Salin Artikel

Cara Peternak Kuningan Atasi PMK, Beri Ramuan Jamu Tradisional "Cuka Lebu"

KUNINGAN, KOMPAS.com – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang kian merebak membuat para peternak sapi gelisah.

Mereka melakukan berbagai cara untuk menyembuhkan sapi yang terpapar, dan menjaga sapi yang masih sehat.

Hal unik yang dilakukan salah satu peternak, adalah dengan pemberian ramuan jamu tradisional bernama "cuka lebu".

Ramuan rempah tradisional yang sudah dikenal puluhan tahun ini, dipercaya ampuh menjaga stamina tubuh sapi oleh para peternak setempat.

Salah satunya adalah kandang penggemukan sapi "Sang Kuwu" yang beralamat di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, Kabupaten Kuningan.

Daerah ini cukup terpencil di bagian timur Kabupaten Kuningan. Untuk menjangkaunya, warga melewati perbukitan dan medan jalan yang curam.

Kompas.com melewati jarak sekitar 53 kilometer dari jalur utama Pantura Cirebon, atau sekitar 30 kilometer dari pusat perkantoran Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan.

Saat tiba di lokasi, Kompas.com melihat aktivitas perawatan sapi yang tersebar di sejumlah kandang.

Para pekerja tampak membersihkan tiap kandang sapi yang sudah berdiri lebih dari 15 tahun. Pekerja juga lalu lalang membawa pakan dan dimasukan ke tempat khusus.

Ada satu aktivitas lain, pekerja mencabut sejumlah tanaman serai yang masih segar dari tanah. Bukan untuk bumbu memasak, melainkan untuk dijadikan ramuan jamu tradisional sapi.

Mereka langsung membawa serai yang baru saja dipetik ke tempat penggodokan. Sebelum dimasak, pekerja membersihkan daun dan tangkai sereh yang kotor dan kering.

Lalu mereka meng-geprek tanaman serai sampai hancur. Setelah ini, pekerja memasukan satu persatu iketan tangkai serai ke dalam panci yang berisi air mendidih. Uniknya, tak hanya serai, pekerja kemudian memasukan sejumlah arang bekas merebus air, ke dalam ramuan tersebut. Pekerja mengaduk serai dan arang.

“Ini namanya Jamu “Cuka Lebu”. Cairan ini terbuat serai wangi yang digabungkan arang bakaran kayu. Nanti airnya diminumkan sapi, dan daun serainya dipakai untuk balurin ke sapi,” kata Diding Wahyudin (46) kepada KOmpas.com saat ditemui di kandangnya, Senin (31/5/2022).

Airnya, kata Diding, didinginkan dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum diminumkan ke sapi.

Daun serai juga dibalurkan ke seluruh bagian tubuh antara lain muka, leher, tubuh, kaki, hingga pantat. Fungsinya untuk menghangatkan tubuh sapi dari dalam hingga bagian luar.

Diding yang merupakan pemilik kandang penggemukan sapi "Sang Kuwu" menjelaskan, tiap sapi yang baru masuk kandang harus diberikan cuka lebu.

Kemudian, pekerjanya memberikan ulang cuka lebu secara rutin satu sampai dua bulan sekali. Terlebih saat merebaknya wabah PMK, sehingga pemberian cuka lebih lebih sering.

“Sudah tradisi dan turun temurun. Cuka lebu dapat meningkatkan kesehatan tubuh sapi. Apalagi sapi setelah perjalanan jauh, akan merasa pegal, demam, panas, dan lemas. Kami langsung memberikan cuka lebu. Tiga sampai tujuh hari, kondisi sapi normal lagi,” tambah Diding.

Ini sudah dibuktikan Diding sejak 15 tahun yang lalu saat pertama kali memulai penggemukan sapi. Bahkan sejumlah peternak sapi di Desa Cipakem juga sudah lebih dulu menggunakan cuka lebu sejak puluhan tahun lalu.

Hasilnya, sebanyak 120 ekor sapi di kandangnya, berstatus sehat, dan zero kasus PMK.

Bahkan bobot sapi rata-rata dari yang terkecil 300 kg sampai 800 kilogram. Diding pernah memiliki sapi hingga bobot 1,3 ton satu ekor jenis limosin.

Meski punya cara tradisional, Diding tidak pernah lepas koordinasi dengan Puskeswan Luragung. Diding juga berkerjasama dengan puskeswan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

Hana Sabrina, Dokter Hewan Medik Veteriner, UPTD Puskeswan Luragung, Kabupaten Kuningan, mengapresiasi langkah tiap peternak dalam upaya menjaga kesehatan tubuh sapi.

Hal ini terbukti, seluruh sapi yang mendapatkan pengecekan oleh tim medis puskeswan, dinyatakan sehat.

“Hasil pemeriksaan, kami tidak melihat adanya gejala-gejala PMK di sejumlah sapi. Bahkan secara fisik, tubuh sapi gemuk, dan nafsu makannya tinggi,” kata Hana kepada Kompas.com di lokasi.

Puskeswan Luragung memiliki tugas wilayah kerja empat kecamatan antara lain: Luragung, Maleber, Cimahi, dan Lebakwangi, dengan total populasi 9.000 ekor. Kondisinya zero kasus PMK.

https://bandung.kompas.com/read/2022/06/03/122146578/cara-peternak-kuningan-atasi-pmk-beri-ramuan-jamu-tradisional-cuka-lebu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke