Salin Artikel

4 Bulan Dipasang, Kamera Trap di Sanggabuana Rekam Macan Tutul Sekali

KARAWANG, KOMPAS.com - Irfan Hakim mengaku speechless setelah kamera trapnya berhasil merekam macan tutul (Panthera pardus) di Pegunungan Sanggabuana.

Pegunungan ini membentang dari Karawang, Purwakarta, dan perbatasan Cianjur dan Bogor.

"Ini surprise, dan gue speechless pertama lihat macannya terekam kamera. Ini biasanya gue lihat di TV, dilakukan para ilmuwan atau para peneliti, seperti di NatGeo dan Animal Planet. Sekarang gue bisa ikut terlibat langsung di hutan bersama Ranger SCF di Gunung Sanggabuana. Tolong, ini harus dijaga, jangan diburu," ungkap Irfan dalam keterangannya, Selasa (18/1/2021).

Irfan mengakui tidak mudah untuk melakukan pemantauan dan mendata satwa liar langka seperti macan tutul ini di habitat aslinya, beda dengan di Afrika yang memang macannya banyak.

Sehingga menurutnya membutuhkan upaya dan kesabaran.

Irfan Hakim memasang kamera trap ketika ikut dalam tim Sanggabuana Wildlife Expedition.

Video macan tutul ini berasal dari dua kamera trap milik Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) yang dipasang sejak September 2021.

Dari data exif yang tertera di video, macan tutul ini terekam atau melewati kamera trap pada tanggal 22 November 2021 jam 11.21 siang.

Macan tutul tersebut terlihat berjalan membelakangi kamera bergerak menjauh. Sedangkan satu gambar lagi hanya memperlihatkan ekornya saja. Namun tim belum bisa memastikan jenis kelamin dan umur macan tutul ini.

Irfan Hakim mengatakan sebenarnya pemasangan kamera trap bersama Ranger SCF ini dilakukan dari September 2021.

Pada bulan pertama ketika di cek di lapangan, belum ada macan yang berhasil tertangkap kamera trap. Bahkan beberapa kamera sempat dipindahkan ke lokasi lain di Sanggabuana. Baru pada November 2021 satu ekor individu tertangkap kamera.

“Baru direlease sekarang karena kamera memang diem di hutan 4 bulan dan baru diambil sama tim belum lama ini," ujar Irfan.

Irfan bahkan mengaku sempat kesal lantaran sudah sebulan dipasang namun tidak ada yang terekam.

“Awalnya memang sempet kesel sih gue, lama amat satu bulan nggak ada yang kerekam, bulan kedua juga nggak ada, sampai kamera dipindah ketempat lain," kata dia.

Selain macan tutul, satwa lain pun juga terekam kamera trap yang dipasang oleh Irfan Hakim dan Tim Ranger SCF yakni babi hutan, musang, tikus hutan, dan puyuh gonggong.

“Ini membuktikan bahwa ekosistem gunung Sanggabuana masih relatif baik sebagai habitat top predator ini. Dan gue setuju, dan mendukung banget sih kalau Gunung Sanggabuana dijadikan Taman Nasional, supaya ada upaya perlindungan dan pelestarian ” kata Irfan Hakim dalam keterangannya.

Solihin Fuadi, Direktur Executive Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) membenarkan temuan ini. Namun lokasinya berbeda dengan lokasi yang dulu pernah dilakukan upaya serupa.

Pria yang akrab disapa Inong ini mengatakan, pihaknya melibatkan beberapa figur publik dalam pemasangan kamera trap untuk mengedukasi dan membantu menyuarakan tentang Sanggabuana. Terutama dalam perubahan status kawasan Sanggabuana menjadi Taman Nasional.

Bernard T. Wahyu Wiryanta, Leader Tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang juga pembina SCF mengatakan, macan tutul ini adalah hasil monitoring yang sudah dilakukan sejak tahun kemarin.

“Fokus kita adalah mendata biodiversity yang ada di Sanggabuana. Sampai hari ini sudah tercatat 60 jenis burung, 5 ekor primata yang 3 diantaranya endemik jawa, juga puluhan reptil dan mamalia. Top predatornya tentu saja macan tutul untuk di darat dan elang jawa yang menguasai angkasa," ujar Bernard.

Pria berprofesi sebagai fotografer hidupan liar ini menyebutkan hasil pendataan visual flora-fauna kawasan Sanggabuana ini akan dipetakan persebarannya, dicatat koordinatnya, dan akan menjadi bahan pra kajian yang akan diserahkan ke KLHK sebagai dasar untuk perubahan status kawasan jajaran pegunungan Sanggabuana menjadi Taman Nasional.

Bernard mengatakan, pihaknya melibatkan banyak pihak untuk pekerjaan ini. Sebelumnya Kang Dedi Mulyadi terlibat dalam kegiatan di Sanggabuana, ikut masuk hutan dan mengedukasi masyarakat.

"Kali ini sengaja kita ajak Mas Irfan Hakim ke hutan, ikut tim ekspedisi yang memasang kamera trap dan mendata burung. Sepulang dari Sanggabuana, harapannya teman-teman public figure ini bisa membantu kampanye “Sanggabuana Road To National Park” dan menyebarkan pentingnya Sanggabuana untuk kelangsungan ekologi dan kehidupan manusia di sekitarnya," kata Bernard.

Diketahui, akhir tahun 2021 Macan Tutul (Panthera pardus melas) tertangkap kamera trap tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang dipasang bareng Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem.

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/18/142502578/4-bulan-dipasang-kamera-trap-di-sanggabuana-rekam-macan-tutul-sekali

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke