Salin Artikel

Jelang Idul Adha Permintaan Arang di Cirebon Meningkat, Penjual Kebanjiran Pesanan

Pengolah atau pembuat arang batok kelapa sampai kewalahan melayani pesanan yang membeludak.

Dalam satu hari, permintaan tembus 3 kwintal dari yang biasanya hanya sekitar 1 kwintal, dengan omset mencapai sekitar dua hingga tiga juta rupiah perhari.

Peningkatan permintaan arang batok kelapa terjadi karena tradisi sate setelah pembagian daging hewan quban di momen Idul Adha.

Keadaan ini ikut dirasakan Acung Jubaedi, warga Desa Gintung Lor, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Saat Kompas.com berkunjung ke tempat produksinya, pria yang masih berusia 27 tahun ini sibuk mengumpulkan arang batok kelapa.

Acung menyampaikan, kesibukan ini sudah berlangsung sejak pekan lalu. Permintaan arang batok kelapa meningkat pesat seiring mendekati peringatan Idul Adha.

Seperti biasa, warga antusias untuk melaksanakan tradisi sate setelah pembagian daging qurban di tiap momen peringatan Idul Adha.

“Menjelang Idul Adha meningkat pesat. Perbandingannya sebelum Idul Adha satu kwintal, sekarang tiga sampai lima kwintal satu hari. Sampai Repot. Banyak pesanan lah. Kuwalahan. Kendalanya bahan batok kelapa, dan media pembuatannya. Terutama drum,” kata Acung kepada Kompas.com, Sabtu (2/7/2022) siang.

Acung hingga tidak mampu mengerjakan pesanan sendirian. Dia berkerja sama dengan sekitar sepuluh pemuda di desanya untuk bahu membahu memenuhi para konsumen.

Pasalnya, pesanan yang dia terima tidak hanya berasal dari Cirebon, permintaan datang dari Kabupaten Kuningan, Majalengka, hingga Indramayu.

Acung menjelaskan, proses pembakaran dilakukan secara bersama-sama dengan alat sederhana. Pertama mereka memasukan kulit batok kelapa ke dalam drum.

Setelah api membesar lama, Acung memasukan sejumlah batok kelapa lainnya hingga drum penuh dan rata.

Setelah itu, Acung menunggu proses pematangan arang selama 1 kali 24 jam, atau satu hari.

Besok paginya, arang sudah matang. Meski sudah matang, arang batok kelapa belum dapat digunakan. Arang-arang ini harus dijemur hingga kering.

Proses terakhir yakni mengayak atau membersihkan sisa bakaran. Ayakan ini memisahkan antara debu dan arangnya.

Barulah, arang-arang hasil olahan ini langsung dimasukan ke dalam karung, dan siap dikirimkan kepada pemesan.

Ide ini Acung tawarkan ke teman-temannya, sayangnya tidak semua menanggapi positif.

Dia bahkan kerap diremehkan. Tapi saat ini, setelah berjalan dua tahun, Acung berhasil membuktikan, bahwa arang batok kelapa banyak peminatnya.

“Saya ingin usaha di desa sendiri, karena banyak teman-teman dan pemuda lain merantau ke kota dan juga luar negeri. Yang nolak saat diajak saya, ya ada, tapi ada juga yang mau gabung. Menurut saya ini peluang besar, dan juga bisa untuk memajukan desa,” tambah Acung.

Acung menjual arang batok kelapa Rp9.000 perkilogram. Harga ini untuk grosir atau jual lagi.

Arang batok kelapa relatif lebih mahal karena kualitas bara yang dihasilkan lebih awet, dan juga bersih dari debu. Sehingga makanan yang dibakar matang sempurna dan bersih.

Muhamad Abdul Qodir, Kepala Desa Gintung Lor, menyampaikan, Acung membuktikan bahwa bekerja bisa dilakukan di desa sendiri. Dia sudah melaksanakan usaha ini sepanjang dua tahun.

“Saya melihat sendiri usaha Acung. Awalnya di blok lain. Di lokasi itu dia tidak berkembang mungkin karena lingkungannya. Tapi di lokasi ini, Acung terus merintis bersama pemuda-pemuda sekitar. Kami pihak desa mendukung,” kata Qodir kepada Kompas.com di lokasi yang sama.

Qodir menyampaikan Acung telah berhasil membuka lapangan pekerjaan kepada para pemuda sekitar yang menganggur. Jumlahnya sekitar 10 orang pemuda.

Pada saat yang sama, banyak anak pemuda di desa ini merantau ke luar kota dan bahkan keluar negeri menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

Aksi acung juga akhirnya membuka pemahaman banyak warga pemuda lainya. Mereka perlahan bekerja di lingkungan desa untuk memajukan desanya sendiri.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/07/122112678/jelang-idul-adha-permintaan-arang-di-cirebon-meningkat-penjual-kebanjiran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke