Dinkes Sumedang Catat 14 Kematian Akibat DBD Sepanjang Tahun 2022, Simak Cara Mencegahnya

KOMPAS.com - Kelompok usia produktif, yakni 15-44 tahun, di Sumedang, Jawa Barat, menjadi kelompok yang paling rentan terjangkit penyakit demam berdarah.

Menurut Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, dr. Reny K. Anton, warga kelompok umur produktif lebih rentan terserang demam berdarah karena tingkat aktivitas yang tinggi dan faktor daya tahan tubuh yang lemah.

"Data di tahun 2021 dan 2022, kebanyakan yang terjangkit demam berdarah ini memang kelompok umur produktif. Ini disebabkan karena mereka yang usianya produktif, aktivitas di luarnya juga tinggi. Di sisi lain, imunitas lemah. Sehingga mudah terjangkit virus dengue," jelas Reny saat pertemuan desiminasi informasi DBD di 95 Farm Villa Resto, Sumedang, Selasa (11/10/2022) siang, dikutip dari regional.kompas.com.

Berdasarkan data yang dicatat oleh Dinas Kesehatan Sumedang, sepanjang tahun 2022, terdapat 1.468 kasus demam berdarah dengan 14 kasus kematian.

Jika melihat data dari tahun-tahun sebelumnya, kasus demam berdarah pada tahun 2022 di Sumedang menunjukkan kenaikan.

Sebelumnya, pada tahun 2021, terdapat 15 kasus kematian dari total 1.331 kasus demam berdarah.

Kemudian, untuk tahun 2020, terdapat 7 kasus kematian dari total 707 kasus demam berdarah.

Adapun beberapa kecamatan di Sumedang dengan kasus demam berdarah terbanyak adalah Kecamatan Jatinangor, Tanjungsari, dan Cimalaka.

Penyebab tingginya kematian akibat demam berdarah di Sumedang

Menurut Reny, tingginya kematian akibat demam berdarah salah satunya disebabkan oleh tingkat kesadaran warga Sumedang yang masih rendah dalam mengakses fasilitas kesehatan.

Biasanya, kata Reny, warga cenderung cuek, jika mengalami demam selama satu dua hari, mereka berpikir sakit tersebut bisa segera sembuh.

"Nah, rata-rata yang meninggal dunia akibat demam berdarah di Sumedang ini karena pasien terlambat mengakses fasilitas kesehatan," ujar Reny.

Oleh sebab itu, Reny berharap masih minimnya kesadaran warga akan hal tersebut dapat diperbaiki.

Perubahan kasus demam berdarah di Sumedang

Reny menyebutkan, kasus demam berdarah biasanya banyak terjadi di awal serta akhir tahun.

"Tapi untuk tahun 2022 ini, kita lihat ada kecenderungan yang berbeda. Karena kasus demam berdarah ditemukan setiap bulannya," katanya.

Menurut Reny, tren perubahan tersebut bisa jadi disebabkan oleh kondisi cuaca yang tidak menentu atau pancaroba yang terjadi sepanjang tahun 2022.

Cara mencegah demam berdarah

Langkah pencegahan demam berdarah bisa dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.

Kementerian Kesehatan menganjurkan 3M Plus sebagai upaya pencegahan penyakit demam berdarah. 

Berikut adalah cara mencegah demam berdarah dengan 3M Plus, dilansir dari Primaya Hospital:

1. Menguras

Tempat penampungan air di rumah harus dikuras dan dibersihkan secara rutin agar tidak menjadi sarang nyamuk.

2. Menutup

Nyamuk dapat berkembang biak dengan mudah dan cepat di tempat penampungan air yang terbuka.

Oleh sebab itu, sebaiknya tutup penampungan air dengan rapat hingga tak ada celah bagi nyamuk untuk menyelusup dan berkembang biak di sana. 

3. Memanfaatkan kembali

Memanfaatkan kembali barang bekas yang masih bisa dipakai bisa menjadi cara mencegah demam berdarah. 

Agar barang-barang yang tidak terpakai tidak menumpuk di sudut-sudut rumah dan menjadi sarang nyamuk, barang tersebut lebih baik diolah agar bisa digunakan kembali.

Adapun Plus yang dimaksud dalam 3M Plus adalah sebagai berikut:

• Menggunakan obat nyamuk
• Memasang kawat kasa pada ventilasi
• Meletakkan pakaian kotor di wadah tertutup sebelum dicuci
• Selalu merapikan barang-barang di rumah
• Menanam tanaman pengusir nyamuk
• Rutin membersihkan talang air
• Ikut kerja bakti bersama di lingkungan rumah
• Menggunakan losion antinyamuk.

Sumber: Primaya Hospital, Kompas.com | Penulis: Kontributor Sumedang, Aam Aminullah | Editor: Gloria Setyvani Putri