Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjajal Warkop Terkenal di Bandung "Imah Babaturan", Menu, Jam Buka, hingga Fasilitas

Kompas.com - 10/02/2023, 12:56 WIB
Reni Susanti

Editor

BANDUNG, KOMPAS.com - Buat warga Bandung yang senang nongkrong, nama Imah Babaturan tentu tak asing lagi.

Terletak di Jalan Kebon Bibit No 3 Tamansari, Kota Bandung, warkop ini kerap diserbu pembeli sejak pukul 07.00 WIB. Ada yang habis berolahraga bersama teman dan keluarga, meeting, atau bahkan sengaja berkunjung sendiri.

Tempat ini menjadi favorit bagi sebagian orang karena konsepnya tidak seperti warkop biasa.

Baca juga: Mengintip Babah Kuya, Toko Jamu Legendaris di Bandung, Berdiri Sejak 1838

Di warung kopi, biasanya hanya menjual minuman dan makanan ringan seperti mie atau gorengan. Namun di warkop yang berdiri sejak 2015 ini, menjual menu makanan berat.

Muhammad Nurul Hudha, owner Imah Babaturan menceritakan filosofi singkat dari nama warkop miliknya.

"Jika berfilosofi, Imah Babaturan itu artinya rumah teman. Kalau ingat zaman sekolah dulu main ke rumah teman itu, ibunya masak apa saja kok terasa enak. Jadi kita ingin buat suasana yang hangat di sini. Orang datang ke tempat makan yang baru, tapi rasanya tidak asing, seperti ke rumah teman sendiri," papar Hudha.

Baca juga: Stopan Kircon Bandung Dijuluki Lampu Merah Terlama di Indonesia, Dishub Bongkar Penyebabnya

Fasilitas

Salah satu hal menarik dari Imah Babaturan, salah satunya ada pada furniturnya. Semua tampak sederhana. Mulai dari alat masak, alat makan, dan tempat duduk.

Ternyata, menurut cerita sang pemilik, kursi dan meja tersebut diperoleh dari sebuah madrasah.

"Ada madrasah yang mau jual bangku-bangkunya. Kebetulan karena saat itu budget kita masih minim, belum bisa beli furnitur di IKEA. Jadi ya beli dari madrasah saja," ujar Anggia Bonyta, istri Hudha yang juga merupakan owner Imah Babaturan.

Keunikan lain dari Imah Babaturan adalah, pengunjung memesan makan terlebih dahulu dan langsung membayar. Setelah itu bisa duduk di tempat yang diinginkan. Konsep ini berbeda dengan warkop biasanya.

Delapan tahun berdiri, Imah Babaturan telah mempekerjakan 20 orang karyawan. Ini pun menjadi hal unik dari Imah Babaturan. Tak seperti waiters di tempat makan lain, penampilan karyawan di sini tergolong nyentrik.

Hudha menuturkan, jika ia dan istrinya tak pernah melihat background para karyawannya. Utamanya hanya dua, jujur dan mau bekerja keras.

"Teman-teman yang membantu kita ini dulunya rada badung. Kebanyakan anak jalanan, tidak sekolah, anak band yang badung. Ketika kita menerima mereka di sini, syaratnya memang cuma dua: mau kerja dan jujur," ungkapnya.

"Kalau sengaja di konsep seperti ini sih tidak. Mungkin memang belum banyak tempat yang bisa menerima anak-anak seperti ini, sehingga mereka kesulitan untuk bekerja. Kami salah satunya yang bisa menerima mereka apa adanya," imbuhnya.

Menu

Tak ada menu andalan di sini karena semua menu merupakan favorit dari konsumen. Namun, Hudha mengatakan, menu paling 'tua' di sini adalah tongseng kambing dan gulai kambing tulangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com