Salin Artikel

10 Fakta Menarik Masyarakat Sunda, dari Pelafalan F Jadi P hingga Mitos Larangan Menikahi Suku Tertentu

KOMPAS.com - Suku Sunda di Jawa Barat adalah suku dengan jumlah dengan populasi terbanyak kedua di Indonesia.

Berdasarkan data SP 2010 BPS, jumlah Suku Sunda mencapai 36.701.670 jiwa atau setara dengan 15,5 persen dari total penduduk Indonesia.

Dengan jumlah tersebut, tak heran kebudayaan Suku Sunda juga cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Terlebih masyarakat Sunda termasuk salah satu etnis yang bangga akan kebudayaan daerahnya.

Dibalik itu, terdapat beberapa fakta menarik dari kebiasaan masyarakat Sunda yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber.

1. Filosofi Soméah Hade ka Sémah

Melansir dari Jurnal Kajian Komunikasi: Nilai-nilai Budaya Soméah pada Perilaku Komunikasi Masyarakat Suku Sunda (2019) karya Dasrun Hidayat dan Hanny Hafiar, filosofi hidup orang Sunda yaitu Soméah Hade ka Sémah yang artinya ramah, bersikap baik, menjaga, menjamu dan membahagiakan setiap orang.

Hal inilah yang menjadi alasan sikap masyarakat Sunda yang selalu ramah kepada siapa saja.

Sikap ini terbawa meski mereka tidak tinggal di daerahnya dan menjadi alasan mengapa masyarakat Sunda mudah diterima di daerah lain.

2. Logat Bicara dengan Dialek yang Khas

Berbicara tentang bahasa, keseharian masyarakat Sunda lekat dengan cara bicaranya yang khas.

Melansir dari laman Kemendikbud, menurut hasil penghitungan dialektometri, isolek Sunda di wilayah Jawa Barat terbagi ke dalam dua dialek.

Dialek tersebut adalah dialek [h] dan dialek non-[h] yang memiliki perbedaan sekitar 60 persen.

Sementara berdasarkan hasil penghitungan dialektometri, bahasa Sunda yang digunakan di Provinsi Jawa Barat dengan bahasa Sunda yang tersebar di Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Lampung, Bengkulu, dan Sulawesi Tenggara memiliki perbedaan dialek yang sangat signifikan.

3. Pelafalan huruf F menjadi P

Masyarakat Sunda juga sering dikenal dengan cara mereka melafalkan huruf F menjadi P.

Meski tidak semua orang Sunda melakukannya, namun ada penjelasan ilmiah terkait kebiasaan ini.

Melansir laman Gramedia, dalam aksara sunda (Kaganga) memang tidak dikenal pengucapan F (Fa) atau V (Va)melainkan hanya P (Pa) saja.

Selama ratusan tahun pelafalan ini menjadi kebiasaan yang sukar diubah sehingga apabila berbincang otomatis pelafalan inilah yang digunakan.

Namun hal ini berubah seiring masuknya pengaruh bahasa baru seperti Bahasa Indonesia, sehingga perlahan masyarakat Sunda bisa menyesuaikan diri.

4. Mitos Dilarang Menikah dengan Orang Jawa

Mitos mengenai larangan pernikahan orang Jawa dan Sunda sudah dipercaya turun-temurun.

Kepercayaan bahwa pernikahan antara orang Sunda dan Jawa dikatakan bakal tidak langgeng, atau bahkan terkena kualat.

Ini tak lepas dari sejarah masa lalu mengenai terjadinya Perang Bubat antara kerajaan Pajajaran dengan kerajaan Majapahit.

Perang terjadi di tengah gagalnya rencana perkawinan politik antara Raja Hayam Wuruk dengan Dyah Pitaloka Citraresmi, putri raja Sunda, Prabu Linggabuana.

Perselisihan ini menjadi pesan turun temurun, walau di kemudian hari keputusan untuk menikah dikembalikan kepada kepercayaan masing-masing.

5. Orang Sunda Gemar Makan Lalapan

Kuliner khas Sunda seperti tak lepas dengan sajian lalapan dari sayuran segar lengkap dengan sambal.

Sajian ini sering ditemukan di berbagai rumah makan khas Sunda sebagai menu yang wajib dihidangkan kepada pelanggan.

Kebiasan memakan lalapan juga sudah dilakukan secara turun temurun karena tanah Sunda yang subur memiliki hasil pertanian yang sangat baik.

6. Memiliki Sifat Humoris

Masyarakat sunda tidak hanya ramah namun juga dikenal dengan gaya komunikasi yang humoris.

Sifat humoris ini juga membuat banyak seniman asal Sunda sukses menjadi komedian dan dikenal masyarakat.

Tidak hanya seniman, beberapa ulama dan pejabat asal Sunda juga dikenal dengan sifatnya yang ramah dan humoris.

Dari segi budaya, Sunda juga dikenal memiliki banyolan dan sisindiran dengan gaya humorisnya.

7. Etos Cageur, Bageur, Bener, Pinter dan Singer

Etos atau watak Cageur, Bageur, Bener, Pinter dan Singer dipercaya masyarakat Sunda sejak lama.

Cageur dimaknai dengan kesehatan lahir dan batin, sementara bageur memiliki arti sikap moral yang baik dan adil.

Bener berarti jujur, kemudian singer berarti teliti, dan yang terakhir adalah pinter atau cerdas.

Kombinasi sikap ini yang membuat masyarakat Sunda bisa hidup sejahtera dan makmur.

8. Tradisi Makan Bersama

Budaya masyarakat Sunda yang hangat juga tercermin dari kebiasaan makan bersama yang dikenal dengan istilah Botram.

Melansir laman Bappeda Cirebon, Botram adalah istilah kata sunda yang merujuk pada tradisi makan bersama.

Acara makan bersama ini bisa dilakukan dengan tujuan kebersamaan dan mengikat tali persaudaraan.

Botram biasanya dilakukan di tempat terbuka sambil lesehan beralaskan tikar atau rumput.

Yang menarik, peserta botram akan membawa lauk-pauk dari rumah masing-masing agar bisa saling bertukar makanan.

9. Pandai Membuat Akronim

Masyarakat Sunda dikenal gemar membuat singkatan-singkatan atau akronim.

Sudaryat, dkk dalam buku Tata Basa Sunda Kiwari (2013) mengenal istilah kecap wancahan yaitu kata yang dibentuk dengan cara memendekkan kata atau kantétan kecap.

Salah satunya kata comro yang berasal dari wancahan tina oncom di jero.

10. Menjunjung Tinggi Budaya

Masyarakat Sunda dikenal sebagai etnis yang sangat menjunjung tinggi budaya.

Hal ini menjadi alasan mengapa kebudayaan Sunda masih eksis dan terjaga hingga saat ini.

Kebudayaan Sunda tidak hanya terpelihara oleh masyarakat Jawa Barat saja.

Masyarakat Sunda yang berada di wilayah lain bahkan di luar negeri juga masih menjaga budaya mereka dan memperkenalkannya dengan masyarakat etnis lain.

Sumber:
jurnal.unpad.ac.id 
bappeda.cirebonkota.go.id 
kompas.com 
gramedia.com 

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/19/160656778/10-fakta-menarik-masyarakat-sunda-dari-pelafalan-f-jadi-p-hingga-mitos

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke