Salin Artikel

Soal Penyelundupan 1 Ton Sabu, Kriminolog Setuju dengan Kekhawatiran Bupati Pangandaran

Terkait daerah pantainya yang dipakai untuk menyelundupkan narkoba, Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata mengatakan sudah lama memiliki kekhawatiran.

Dengan bentang pantai sepanjang 93 kilometer, ia khawatir perairan Pangandaran dimanfaatkan orang asing maupun pelaku kejahatan, salah satunya pengedar narkoba.

Kekhawatiran semakin besar sejak terdamparnya imigran beberapa waktu lalu.

"Kekhawatiran saya sudah lama, sejak ada pengungsi," katanya.

Sekarang kekhawatirannya terbukti dengan diungkapnya kasus penyelundupan sabu seberat satu ton di Pangandaran yang melibatkan satu warga asing asal Afganistan.

Jeje tidak mengetahui penyelundupan sabu melalui perairan Pangandaran baru kali pertama atau sudah berkali-kali terjadi.

Yang jelas, kata dia, wilayah pantai di Kabupaten Pangandaran tidak terjaga dengan baik.

"Kita tidak tahu wilayah pantai aman atau tidak, tetapi yang pasti pantai kita tidak terjaga dengan baik," kata dia.

Krimonolog ingatkan daerah untuk lebih berhati-hati

Terkait hal tersebut, Yesmil Anwar, kriminolog dari Universitas Padjajaran, Bandung mengaku setuju dengan kekhawatiran yang dirasakan oleh Bupati Pangandaran.

"Kita harus hati-hati dengan orang yang 'terdampar' karena dia bisa langsung berhubungan dengan jaringan di luar," kata Yesmil saat dihubungi Kompas.com pada Kamis (24/3/2022).

Ia mengatakan tak sedikit imigran atau pengungsi yang butuh uang dan pekerjaan.

"Kalau yang dan pekerjaan enggak ada? ya dari pada diam-diam mereka bisa bantu menyelundupkan narkotika," kata dia.

Yesmil memgatakan kekhawatiran Bupati Pangandaran adalah cara berpikir yang sangat sosiologis.

"Dengan banyaknya imigran otomatis ada interaksi dan pemasok berkomunikasi dengan jaringan di luar. Saya tahu banyak penyuka narkotika bukan hanya orang asli Pangandaran. Apalagi Pangandaran menjadi tempat wisata," kata Yesmil.

Menurutnya cara menyembuhkan masalah sosial atau penyakit masyarakat bukan hanya dengan penegakan hukum. Namun bisa dilakukan dari aspek politik, budaya hingga rekayasa sosial.

"Bahkan akademisi yang bisa membantu untuk memetakan," ujar dia.

Menurutnya jaringan internasional sengaja mencari tempat baru untuk menjadi lokasi penyelundupan dan melibatkan warga lokal.

"Kenapa Pangandaran? Karena di wilayah perbatasan Malaysia kan mudah ketahuan, jadi mereka cari tempat yang memungkinan untuk dibobol. Ini menjadi tantangan signifikan bagi penegak hukum kita bahwa pedagang narkotika bisa melakukan apa saja dan menggunakan cara apa saja," kata dia.

Salah satu cara yang digunakan jaringan internasiobal menurut Yesril adalah dengan melibatkan mayarakat lokal.

"Dan ini terlihat dari mereka yang terlibat di kasus 1 ton sabu adalah warga lokal. Karena memang uangnya menggiurkan, " ungkap dia.

Ia mengatakan jaringan penyelundupan sabu di Pangandaran sudah mempersiapkan rencana yang detail.

"Perahunya dari mana? pasti dari jaringan orang Indonesia karena pengirimana ini sangat besar," kata dia.

Namun menurut Yesmil pertanyaan besarnya adalah mengapa kasus penyelundupan tersebut bisa dibongkar.

Ia menduga ada unsur rebutan pasar hingga pembagian hasil yang tidak merata antar pedagang narkoba.

"Ini kan banyak jaringan, ada yang terlihat sukses jadi dibocorkan saja sindikatnya. Kita seharusnya jangan menunggu orang berkelahi dulu baru bertindak. Karena jaringan internasional ya harus diselesikan secara internasional. Kita ada kebijakan ektradisi dan juga interpol," ungkap Yesmil.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Candra Nugraha | Editor : Khairina)

https://bandung.kompas.com/read/2022/03/25/070700778/soal-penyelundupan-1-ton-sabu-kriminolog-setuju-dengan-kekhawatiran-bupati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke