Berikut ini kenehan yang telah dirangkum Kompas.com:
1. Iming-iming biaya gratis
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Garut Diah Kurniasari Gunawan mengatakan, para santri yang menjadi korban perkosaan HW ternyata diiming-imingi biaya pesantren hingga sekolah gratis.
Kebanyakan korban berasal dari Garut, Jawa Barat. Mereka datang ke pesantren itu sejak 2016 atau saat masih duduk di bangku SMP.
"Mereka di sana karena gratis. Mereka banyak bertalian saudara dan tetangga juga," jelas Diah kepada wartawan, Kamis (9/12/2021) malam.
2. Guru pesantren hanya 1, pelaku HW
Keanehan lainnya adalah tempat itu disebut sebagai pesantren, tetapi pengajar di pesantren itu hanya pelaku HW saja.
Jika pun ada guru lain yang datang, tidak tentu waktunya dan hanya bersifat guru panggilan, tidak seperti halnya sekolah atau pesantren pada umumnya.
"Sisanya (waktu), mereka masak sendiri, gantian memasak, tidak ada orang lain lagi yang masuk pesantren itu," katanya.
3. Tidak ada ijazah
Diah juga mengaku bingung pada pesantren tersebut karena ada korban yang disebut telah lulus SMP di pesantren itu, tapi ijazahnya tidak ada.
Makanya, P2TPA sempat kesulitan memfasilitasi para korban melanjutkan ke jenjang SMA.
"Ijazahnya ini benar apa enggak, ternyata ada yang sekolah di sana dari SD, ijazah SD enggak ada, ijazah SMP enggak ada, jadi itu harus ikut persamaan," katanya.
4. Orangtua santriwati sumbang kayu dan tenaga bangun pesantren
Keanehan selanjutnya yang ditemukan adalah orangtua santriwati diminta untuk membantu pembangunan pesantren, menyumbang kayu, hingga tenaga dengan menjadi pekerja.
Padahal pelaku menyebar proposal untuk mendapat bantuan hingga bisa membangun pondok pesantren tersebut.
"Tapi mereka tidak tahu anaknya diperlakukan seperti itu oleh para pelaku," kata Diah.
(Penulis Kontributor Garut, Ari Maulana Karang | Editor Aprillia Ika)
https://bandung.kompas.com/read/2021/12/10/154102978/4-kejanggalan-pesantren-tempat-12-santriwati-diperkosa-guru-salah-satunya