Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Stagflasi, Pengamat Ekonomi Desak Pemprov Jabar Segera Kendalikan Harga Komoditas

Kompas.com - 18/07/2022, 07:46 WIB
Dendi Ramdhani,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Pengamat ekonomi Universitas Pasundan Acuviarta Kartabi mendesak Pemprov Jabar segera mengambil kebijakan untuk mengantisipasi stagflasi.

Acu mengatakan, pengendalian harga pangan menjadi kunci untuk menjaga produktivitas daya beli masyarakat tetap terjaga.

"Stagflasi itu di tingkat lokal atau regional di Jabar urgensinya adalah bagaimana menekan kenaikan harga komoditas yang ada dalam rentang kendali kita misalnya komoditas pangan atau bahan pokok," kata Acu saat dihubungi via telepon seluler, Jumat (15/7/2022).

Baca juga: Pengendalian Harga Pangan di Karawang Terkendala Pasokan, Pemprov Jabar Ingatkan soal Stagflasi

Dalam skala nasional, Acu mengamati sejauh ini pemerintah lambat merespons situasi ekonomi hingga menyebabkan naiknya harga pangan.

"lambat merespons. Masa harga cabai, telur, daging ayam kita gak bisa kendalikan. Jangankan itu, minyak goreng saja yang harusnya bisa kita kendalikan ternyata gak bisa. Ini kan sangat lucu," tutur Acu.

Menurut Acu, kondisi stagflasi sangat berbahaya lantaran membuka peluang meningkatnya jumlah warga miskin hingga pemutusan hubungan kerja. Semua implikasi itu, lanjut Acu, dipicu harga pangan tinggi yang membuat daya beli masyarakat menurun.

"Saya kira sangat urgent kalau inflasi terus meningkat maka bank central akan menaikan suku bunga BI maksudnya. Maka kredit seret, kalau kredit seret maka orang akan kekurangan daya beli, akan ada masalah lagi di sektor keuangan, ekonomi rumah tangga. Kalau ekonomi tertekan penggunaan sumber daya juga tertekan. Implikasinya PHK, peningkatan orang miskin dan lainnya," papar Acu.

Baca juga: Antisipasi Bahaya Stagflasi, Wagub Jabar Minta Bupati Wali Kota Tingkatkan Produksi Pangan

Karena itu, Acu pun menyarankan Pemprov Jabar untuk segera mengambil kebijakan untuk mengendalikan harga pangan. Bisa dengan cara operasi pasar murah, atau menjalin kemitraan dengan daerah lain untuk mendapat suplai atau memasok komoditas pangan.

"Dalam jangka pendek segera harus melakukan kebijakan yang mendorong terjadinya penurunan harga komoditas baik itu kerja sama antardaerah dan melakukan operasi pasar, memfungsikan dinas atau BUMD yang bisa kita intervensi."

"Sambil mengusulkan kepada pemerintah pusat untuk mengendalikan komoditas yang diatur pusat lebih hati-hati seperti listrik, BBM, jangan sampai latah memicu inflasi," ungkap Acu.

Baca juga: Guru Besar Unpad Sebut Stagflasi Tak Bisa Dihindari, Jika Ekonomi Jabar Terpuruk Dampaknya Terasa di Nasional

Ia menilai Jabar bisa menghindari stagflasi jika bisa memaksimalkan pasar domestik. Apalagi Jabar merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

"Jawa Barat itu punya pasar domestik yang besar dengan 48 juta penduduk. Karena berdasarkan sejarah Jabar selalu selamat dari beberapa krisis, 1998, 2008 dan pandemi. Pasar domestik kita bisa menyerap barang produksi kita dengan catatan harganya harus stabil. Itulah upaya konstruksi makro ekonomi untuk mengantisipasi stagflasi," jelas Acu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Bandung
Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Bandung
Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Bandung
2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Bandung
Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Bandung
Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Bandung
Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Bandung
Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Bandung
Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bandung
Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Bandung
Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Bandung
Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bandung
BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

Bandung
Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bandung
4 Bulan di 2024, Pasien DBD Kabupaten Kuningan Naik Lebihi Tahun 2023

4 Bulan di 2024, Pasien DBD Kabupaten Kuningan Naik Lebihi Tahun 2023

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com