Salin Artikel

Kisah Perjuangan Ilham Nugraha, Anak Sopir Taksi Online Berhasil Kuliah di Universitas Cornell AS

BANDUNG, KOMPAS.com - Sempat bercita-cita menjadi ustaz hingga presiden, kehidupan Ilham Nugraha (23) kecil, berjalan seperti anak-anak dari keluarga menengah ke bawah umumnya di Indonesia.

Setiap hari, Ilham pergi ke SDN Rancaloa. Ia melewati jalanan rumahnya di Gedebage yang sempit, yang hanya bisa dilalui motor.

"Ayah saya tahun 1997 pindah ke Gedebage karena murah. Dulu jalannya sempit banget, kalau sekarang udah besar, sudah dibeton," ujar Ilham menceritakan masa kecilnya kepada Kompas.com melalui WhatsApp Call, Jumat (21/1/2022).

Sama seperti anak kecil lainnya, cita-cita Ilham kerap berubah. Ketika menyadari menjadi presiden sulit, ia menurunkan level cita-citanya menjadi menteri.

Hanya satu cita-cita Ilham yang tidak berubah sampai sekarang. Dia ingin berguna bagi banyak orang, terutama orangtuanya.

Dengan cita-cita itu, Ilham yang sangat suka belajar ini berjuang keras di tengah kehidupan ekonomi keluarganya yang pas-pasan.

Terutama saat sang ayah, Iwan Setiawan, memasuki masa pensiun sopir hotel dan memutuskan menjadi sopir taksi online dengan pendapatan rata-rata Rp 3 juta per bulan.

Kondisi ini membuat Iwan bingung, bagaimana dengan biaya kuliah Ilham yang saat itu baru lulus dari SMAN 12 Bandung.

Mengetahui sang ayah kebingungan, Ilham berkata agar orangtuanya jangan khawatir. Ia akan berjuang untuk mendapatkan beasiswa.

Lika-liku di SBM ITB

Tamat dari SMAN 12 Bandung, tak dinyana Ilham berhasil masuk ke Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) dengan beasiswa Bidikmisi.

Tak cuma bebas biaya pendidikan. Ilham pun mendapatkan uang saku dari pemerintah sebesar Rp 1 juta per bulan selama dua tahun.

Sementara pada tahun ketiga, uang sakunya berkurang menjadi Rp 700.000 per bulan karena perubahan kebijakan.

"Kalau ditanya uangnya cukup, ya dicukup-cukupin," katanya sambil tertawa.

Untuk mendapatkan dana tambahan, Ilham menjadi asisten dosen mata kuliah agama. Ia pun membantu sejumlah riset di SBM ITB.

Bahkan ada kalanya ia menumpang makan di aula ITB. Kebetulan ITB kerap mengadakan acara di Aula Timur dan sehabis acara masih banyak makanan sisa.

"Tiap ada acara, (numpang) makan di aula ITB. Sampai kenal sama kepala protokolernya. Saya juga suka memanfaatkan voucher makan IOM (Ikatan Orangtua Mahasiswa) ITB," ucap dia.

Ada kalanya juga ia ditraktir teman-temannya. Mereka biasanya nongkrong, makan-makan, sambil belajar.

Meski kehidupannya sibuk dengan belajar, kuliah, dan mencari uang tambahan, Ilham tetap masih bisa bermain. Namun lagi-lagi selalu ada tangan baik.

Misalnya pada Mei 2018, ia berkesempatan ke Malaysia dengan biaya ditanggung temannya. Kemudian Agustus 2019, Ilham mengaku bisa pergi ke Bali sebagai panitia kegiatan SBM ITB.

"Saya modal buat paspor sama perjalanan ke Jakarta (untuk perjalanan ke Malaysia)," tutur dia.

Selulusnya dari SBM ITB, ia membantu sejumlah riset serta mengembangkan SDG's Center. Ia bersyukur ada di lingkungan yang baik dan tidak membeda-bedakan strata ekonomi.

Saat itu, keinginannya melanjutkan ke luar negeri semakin besar. Ia kemudian mencoba mendapatkan beasiswa S2 dari Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP).

Beasiswa LPDP di Universitas Cornell

Suatu hari di tahun 2021, Ilham mendapatkan kabar baik. Ia diterima kuliah di Public Policy Cornell University, AS.

Ia memilih Amerika karena beberapa alasan. Salah satunya, AS mencatat sejumlah keberhasilan dalam bidang saintis seperti NASA dan Tesla.

Begitu kuliah di AS, Ilham harus beradaptasi kembali. Di AS, kendaraan umum tidak bisa diandalkan, sehingga mobil menjadi andalan.

Untuk urusan kendaraan ini, ia sangat terbantu oleh teman-teman internasionalnya.

"Selain itu, orang-orang di AS to the point dan egaliter," kata Ilham.

Untuk menghemat uang, ia memasak sendiri. Sehingga uang LPDP dan dana tambahan sebagai asisten riset di Universitas Cornell bisa ditabung.

Salah satu impiannya saat ini adalah menerbangkan orangtua dan adiknya ke AS pada 2023 untuk menghadiri wisudanya. Ia yakin bisa mewujudkan mimpinya tersebut.

Pesan Ilham untuk anak Indonesia

Kepada anak-anak Indonesia yang tengah berjuang mencapai mimpinya, ia berpesan, dari manapun dan apapun latar belakangmu, setiap orang punya peran. Fokuslah berkarya di bidang masing-masing.

Untuk orangtua, anak pertama dari dua bersaudara ini mengucapkan terima kasih atas bimbingannya. Ia selalu belajar terkait pelayanan dan kerja keras dari ayahnya.

Bagaimana ayahnya selalu bekerja dari pagi hingga malam buta. Bahkan harus membawa kunci pagar RW sendiri karena pulang larut.

Ilham pun belajar tentang pemikiran kritis dari sang ibu.

"Dulu saat kecil, diajak nonton misa di Vatikan sama ibu. Ibu cerita bagaimana keberagaman itu," tutur dia.

Ketika ditanya apa yang dilakukan saat lulus dari Cornell, Ilham menjawab kembali ke ITB atau melanjutkan S3 dengan jurusan yang sama.

https://bandung.kompas.com/read/2022/01/21/142710878/kisah-perjuangan-ilham-nugraha-anak-sopir-taksi-online-berhasil-kuliah-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke