Salin Artikel

Kisah Jubaedah Berdayakan Lansia Buat Kerupuk Kencur dan Jamu Tradisional di Karawang hingga Raih "Local Hero Achievement"

KARAWANG, KOMPAS.com - Kamis (4/8/2022) pagi, Jubaedah tengah sibuk memproduksi kerupuk kencur dan jamu tradisional di Desa Tanjung, Kacamatan Banyusari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.

Perempuan 46 tahun itu juga nampak memberi pengarahan kepada 13 anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga yang tengah berkutat menyangrai kerupuk. Di Karawang, kerupuk itu disebut kerupuk miskin.

Edah, panggilan Jubaedah, bercerita, dahulu pada 2013 desanya masuk desa rentan pangan. Ada beberapa kriteria desa rentan pangan.

Di antaranya tidak adanya usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), jauh dari fasilitas kesehatan, kurangnya sarana pendidikan, dan penghasilan warganya sedikit.

Saat itu Edah yang masih menjadi penjual jamu gendong, resah mendapati desanya disebut rawan pangan. Ia ingin desanya menjadi desa mandiri.

"Emak cuma harus berpikir seperti apa, da ema cuma orang kampung, emak kudu kumaha, akhirnya dikasih saran dari Dinas Pangan (sekarang Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan) harus membentuk kelompok," kata Edah.

Akhirnya terbentuklah Kelompok Wanita Tani Kenanga. Edah kemudian diberi pengarahan oleh Dinas Pangan. Mulai dari diikutkan pendidikan ke Bandung hingga luar provinsi.

"Karena saya orang kampung kalau bikin donat dan lainnya gak sanggup, akhirnya produksi yang ada, yaitu kerupuk kencur sangrai," ujarnya.

Edah dan anggota KWT Kenanga yang sebagian besar terdiri dari lansia itu terus berproses dengan modal pribadi.

Pemasarannya dengan menjajakan secara berkeliling. Namun suatu waktu, ia menemui kendala dan produknya behenti.

Suatu hari, rumahnya didatangi pihak Pertamina Gas (Pertagas) dan menanyakan mengapa ada KWT namun kegiatannya tidak ada. Edah pun menjawab apa adanya. Ia tak punya modal.

Pihak Pertagas rupanya berkali-kali datang dengan pertanyaan yang sama. Edah pun berkali-kali menjawab dengan jawaban yang sama.

"Hampir beberapa bulan putar-puter pertanyaan, terus datang emak tanda tangan bahwa emak dibina oleh Pertamina Gas," ucap Edah.

Setelah diberi modal Rp 5 juta, produksi KWT Kenanga terus berlanjut. Alat-alatnya pun bertambah. Hingga kini dapat memproduksi 150 bungkus kerupuk dalam sehari, dari awalnya hanya 20 hingga 30 bungkus. Satu bungkusnya dijual Rp 5.000.

Selain kerupuk kencur, KWT Kenanga juga memproduksi jamu tradisional yang dikemas dengan botol. Ada kunyit, asem, dan sereh. Sehari produksi sebanyak 120 botol. Harganya Rp 5.000 per botol.

Edah berkisah, dahulu ia jualan jamu dengan sistem berkeliling atau jamu gendong yang dalam sehari pendapatan bersih sekitar Rp 100.000.

Ia belajar membuat jamu dari tetangganya. Ia mulai berjualan lantaran tetangganya itu pulang kampung.

"Saya dibina diarahkan harus pakai botol ini, harus begini-begini," kata dia.

Karenanya, jadilah minuman jamu dengan kemasan botol. Ia mengaku harus melakukan percobaan untuk mendapat komposisi dan rasa yang pas.

Suatu waktu, Edah meminta suaminya memasarkan produk dan tak lagi merantau. Suaminya itu sempat menolak dengan alasan prospeknya belum menjanjikan.

"Kata bapa 'ah gak ada uangnya'. Saya jawab gak papa kita bantu nene-nene nanti juga ada timbal baliknya," kenang Edah.

Betul saja, produksi dan pemasarannya kini terus maju. Kerupuk dan jamu dititipkan di tukang sayur dan warung-warung. Jamu tentu saja harus disimpan di kulkas.

"Saya masih ngider (keliling) kalau sore. Kalau pagi ripuh (ribet) ngurusin produksi dan mengrahkan," kata dia.

Ia mengaku mendapat arahan untuk menitipkan di koperasi-koperasi perusahaan. Namun terbatas modal. Sama halnya jika dititip ke minimarket modern lantaran pembayarannya dua minggu sekali.

"Kan kalau saya harus muter. Dan sekarang produksi sehari langsung habis," kata dia.

Selain suami, edah juga dibantu anaknya yang khusus megurusi kemasan dan membantu mengurus KWT Kenanga.

Sabar

Edah berujar harus ekstra sabar mengarahkan para lansia yang menjadi anggotanya. Dari 13 anggota KWT Kenanga, 8 di antaranya lansia. Ada yang berumur 60, 65, dan 70 tahun.

"Harus sabar," kata dia.

"Penghasilan nene-nene tidak pasti. Kadang Rp 25 ribu kadang Rp 30 ribu satu orang. Tergantung mood mereka. Kadang kalau sedang kurang enak badan berarti libur," kata dia.

Buah dari kegigihan dan kesabaran Edah, ia pun menyabet beberapa penghargaan. Misalnya dari Ibu Iriana Jokowi untuk kategori Penggerak Tani Wanita dan Local Hero Achievement pada ajang E2S Proving League 2022.

Harapan

Harapan Edah tak muluk-muluk. Ia berharap usaha kerupuk kencur terus berjalan. Bahkan bila memungkinkan ada produk lain.

Tujuannya tak lain untuk memberdayakan masyarakat, terutama ibu-ibu yang tak lagi bisa menjdi buruh tandur atau bekerja di sawah.

"Yang penting ke depan banyak ibu-ibu, wanita, lansia bisa mendapat penghasilan dari KWT Kenanga ini," ucap ibu tiga anak ini.

Binaan Pertagas

Edah merupakan salah satu penggerak program Kawat Cinta yang dibina Afiliasi Sub Holding Gas Pertamina, PT Pertamina Gas Operation West Java Area (Pertagas OWJA) sejak akhir tahun 2019.

Dengan pemberdayaan para janda dan lansia, Edah tergerak untuk berbuat sesuatu guna mengubah kondisi desanya yang pada awalnya berstatus desa rawan pangan, menjadi desa produktif. Bahkan kini mampu menekan tingkat kemiskinan.

Berbekal kemampuan mengolah jamu dan pendampingan pelatihan oleh Pertagas OWJA, Edah menjalankan usaha KWT Kenanga melalui penjualan produk Kerupuk Kencur dan Jamu Sehat. 

Hal tersebut mampu memberikan penambahan pendapatan kepada anggota yang terdiri dari para janda dan lansia.

"Sejak dibina Pertagas, jadi lebih maju. Alat-alat juga lebih canggih," kata Edah.

Elok Riani Ariza, Manager Communication Relation and Corporate Social Responsibility (CSR) Pertagas mengatakan, KWT Kenanga berhasil mendirikan pendidikan anak usia dini (PAUD) gratis.

PAUD Anugerah namanya. Kini siswanya sebanyak 43 orang.

"Kontribusi Mak Edah memberdayakan masyarakat turut mampu memberi jawaban untuk persoalan pendidikan di desanya," kata Elok.

Elok pun menyampaikan apresiasinya atas prestasi yang di raih KWT Kenanga melalui Edah.

"Peran Mak Edah berkontribusi untuk desanya menginsirasi kita semua. Semoga menjadi motivasi bagi desa-desa yang lain," ungkap dia. 

Atas kegigihan dan semangat memajukan desa dengan program ketahanan pangan serta peningkatan kualitas pendidikan, pada Jumat (29/7/2022), E2S Proving Leage memberikan penghargaan Local Hero Achievement kepada Edah.

"Harapannya penghargaan ini akan memacu inovasi KWT Kenanga berkontribusi lebih memajukan desa," ungkap Elok.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/05/053100578/kisah-jubaedah-berdayakan-lansia-buat-kerupuk-kencur-dan-jamu-tradisional-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke