Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aksi Perang Sarung Marak di Cianjur Selama Ramadhan, Kapolsek: Ada yang Diisi Batu

Kompas.com - 14/04/2022, 17:35 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Aksi perang sarung kembali marak di wilayah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, sejak awal Ramadhan.

Jajaran Kepolisian Sektor Cianjur Kota sendiri telah membubarkan sedikitnya lima aksi perang sarung dalam sepekan terakhir.

Sejumlah barang bukti berupa sarung yang telah dimodifikasi, dan satu unit sepeda motor tanpa surat turut diamankan.

Baca juga: Pelajar Tewas Usai Terlibat Perang Sarung di Tegal, Polisi Tetapkan 2 Tersangka

Kapolsek Cianjur Kota Kompol Ahmad Suprijatna mengatakan, rentetan aksi perang sarung tersebut berhasil dicegah sebelum meluas dan jatuh korban.

“Para pelaku kebanyakan di bawah umur sehingga kita serahkan ke orangtua mereka masing-masing untuk dibina,” kata Ahmad kepada Kompas.com, Rabu (13/4/2022).

Ahmad menjelaskan, perang sarung awalnya dianggap sebagai tradisi. Namun saat ini fungsinya justru menjurus ke tawuran.

Pasalnya, sarung yang dipakai telah dimodifikasi, dan beberapa di antaranya sangat membahayakan. Sebagai contoh, ada sarung yang dibentuk mirip pecut atau cemeti, ada juga yang sarungnya diikat kemudian diisi batu.

“Kita amankan beberapa (sarung) sebagai barang bukti karena bisa mencelakai,” ujar dia.

Dia menambahkan, pelaku perang sarung kerap melakukan aksinya pada pukul 1.00 sampai 2.00 WIB dini hari.

“Pola waktunya sekarang berubah. Kalau dulu selepas subuh, sekarang mereka melakukannya kisaran jam 1-2 malam. Ada lima titik yang kita antisipasi, di antaranya Sasak, Kaum, dan Cikaret,” kata Ahmad.

Untuk mencegah aksi perang sarung berlanjut, jajaran Polsek Cianjur gencar melakukan patroli setiap malam.

Baca juga: Marak Perang Sarung, Polres Magelang Tingkatkan Patroli Malam

Ahmad juga mengajak masyarakat turut aktif mencegah “tradisi” ini untuk menghindari jatuhnya korban.

“Tentunya kita harapkan peran aktif dari masyarakat ya, mulai dari tingkat keluarga, RT, RW. Tolong lingkungannya dperhatikan, kalau ada gejala kumpul-kumpul, segera antispasi," ujar Ahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com