Salin Artikel

Mengenal Ponpes Miftahul Khoirot Karawang yang Terbakar, Didirikan sejak Tahun 1932

Api pertama kali diduga muncul dari kipas angin yang rusak dan percikannya menyambar kasur.

Hingga akhirnya api merambat membakar sebagian banguan lantai dua yang terbuat dari kayu.

Saat kebakaran terjadi, para santri sedang tidur siang. Para korban terjebak dalam kamar karena tak bisa keluar saat api membesar di pintu keluar.

Dibangun sejak 1932

Pesantren yang berada di Desa Mangungjaya, Kecamatan Cilamanya Kulon, Kabupaten Karawang itu dikenal sebagai pesantren tahfiz pertama di Karawang.

Pesantren tersebut dibangun pertama kali oleh Kyai Haji Zarkasih pada tahun 1932.

Sang Kyai kemudian mencari ilmu ke ke Syekh Tubagus Ahmad Bakri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mama Sempur di Purwakarta.

Setelah belajar dari Mama Sempur, Kiai Haji Zarkasih mendirikan Pesantren Pusaka.

Abdul Muhaimin (31), pengurus pesantren bercerita kala itu pesantran diikuti oleh bapak-bapak.

Namun dengan berjalannya waktu banyak anak-anak yang ikut mengaji.

"Awalnya hanya pengajian bapak -bapak. Kemudian lama - lama anak-anak juga ikut ngaji. Santri kalong istilahnya," kata Muhaimin.

Sang Kyai kemudian menikahkan anak perempuannya dengan penghapal Al-Quran, Kai Haji Muhtadin Al Hafiz.

Sang menantu kemudian meneruskan Pesantren Pusaka dan menggantinya dengan nama Pesantren Miftahul Khoirot.

Pesantren tersebut pun kini dikenal dengan menghasilkan para santri penghapal Al-Quran. Jumlah santri pun terus bertambah hingga 600 orang.

Para santri adalah anak-anak yang terbagi menjadi 400 santri perempuan dan 200 santri laki-laki.

"Lalu semakin berkembang santrinya dari 100 orang, kemudian bisa mencapai 200 orang lebih," kata Muhaimin.

Ia bercerita sang ayah ingin banyak anak-anak yang mneghapal Al-quran hingga pihak pondok mendirikan madrasah tsanawiyah (MTS) dan madrasah aliyah (MA).

Pesantren tersebut kemudian diurus oleh 14 anak Kiai Haji Agus Muhtadin.

"Seluruh anak abah itu ada 14 orang dan saya anak kesepuluh. Semua anaknya mengurus bagian yang berbeda dan saya untuk mengurus santri yang remaja. Untuk yang menjadi ketua yayasan atau pengasuh itu anak tertua," katanya.

Ia mengaku kebakaran yang menewaskan delapan santrinya menjadi pukulan bagi pesantren. Menurut Muhaimin bagi mereka, para santri seperti anaknya sendiri.

"Para santri itu seperti anak - anak kami sendiri," ujar Abdul.

Sejak kebakaran terjadi, banyak masyarakat hingga kalangan pejabat yang datang ke pondok pesantren untuk menyampaikan bela sungkawa.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Farida Farhan |Editor : Khairina)

https://bandung.kompas.com/read/2022/02/23/143000578/mengenal-ponpes-miftahul-khoirot-karawang-yang-terbakar-didirikan-sejak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke