami penyuntingan judul pada Jumat (11/3/2022) untuk menyesuaikan fakta di lapangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.