Salin Artikel

Kisah Ridwan Bangun Pesantren Tahfiz Tunanetra di Bandung, Ciptakan Metode Sam'an hingga Lahirkan Santri Berprestasi

BANDUNG, KOMPAS.com - Mimpi Ridwan Efendi agar penyandang tunanetra percaya diri serta meyakini kemampuan dirinya, akhirnya terwujud.

Mimpinya terwujud melalui Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur yang berlokasi di Kampung Sekegawir, Desa Cimenyan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Kepada Kompas.com, pria dengan gelar Doktor Bahasa Arab ini menceritakan perjuangannya membangun pesantren dan melahirkan santri tunanetra berprestasi.

"Pendidikan sarjana saya di UIN Bandung jurusan Bahasa Arab, 2002 silam saya aktif sebagai aktivis di Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI)," katanya ditemui, Jumat (14/7/2022).

Jauh sebelum bergerak membangun pesantren. Ia mengaku memiliki pemikiran yang individualis. Tak setitik pun terpikirkan untuk bisa bermanfaat bagi orang lain.

Bukan tanpa alasan, Ridwan menyebut penyandang tunanetra rata-rata mengalami krisis percaya diri.

"Sama saya juga dulu gitu berfikir sendiri, individual, karena rata-rata tunanetra itu mengalami bahayanya mental yang hancur yang membuat krisis percaya diri, itu saya alami juga," ujarnya.

Belum lagi, situasi sosial saat itu masih cenderung diskriminatif. Masyarakat melihat penyandang tunanetra penuh dengan aroma pesimis.

"Saya alami itu, waktu mau kerja juga saya alami, saya bilang saya bisa ini, bisa itu, proses meyakinkan yang panjang juga, hal itu juga membuat banyak yang merasa menyandang tunanetra itu sama dengan akhir hidup," tutur da.

Menemukan Metode Sam'an

Ridwan tak ingin berlarut-larut dalam menyelami krisis kepercayaan diri. Ia tersadarkan oleh banyak hal.

Salah satunya metode belajar memahami Al-Quran secara cepat yang ia temukan, dan kelak terkenal dengan Metode Sam'an.

Metode Sam'an, Ridwan temukan, kala ia aktif melakukan pelatihan baca Al-Quran bagi penyandang tunanetra.

"Alhamdulilah pelatihan Al-Quran dan Bahasa Arab berjalan, saya kan basic Bahasa Arab," katanya.

Tak hanya digunakan untuk proses pengajaran semata. Metode yang ia temukan itu dibuat buku untuk disebarkan ke berbagai tempat.

"Jadi saya melatih, gini saya itu punya Metode Sam'an, cara mudah belajar bahasa Arab secara cepat dan untuk memahami Al-Quran, serta untuk speaking bahasa Arab. Itu saya buat bukunya," ucap dia.

Launching buku metode Sam'an, sambung dia, dilakukan tahun 2011 bersama Desy Ratnasari disiarkan di TV swasta. 

Tak hanya itu, dorongan salah satu pendiri lainnya, seperti Deni, membuat Ridwan semakin meninggalkan pemikiran individualnya.

"Akhirnya, Kang Deni melirik bahwa ini berpotensi, saat itu dia ngajak bangun yayasan," bebernya.

Yayasan tersebut selanjutnya memiliki produk pesantren yang fokus di pelatihan Al-Quran Braille.

Tahun 2014, Ridwan, Deni, dan dua orang lainnya membangun Yayasan Sam'an Netramulya.

Sebuah yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan pemberdayaan untuk pelatihan Al-Quran Braille.

Ridwan mengungkapkan, dari dulu hingga saat ini banyak orang-orang mewakafkan Al-Quran Braille. Namun, hal itu tak diimbangi dengan ilmu pengetahuan yang seimbang.

"Sekarang Al-Quran Braille itu banyak tapi kalau teman-teman tunanetra gak dilatih, mau gimana? Ibarat diberi pistol tapi gak dibekali peluru, gak bisa nembak. Kasihan bagi mereka yang mewakafkan Al-Quran Braille tapi keilmuannya gak terbangun," kata Ridwan.

