BANDUNG, KOMPAS.com - Badan Geologi telah melakukan penyelidikan terhadap fenomena semburan gas disertai api di Rest Area 86 B Tol Cipali, Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Dari hasil pengamatan lapangan, semburan gas yang terbakar menghasilkan api setinggi 12 meter. Tim juga melihat adanya zona bright spot yang mengandung gas dan berpotensi menyemburkan gas apabila kestabilan batuan penutupnya terganggu, baik oleh faktor alami atau aktivitas manusia.
"Formasi cisubuh dan formasi di bawahnya memiliki potensi besar mengandung gas biogenik maupun termogenik terlihat dari bright spot pada penampang seismik," kata Penyelidik Bumi Muda pada Badan Geologi, Iwan Sukma Gumilar, dalam keterangannya, Kamis (27/4/2023).
Baca juga: Cari Penyebab Semburan Api di Rest Area 86 Tol Cipali, Polisi Koordinasi dengan ESDM
Tim Geologi juga menyimpulkan bahwa terdapat struktur antiklin berarah barat–timur yang tererosi pada puncaknya dengan formasi penutup berumur kuarter yang tipis (200 meter) sehingga memiliki potensi gas yang lepas ke permukaan, baik akibat aktivitas alami maupun manusia.
"Semburan gas pada lokasi Rest Area KM 86B kemungkinan besar berasal dari gas biogenik formasi cisubuh berumur Pliocene-Pleistocene," ucapnya.
Baca juga: Semburan Api Belum Padam, Rest Area Km 86B Cipali Masih Ditutup
Karenanya, Iwan menyarankan agar dilakukan pengambilan sampel gas untuk menentukan karakterisitik gas tersebut, apakah biogenik, termogenik atau campuran keduanya.
"Dari karakteristik tersebut dapat ditentukan sumber gasnya, baik berupa kantong gas dangkal yang bersifat biogenik atau gas dalam termogenik yang terakumulasi dan tercebak di bawah antiklin Km 88B," ucapnya.
Menurut Iwan, hal ini perlu dilakukan mengingat durasi dan besarnya semburan gas. Butuh penanganan serta antisipasi terhadap risiko yang mungkin ditimbulkan di kemudian hari.
Sementara itu, Iwan mengatakan, tim dari Badan Geologi mengalami kesulitan saat mencoba mengambil sampel gas yang rencananya akan dilakukan pengujian di laboratorium. Kesulitan itu akibat adanya korban api yang menyertai semburan gas.
Informasi yang dihimpun dari pihak kepolisian, semburan gas tersebut berasal dari sumur bor artesis yang digunakan sebagai sumur air tanah dengan kedalaman 40-100 meter.