Salin Artikel

Nagreg Siaga PMK, Puskeswan Cicalengka Tunggu Hasil Lab Sapi

BANDUNG, KOMPAS.com - Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak terindikasi sudah sampai di Kecamatan Nagreg, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kepala Puskeswan (Pusat Kesehatan Hewan) Cicalengka Angga Puji Nugraha mengatakan, gejala yang mengarah pada PMK sudah ada.

Namun, pihaknya belum bisa memastikan bahwa gejala yang muncul pada sejumlah hewan ternak di kecamatan Nagreg murni PMK karena masih menunggu hasil laboratorium.

"Wilayah kerja atau binaan kita ada 29 desa di 3 kecamatan, yaitu Nagrek 8 Desa Cicalengka 12 Desa dan Cikacung 9 desa. Nah, yang mulai ada dugaan PMK itu di Nagreg," katanya ditemui, Senin (23/5/2022).

Adanya dugaan gejala PMK pada hewan ternak di Kecamatan Nagreg, kata dia, harus menunggu hasil lab selama 10-14 hari.

Adapun hewan ternak berkaki empat yang diduga terjangkit PMK adalah sapi.

"Itu kebanyakan sapi lokal yang sudah lama berada di kandang. Kita akan tunggu (hasil lab) paling cepat 10 hari," tuturnya.

Sebagai langkah pencegahan penularan PMK, Angga mengaku telah meminta pelbagai pihak untuk memantau lalu lintas jual beli hewan ternak, terutama yang melintas di sepanjang jalur Nagreg, Cicalengka, dan Cikancung.

Hal tersebut, harus dilakukan, lantaran di 3 Kecamatan tersebut hewan ternak bisa mencapai ribuan

Di Cikancung saja, lanjutnya, terdapat 10.600 hewan ternak. Terdiri dari lebih dari 9.000 ekor di swasta, 1.500 di masyarakat umum, dan di Nagreg tidak lebih dari 100 ekor.

"Kita telah koordinasikan dengan berbagai pihak termasuk kepolisian semua Kapolsek sudah saya koordinasikan terkait lalu lintas, dikhawatirkan ada hewan dari luar terutama daerah wabah, mereka siap untuk cek lebih detail," kata dia.

Selain mencegah lalu lintas penjualan hewan, pihaknya meminta para peternak atau pengusaha hewan ternak agar tidak dulu mendatangkan hewan ternak dari luar daerah atau kota.

"Memang sudah disarankan untuk tidak mendatangkan hewan dari luar, jadi kepolisian lebih detail mengecek terutama Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH), jika ada lebih aman," ungkapnya.

Pedagang nakal

Angga mengungkapkan terkait PMK, dirinya fokus mengawal masyarakat kecil yang kurang tahu mengenai PMK.

Pasalnya, hewan ternak merupakan komoditi, artinya ada nilai ekonomis yang terbangun.

Ia khawatir ketidaktahuan masyarakat menjadi peluang untuk pedagang "nakal" menjalankan aksinya, seperti menjual sapi sakit ke pedagang hewan kurban.

"Konsen kita konsen ke masyarakat kecil, mungkin ada bandar yang nakal, di Jatim ada yang jual Sapi murah karena sakit. Masyarakat kecil yang tidak tahu apa apa dibelilah sama dia, jadi bom waktu, makanya saya koordinasi setiap waktu dengan RW dan Kadus, kalau ada sapi yang dicurigai saya langsung ke sana," kata dia

"Kemarin ada laporan juga ada sapi dari jatim, besoknya Jumat saya pergi dengan kepolisian saya cek sapinya sehat dan ada SKKH," sambung dia.

Selain itu, pihaknya meminta agar warga yang akan membeli hewan kurban, harus terlebih dahulu mempertanyakan SKKH pada pedagang.

"Karena ini faktor penyakit tapi soal ekonomi apalagi dekat Idul Adha karena ada bandar-bandar agak nakal bisa main nih," kata Angga.

Mengantisipasi SKKH palsu, ia menghimbau masyarakat agar memperhatikan beberapa hal, seperri Cap asli (basah), dan Hologram (jika ada).

"Terkait legalitas agar tak mudah dipalsukan, cek cap nya, kemudian hologram karena di beberapa daerah seperti Jatim sudah pakai itu. Kebanyakan ini SKKH fotokopian, kalau sudah dipastikan dua hal tadi, pasti aman," jelasnya.

Apabila ada hewan ternak dari liar daerah yang terlanjur sudah di kirim ke wilayah binaannya. Pihaknya mengaku akan segera mengkarantina hewan tersebut.

"Silakan laporkan ke kita, nanti akan dikarantina dua minggu, tidak harus dipindahkan ke tempat yang berbeda tapi bisa juga di kandang pembeli dengan pantauan kita," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/05/23/200719978/nagreg-siaga-pmk-puskeswan-cicalengka-tunggu-hasil-lab-sapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke