CIAMIS, KOMPAS.com - Pesantren Raudhatul Irfan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meraih dua penghargaan pada program Apresiasi Ulama dan Pesantren Juara yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat awal 2023.
Ada tiga indikator dalam penilaian program Apresiasi Ulama dan Pesantren Juara. Yakni inovatif, inspiratif, dan kreatif.
Pimpinan Ponpes Raudhatul Irfan, Ustad Irfan Soleh mengatakan, kreativitas dan inovasi yang diajukannya pada kompetisi Ulama Juara adalah kitab kuning terjemah Sunda, Indonesia, dan Inggris. Terjemah kitab kuning itu, diberi nama Kitab Kuning Metode Irfani.
Baca juga: Karut-marut Program Petani Milenial Jabar, Mau Untung Malah Buntung
"Saat ini sudah ada beberapa kitab yang kami terjemahkan ke dalam bahasa Inggris yaitu kitab Safinah Metode Irfani, Riyadhul Badi'ah Metode Irfani, Tijan Darori Metode Irfani, Tafsir Jalalain Juz 2 dan Juz 3," jelas Ustad Irfan Soleh melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Rabu (2/3/2023).
Rencananya, sambung Irfan, pihaknya akan menerjemahkan semua kitab kuning yang dipelajari di Pesantren Raudhatul Irfan pada jenjang ibtida dan tsanawi.
Selain itu, pihaknya memperlihatkan manuskrip yang diberi nama sebagai Mind Mapping Kitab Kuning. Mind mapping ini menyajikan muatan kitab kuning dalam bentuk skema agar mudah dipahami santri.
Baca juga: Jadi Selingkuhan Kompol D, Nur Penumpang Audi A6 Harus Diperiksa Ulang karena Keterangan Palsu
"Manuskrip mind mapping kitab kuning yang sudah jadi yaitu kitab fathul qorib dan on progress kitab Fathul Mu'in dan Alfiyah ibn Malik," ucap Irfan.
Lebih lanjut, dia menjelaskan alasan menerjemahkan kitab kuning ke dalam bahasa inggris karena pesantrennya mempunyai sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas islam terpadu (SMPIT dan SMAIT) Irfani Quranicpreneur Bilingual School.
Sebagai sekolah bilingual, tentunya buku dan kitab yang dipakai para siswa harus bilingual.
"Ide itu semakin kuat setelah kami lolos program English For Ulama yang juga diselenggarakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Ada kebutuhan 'pasokan' da'i yang tidak hanya bisa membaca kitab kuning namun juga bisa mendakwahkannya dalam bahasa asing ke berbagai belahan dunia," jelasnya.
Irfan menambahkan, ciri khas pesantrennya adalah Quranic Entrepreneurship. Para santri mempelajari cara membaca Alquran, juga memahaminya dengan mempelajari tafsir, hadits dan beragam kitab kuning.
Kemudian dalam sisi Entrepreneurshipnya, pihak pesantren mengajarkan para santri untuk berupaya menyelesaikan permasalahan di masyarakat.
Salah satu masalah yang terus diupayakan solusinya adalah masalah limbah penggilingan aren.
"Limbah ini kemudian kami jadikan media jamur merang. Jamur tersebut kami jual tidak hanya yang mentahan namun juga kalengan siap saji," jelas Ustad Irfan.
Setelah tidak lagi dipakai sebagai media jamur merang, limbah aren itu kemudian diolah menjadi pupuk organik.