BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Sayup-sayup suara adzan Dzuhur berkumandang di langit Bandung Barat. Saat itu pula, matahari berada tepat di atas ubun-ubun ratusan pemulung di TPA Sarimukti, Bandung Barat, Jawa Barat.
Keringat jagung dari wajah Ipin (45) mulai mengucur. Seketika lengan kirinya membasuh dengan hati-hati. Waktunya istirahat setelah setengah hari bergumul di tengah gunungan sampah.
Ipin bersama ratusan pemulung di TPA Sarimukti menggantungkan ekonomi mereka pada sampah yang dibuang dari wilayah Bandung Raya.
Baca juga: Antre Buang Sampah ke TPA Sarimukti Mulai Lancar, Jalan Ambles Dipasang Beton
"Setiap hari ya begini mengumpulkan plastik bekas, kaleng bekas, botol bekas, buat dijual lagi. Kalau ada truk (sampah) datang, kita langsung serbu mencari sampah-sampah yang laku dijual," kata Ipin saat ditemui di area gunungan sampah TPA Sarimukti, Selasa (17/1/2023).
Obrolan bersama Ipin berlanjut di sebuah warung yang terletak di tengah area gunungan sampah.
Warung-warung yang berbentuk saung yang dibangun menggunakan barang-barang bekas itu menjajakan jajanan seperti gorengan dan kopi yang biasa digunakan untuk berteduh oleh para pemulung.
Meski berada di tengah gunungan sampah, para pemulung ini tampak asyik menikmati seduhan kopi dan gorengan. Seakan tak peduli dengan bau tak sedap atau lalat liar yang beterbangan di sekitarnya.
Saat istirahat, Ipin sengaja meninggalkan karung yang sudah berisi botol dan kaleng bekas yang dikumpulkannya sejak pagi. Sama seperti kemarin, karung yang ia kumpulkan belum juga penuh seperti hari-hari biasanya.
Ipin selaku tulang punggung keluarga yang menggantungkan ekonominya kepada sampah masyarakat Bandung Raya merasakan betul dampak dari melambatnya pengangkutan sampah sejak beberapa pekan ini.
"Sehari kalau kondisinya normal paling besar bisa dapat Rp 100 ribu. Tapi karena ada kondisi seperti ini paling gede bawa pulang Rp 50 ribu juga sudah alhamdulilah," keluhnya.
Bisa dibilang, Ipin adalah pemulung senior di TPA Sarimukti. Ia bahkan sudah menafkahi dan menyekolahkan anaknya dari uang hasil mengumpulkan barang bekas sejak 15 tahun lebih.
Ia sengaja merantau dengan meninggalkan istri dan anak di kampung halamannya di Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat.
"Saya bekerja begini udah lama, bahkan dari tahun 2007. Dari belum ada gunungan sampai TPA Sarimukti seluas ini," ucapnya.
Luasan area sampah di TPA Sarimukti dari tahun ke tahun semakin bertambah, saat ini area sampah mencapai 25 hektare. Bahkan luasan ini akan ditambah 10 hektare lagi demi bisa menampung sampah dari 4 daerah di Bandung Raya.
Ipin seakan menjadi saksi perubahan TPA dari tahun ke tahun, hingga penggusuran ratusan saung pemulung pun ia rasakan lantaran kapasitas lahan TPA Sarimukti terancam menipis.
Baca juga: Alat Berat di TPA Sarimukti Rusak Jadi Penyebab Sampah Menumpuk di Bandung Raya
"Dulu saya tinggal dan tidur di area TPA. Tapi bulan Desember kemarin semua pemulung yang pada tidur di area TPA diminta pindah. Katanya lahannya mau digunakan untuk jalur menuju zona pembuangan sampah lagi," tuturnya.
Meski berbagai dinamika yang sempat ia alami, harapnya hanya satu. TPA Sarimukti segera pulih agar pengangkutan sampah lancar dan para pemulung tetap hidup.
"Soalnya mau hidup dari mana lagi kita kalau gak ada sampah. Semoga hambatannya cepat diselesaikan," harapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.