Menggunakan Metode Sam'an, Ridwan merangkak dan berupaya mengikis keraguan yang kerap hinggap pada penyandang tunanetra.

"Karena metode itu, segmentasi tunanetra yang sudah bisa Arab Braille waktu dulu, karena gak mungkin melatih Al-Quran Braille dengan atau kepada tunanetra yang tidak atau belum paham Braille. Karena, basic kuatnya ya harus paham terhadap Al-Quran Braille," ungkap dia.

Dari Metode ke Pergerakan

Kegelisahannya tentang kemandirian penyandang tunanetra tak berhenti sampai pada proses pendidikan.

Lagi-lagi, ia dan yang lain berdiskusi tentang makna Sam'an. Sejatinya, kata dia, Sam'an memiliki semboyan yang amat mulia. Asa Empati Biasa Memberi Selalu Berarti atau kerap disingkat ABS.

"Itu sebetulnya nilai Sam'an mah. Kang Dani tuh punya gagasan, bagaimana Sam'an ini jangan jadi sebuah metode saja," tutur dia. 

Namun bagaimana dari sebuah metode ke sebuah pergerakan. Deni pun membuka cara berfikir dirinya. Bukan hanya membuat tapi menjadi ladang amal saleh. 

Karena itulah, ia terus tergerak untuk berguna bagi para penyandang tunanetra dan masyarakat umum.

Selain itu, Deni mendorongnya tidak hanya fokus pada pengajaran. Tapi juga menyadarkannya untuk terus menyelesaikan akademiknya hingga doktoral. 

"Nah, kita ini melihat teman-teman tunanetra ini ladang amal saleh kita. Dengan memberdayakan mereka, bisa mendorong menjadi banyak bintang di Sam'an ini. Makanya Kang Deni melihat saya secara pribadi, sayang kalau hanya pengajaran saja, saya harus bisa memberikan nilai positif ke temen-temen," kata dia.

Ridwan menuturkan, jika ia mampu menciptakan metode Sam'an dengan pelbagai filosofinya, maka dia juga mesti sanggup mewujudkan Sam'an di dalam dirinya.

"Jadi saya sekarang berfikir harus punya nilai manfaat, untuk mewujudkan Sam'an dalam diri saya," tutur dia.

Berdirinya Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur

Lima tahun setelah Ridwan menjalankan yayasan beserta dengan metode Sam'an nya. Barulah, tahun 2018 Pesantren yang ia cita-citakan terwujud.

Pesantren yang bukan hanya bicara soal pendidikan agama saja. Di dalamnya terdapat ruang-ruang untuk berkreasi dan berprestasi. 

Benar saja, empat generasi atau angkatan telah ditelurkan di bawah binaannya.

"Dan ternyata sejak pertama berdiri, anak-anak tunanetra ini punya bakat beragam. Ada yang berpotensi di seni, ngaji, olahraga yang jelas Tunanetra tidak hanya di satu titik pusaran saja," katanya.

Pesantren itu pun tidak hanya soal akademis tapi memotivasi agar para santrinya kuat dan mampu mengenali dirinya masing-masing.

"Tujuannya mendorong tunanetra supaya bangkit. Itu juga yang mendorong kita untuk menuntut teman-teman tunanetra yang lain agar mau membuka pikiran mereka," tutur dia.

"Di sini, saya mengupayakan mewujudkan mimpi saya bahwa tunanetra punya kemampuan dan kelebihan," tambahnya.

Komitmennya untuk melakukan sebuah pergerakan demi perubahan bukan main-main.

Dengan segala upayanya, Pesantren Tunanetra Sam'an, harus mencetak generasi terdidik, baik secara agamis, akademisi dan keahlian.

"Bahkan, ada juga tunanetra yang baru tahu bahwa tunanetra itu bisa jadi sarjana, banyak tuh yang awalnya bisa lihat kemudian menjadi tunanetra akhirnya mentalnya down. Setelah di sini baru bangkit lagi dan bisa melanjutkan kuliahnya," jelasnya.

Sejak kali pertama berdiri, tak sedikit santri dam keluarganya yang merasa kagum dengan sosok Ridwan.

"Mereka mengakui banyak yang terinsipirasi oleh saya, karena pendidikan saya, kendati saya tunanetra. Nah, konsep bermanfaat yang saya dan Kang Deni tanamkan tidak hanya untuk satu hal, baik dari seninya, pendidikannya, agamanya, itu juga kami lakukan. Makanya di sini juga santrinya pada kami kuliah kan," ungkapnya.

Sejauh ini pesantren binaannya sudah mencetak 12 penghapal Al-Quran. Kendati baru 4 orang yang hapal full 30 juz. Ridwan mengaku tak membiarkan santri yang lain patah arang.

"Sisanya ada yang 20 juz, ada yang 15 juz, jadi ada 12 orang-lah," jelasnya.

Tak hanya itu, di pesantren tersebut, para santri diajarkan juga tentang ilmu Teknologi Informasi.

Bahkan, guru atau pengajarnya merupakan salah satu jebolan santri Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur.

"Sekarang juga tunanetra sudah ahli IT, seperti Edi salah satu guru kita yang ahli coding. Nah, satu hal yang kita banggakan, dari hasil kerja sama dengan salah satu perusahaan, kita diberi kesempatan, jadi santri kita bisa bekerja menjadi ahli IT nya di perusahaan itu," ungkapnya.

Perkembangan, Pesantren tunanetra ini tak bisa diremehkan. Penggunaan media sosial, YouTube, Instagram, Website sudah mulai digunakan untuk media pemasaran.

"Kita juga pakai sosial media, ada juga aplikasi WA untuk memberitahukan masyarakat luas bahwa pesantren ini ada," imbuhnya.

Tak sampai disitu, aktivitas para santri pun sangat berkualitas. Ridwan menyebutkan sejak pukul 03.30 pagi santri sudah memulai aktivitas dengan tahajud.

Dilanjutkan dengan salat subuh berjamah, baca dzikir, lalu istirahat untuk persiapan yang lain seperti belajar. Ada juga di hari tertentu kegiatan senam. 

Pesantren Tahfidz Tunanetra Sam'an Darushudur juga memiliki dua jurusan yakni jurusan Mubalig dan Tahfiz.

"Di kita ada dua jurusan, ada jurusan menjadi Mubalig ada juga jurusan menjadi Mubaligh tapi tetep Mubalig juga wajib menghapal standarnya 3 juz. Untuk yang tahfiz harus hapal 30 juz dalam kurun waktu 3 tahun," jelasnya.

Pendidikan Inklusif

Selain itu, pengalaman pahit yang pernah dijalaninya membuat Ridwan menerapkan konsep pendidikan inklusif.

Baginya berbaur dengan masyarakat pada umumnya, adalah satu cara agar tak ada jarak baik penyandang tunanetra dan yang tidak.

"Di sini juga kita membangun pendidikan inklusif, dengan masyarakat juga membaur tidak eksklusif, jadi kadang Imam Masjidnya juga dari masyarakat ada," jelas dia.

Saat ini ada 25 santri yang belajar di Pesantren Tahfiz Sam'an Darushudur. Dalam waktu dekat, kata dia, penerimaan santri baru akan dimulai.

"Jumlah santri, laki-laki 18 orang, perempuan 7. Sekarang mau penerimaan baru dan santri perempuannya agak banyak, kita juga terbatas untuk tempat tinggal," bebernya.

Kendati saat ini, fungsi pendengaran atau audio lebih dikedepankan. Ridwan mengaku, dunia Braille tetap akan ia pertahankan.

Bukan hanya sebagai sejarah, namun sebagai cara untuk merawat agar semangatnya di masa sebelumnya tetap hidup.

"Saat ini Braille agak ditinggalkan, karena fungsi pendengaran yang dikedepankan. Memang saat ini audio dan speaking lagi di kedepankan, perabaan ditinggalkan, kalau di sini enggak kita gabung keduanya," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/16/131108878/kisah-ridwan-bangun-pesantren-tahfiz-tunanetra-di-bandung-ciptakan-metode

Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke