Salin Artikel

Cerita dan Harapan Orangtua Murid di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah

Tidak sedikit orangtua murid yang menahan air mata melihat keceriaan kala sang buah hati mulai berbaur dan mengikuti intruksi guru.

Lolita Mulyani (33) misalnya. Dia masih tak menyangka Mikaila putri keduanya sudah menjajaki Sekolah Dasar (SD).

Loli, sapaannya, sengaja datang lebih pagi dari biasanya untuk memperlihatkan pada sang anak lingkungan sekolah barunya.

"Agak terharu, seperti baru kemarin dia lahir, sekarang udah masuk SD lagi. Hari ini pertama kali dia lihat lingkungan barunya, jadi saya antar sepagi mungkin," katanya ditemui Kompas.com, Senin (17/7/2022).

Dia mengaku, telah mempersiapkan semua alat sekolah Mikaila jauh-jauh hari. Bahkan, khusus di hari pertama anaknya sekolah, Loli ingin, Mikaila duduk paling depan.

"Saya ingin dia bisa fokus menjalani hari-harinya nanti di lingkungan baru," kata dia.

Bukan tanpa alasan, Loli datang pagi-pagi. Ia ingin sang anak bisa memiliki karakter disiplin.

"Saya juga buka sosmed, pergaulan anak-anak generasi sekarang kan mengkhawatirkan, saya ingin dia enggak seperti itu, disiplin lah," ujarnya.


Selain itu, ia berharap Mikaila bisa lebih mandiri dalam menjalani pembelajaran. Ia mengaku sudah membangun kesepakatan dengan sang anak hanya mengantarkan sekolah selama 3 hari.

"Ya, udah diajak bicara pelan-pelan, kalau mamah nya bisa nganter sampai 3 hari saja. Kebetulan rumah gak jauh dari sini," ungkapnya.

Hal serupa juga dialami oleh Widya Amiati (35), putranya Sandi diharapkan bisa mengikuti setiap pembelajaran di Sekolah Dasar.

Tidak muluk-muluk, Ibu rumah tangga satu ini menginginkan sang anak bisa memperlihatkan kemampuannya di setiap mata pelajaran, baik akademis atau non akademis.

"Bisa aja, pintar sih itu kan keinginan semua. Tapi paling tidak berpengalaman lah di luar pendidikan formal," katanya.

Selepas pandemi Covid-19 yang melanda dan sempat membuat pembelajaran sang anak sewaktu Taman Kanak-Kanak (TK) terganggu, Widya mengaku cukup puas melihat anaknya mulai adaptasi.

"Dulu mah waktu TK kan Pandemi yah, jadi enggak terlihat tuh, tapi sekarang hari pertama saya lihat dari pagi dia ceria dan mulai berani cerita baru pulang sekolah juga," jelasnya.

Kendati lolos di Sekolah Negeri, Widya mengungkapkan kekecewaannya tidak bisa menembus sekolah plus atau favorit karena sistem zonasi.

"Saya dan suami jan generasi lama yah, tentunya bicara soal pendidikan mah nomor satu, saya ingin anak sekolah di tempat terbaik cuma sekarang kan ada zonasi," katanya.


Bukan menyepelekan Sekolah Dasar (SD) Negeri, kepada Kompas.com, Widya mengaku sudah menyepakati sang anak agar bisa sekolah yang kental dengan agama.

"Awalnya emang kaya gitu, pengen sekali sekolah yang ada plusnya paling tidak soal agama," ungkap dia.

Sementara, Yudi Durahman  salah seorang guru yang jadi panitia Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) mengatakan, untuk tahun sekarang MPLS diterapkan pengenalan karakter Pancasila.

"Metode itu, disesuaikan dengan kurikulum merdeka yang memang menjadi dasar penerimaan siswa tahun ini," kata Yudi.

Selain itu, MPLS di sekolahnya akan berlangsung selama satu pekan. Namun, kata dia, ditekankan pada pengenalan lingkungan baru.

"Jumlah siswa yang masuk sekarang kelas 1 itu ada sekitar 75 siswa, MPLS nya satu minggu, langsung ada pembelajaran dan pengenalan lingkungan baru," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/07/18/154655278/cerita-dan-harapan-orangtua-murid-di-masa-pengenalan-lingkungan-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke