Salin Artikel

Cinunuk, Desa Lahirnya Wayang Golek yang Terlupakan

Segelintir masyarakat saat ini mungkin hanya mengenal wayang golek sebagai warisan budaya Jawa Barat yang dilestarikan oleh padepokan Giri Harja di daerah Jelekong, Baleendah, Kabupaten Bandung.

Dari cerita Engkos Kosasih Diatmaja (56), seorang juru pelihara wayang purwa, Ki Darman, penyungging wayang kulit asal Tegal yang tinggal di daerah Cinunuk, Kabupaten Bandung, adalah orang yang pertama kali membuat wayang golek.

Menurut Engkos, buyutnya, Ki Darman, adalah sorang seniman wayang kulit asal Tegal yang diberikan mandat oleh Bupati Bandung, Wiranatakusumah III medio 1814, untuk memodifikasi wayang kulit yang sebelumnya berkembang di Cirebon menjadi wayang dengan bahan dasar papan kayu sehingga bentuknya terlihat pipih tapi lebih tebal dari wayang kulit.

"Ki Darman adalah orang Tegal yang diutus ke Daerah Bandung dan menyebarkan wayang yang bentuknya gepeng seperti papan.

Menurut sejarah, dia dipanggil Bupati Bandung saat itu dan minta dibuatkan wayang sebaik mungkin, bagaimana caranya, biar lebih bagus dari wayang kulit. Karena di daerah Jawa Barat banyak kayu yang bagus, hingga akhirnya Ki Darman begitu teliti dalam membuat wayang dari kayu," ujar Engkos saat ditemui dalam kegiatan Bedah Wayang Purwa Ki Darman Cibiru, di Kantor Balai Desa Cinunuk, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Sabtu (13/8/2022).

Menurut Engkos, sebelum disebut wayang golek, wayang buatan Ki Darman disebut sebagai wayang purwa. Lantaran wayang buatan Ki Darman memiliki kelebihan bisa berlenggak lenggok, maka akhirnya wayang purwa berubah lebih sering disebut wayang golek.

"Kata bahasa Sunda golek itu artinya bisa di gulak golek atau bisa dimainkan," tuturnya.

Wayang golek Ki Darman pun berkembang ke selatan Bandung, menurut penuturan Engkos, awal berpindah dan berkembangnya wayang golek dari Cinunuk, Cibiru dan Cileunyi ke daerah selatan Bandung seperti Baleendah dimulai ketika seorang pria bernama Rucita berguru kesenian wayang golek kepada generasi kedua keturunan Ki Darman yang dikenal dengan nama Abah Ukin.

"Bapak Rucita, akhirnya menjadikan wayang golek menyebar. Tapi pusatnya dari Cibiruan, di sana juga mengakui kalau yang membuat wayang golek dari Cibiru, Cinunuk," ungkapnya.

Wayang kulit pertama masih tersimpan

Dalam kegiatan Bedah Wayang Purwa Ki Darman Cibiru, Engkos bersama keturunan Ki Darman lainnya sempat menunjukkan kepada kompas.com beberapa wayang golek awal buatan tangan langsung Ki Darman seperti Semar, Arjuna, dan tokoh-tokoh pewayangan lainnya.

Wayang-wayang pertama itu terlihat dibiarkan seperti aslinya, tidak ada yang diperbaiki karena kayu yang digunakan adalah berkualitas tinggi sehingga terlihat masih kuat meski warnanya sudah terlihat pudar dan lecet dimana-mana. Selain itu, kain yang digunakan untuk memasukkan tangan juga sudah lapuk, sobek dimana-mana.

"Ki Darman dulu buatnya pakai kayu angsana, jadi kuat. Kalau wayang-wayan golek sekarang kan pakai kayu albasia," jelasnya.

Terlupakan karena minim regenerasi

Engkos mengakui jika minimnya pengetahuan masyarakat saat ini terkait daerah Cibiru, Cinunuk, hingga Cileunyi yang menjadi pusat kelahiran wayang golek disebabkan oleh minimnya regenerasi yang melestarikan kebudayaan wayang golek, baik dari keluarga Ki Darman maupun masyarakat sekitar Cibiru, Cinunuk serta Cileunyi.

"Di Cibiru, Cinunuk memang regenerasinya tidak berkesinambungan, penerusnya didominasi Abah Asep (Sunadar Sunarya). Di sini ada regenerasinya dari keturunan Ki Darman, cuma memang tidak terlalu rapat," ucapnya.

Selain itu, minimnya fasilitas pelestarian budaya wayang golek juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Cibiru dan Cinunuk terlupakan sebagai tempat kelahiran wayang golek.

"Di sana (Jelekong) punya padepokan, kalau di Cibiru atau Cinunuk itu enggak ada. Mudah- mudahan disini bisa ada padepokan untuk pengenalan wayang," harapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bandung, Wawan Ahmad Ridwan mengatakan hal serupa.

Menurut dia, Cibiru, Cinunuk dan Cileunyi terlupakan sebagai tempat kelahiran wayang golek lantaran minimnya regenerasi yang mau melestarikan kesenian wayang golek asli dari Ki Darman.

"Yang paling penting adalah kolaborasi pemerintah, tokoh budaya kecamatan sini, untuk mendorong semua kegiatan kebudayaan di sini tidak hanya wayang golek, saja kebudayaan lain pun perlu regenerasi.

Lemahnya disini adalah regenerasi, kalau di Jelekong regenerasinya jelas, di sini harus ada kecintaan tidak hanya keturunan Ki Darman tapi harus dari masyarakat sini juga," bebernya.

Wawan memastikan pihaknya akan mengakomodir keinginan pelaku kesenian wayang golek agar regenerasi wayang golek asli dari Ki Darman bisa dilestarikan.

"Kita ada program dan saluran yang jelas, silakan pengajuan program ke tingkat dinas, nanti oleh dinas direspon lewat anggaran," tandasnya.

Di tempat yang sama, Ki Pamanah salah satu tokoh masyarakat Cinunuk berharap daerahnya bisa kembali dikenal masyarakat terutama generasi muda sebagai tempat kelahiran wayang golek lewat kurikulum disekolah.

"Generasi muda yang hidup di jaman sekarang harus mengenal budaya wayang golek. Harus jadi ikon baru bahwa Cibiru, Cinunuk, Cileunyi sebagai tempat kelahiran wayang golek dan jadi edukasi dimasuki ke kurikulum sekolah. Kalau masuk kurikulum sekolah, Insya Allah anak-anak tahu sejarah wayang yang utama wayang adalah warisan yang bukan hanya tontonan tapi juga tuntunan," pungkasnya.

https://bandung.kompas.com/read/2022/08/14/070400578/cinunuk-desa-lahirnya-wayang-golek-yang-terlupakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke