Salin Artikel

Profil Kota Cirebon, Kota Terkecil di Jawa Barat

KOMPAS.com - Kota Cirebon adalah sebuah wilayah administratif di jalur Pantura, tepatnya di Provinsi Jawa Barat.

Julukan bagi Kota Cirebon yang terkenal adalah Kota Wali dan Kota Udang.

Posisi Kota Cirebon sangat strategis karena berada di salah satu jaringan jalan nasional yang menghubungkan dua pelabuhan penyeberangan yaitu dari Pelabuhan Merak, Cilegon hingga Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi.

Kota Cirebon juga menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Tak banyak yang tahu bahwa karena luas wilayahnya, Kota Cirebon juga menyandang predikat sebagai kota terkecil di Jawa Barat.

Lebih lanjut, berikut adalah profil Kota Cirebon yang dapat Anda simak.

Sejarah Kota Cirebon

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Cirebon, sejarah asal-usul kota ini tercatat pada Manuskrip Purwaka Caruban Nagari.

Menurut manuskrip tersebut, pada abad XIV di pantai Laut Jawa terdapat sebuah desa nelayan kecil bernama Muara Jati.

Banyak kapal asing yang datang untuk berniaga dengan penduduk setempat di desa nelayan tersebut dan juga terdapat aktivitas penyebaran agama Islam

Pengurus pelabuhan adalah Ki Gedeng Alang-Alang yang ditunjuk oleh penguasa Kerajaan Galuh (Padjadjaran).

Karena pelabuhan ini semakin berkembang, Ki Gedeng Alang-Alang lantas memindahkan tempat pemukiman ke tempat pemukiman baru di Lemahwungkuk, mendekati kaki bukit menuju kerajaan Galuh.

Sebagai kepala pemukiman baru diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang dengan gelar Kuwu Cerbon.

Pada Perkembangan selanjutnya, Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi ditunjuk sebagai Adipati Cirebon dengan Gelar Cakrabumi.

Pangeran Walangsungsang kemudian mendirikan Kerajaan Cirebon, namun pemerintahannya diawali dengan tidak mengirimkan upeti kepada Raja Galuh.

Hal itu membuat Raja Galuh mengirimkan bala tentara ke Cirebon Untuk menundukkan Pangeran Walangsungsang, namun ternyata sang Adipati Cirebon keluar sebagai pemenang.

Dengan demikian kerajaan baru di Cirebon resmi berdiri dengan rajanya yang bergelar Cakrabuana.

Berdirinya Kerajaan Cirebon menandai dimulainya kerajaan islam dengan pelabuhan Muara Jati yang aktivitasnya berkembang sampai kawasan Asia Tenggara.

Kerajaan Cirebon atau Kesultanan Cirebon berdiri pada abad ke-15 hingga abad ke-16 Masehi.

Sementara Menurut Sulendraningrat, bahwa berdasar naskah Babad Tanah Sunda dan Atja pada naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, Cirebon mulanya hanyalah sebuah dukuh kecil yang didirikan oleh Ki Gedeng Tapa.

Namun yang lama-kelamaan berkembang wilayah tersebut menjadi sebuah perkampungan ramai dan diberi nama Caruban yang dalam bahasa Sunda berarti campuran.

Dinamakan Caruban karena di sana ada percampuran para pendatang dari berbagai macam suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat, latar belakang dan mata pencaharian.

Karena mayoritas pekerjaan masyarakat adalah nelayan, maka berkembanglah kegiatan menangkap ikan dan rebon (udang kecil) di sepanjang pantai untuk bahan baku pembuatan terasi.

Air bekas pembuatan terasi inilah yang membuat terciptanya nama “Cirebon” yang berasal dari Cai (air) dan Rebon (udang rebon).

Geografi Kota Cirebon

Secara astronomis Kota Cirebon terletak pada koordinat 108°33’ BT - 6°41’ LS pada wilayah pesisir pantai utara Pulau Jawa.

Secara geografis, batas wilayah Kota Cirebon sebelah utara adalah Sungai Kedung Pane, sebelah barat adalah Sungai Banjir Kanal, sebelah selatan adalah Sungai Kalijaga, dan sebelah timur adalah Laut Jawa.

Sebagai kota terkecil di Provinsi Jawa Barat, Kota Cirebon memiliki luas 37,36 km² yang secara administratif terdiri dari 5 Kecamatan.

Demografi Kota Cirebon

Sesuai Sensus Penduduk 2020 (SP2020) oleh BPS, jumlah penduduk Kota Cirebon mencapai 333.303 jiwa.

Lebih lanjut, Kepadatan penduduk di Cirebon mencapai 8.534,68 jiwa per kilometer persegi.

Pada tahun 2021, jumlah angkatan kerja di Kota Cirebon dari data hasil olah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus adalah sebanyak 155.798 jiwa.

Dari angkatan kerja tersebut, sebanyak 139.397 orang merupakan pekerja sejumlah dan 16.401 merupakan pengangguran terbuka.

Pemerintahan Kota Cirebon

Sejak masa awal kemerdekaan, Kota Cirebon memiliki kepala pemerintahan setingkat wali kota, yaitu:

  1. (Wakil Kota) Prinata Koesoema (1949-1950)
  2. (Wakil Kota) Moestafa Soerjadi (1950-1954)
  3. Hardian Kartaatmadja (1954-1957)
  4. Prawira Amidjaja (1957-1959)
  5. Moh. Safei (1959-1960)
  6. RSA. Prabowo (1960-1965)
  7. R. Sukardi (1965-1966)
  8. Tatang Suwardi (1966-1974)
  9. H. Aboeng Koesman (1974-1981)
  10. Drs. H. Achmad Endang (1981-1983)
  11. Drs. Moh. Dasawarsa (1983-1988)
  12. Drs. H. Kumaedhi Syafrudin (1988-1993)
  13. Drs. H. Kumaedhi Syafrudin (1993-1998)
  14. Drs. H. Lasmana Suriaatmadja (1998-2003)
  15. Subardi, S.Pd. (2003-2013)
  16. Drs. H. Ano Sutrisno, M.M (2013-2015)
  17. Drs. H. Nasrudin Azis, SH (2015-2018)
  18. (Penjabat) Dr. H. Dedi Taufik Kurohman M.Si (16 April 2018 – 12 Desember 2018)
  19. Drs. H. Nasrudin Azis S.H (12 Desember 2018 – Petahana)

Potensi Kota Cirebon

Kota Cirebon memiliki beberapa potensi yaitu menjadi Kota Pelabuhan, Kota Perdagangan, Kota Industri (kecil), serta Kota Pariwisata dan Budaya.

Dari potensi wisata, terdapat berbagai destinasi seperti Keraton Kasepuhan, Keraton Kacirebonan, Keraton Kanoman, Situs Kalijaga, Kawasan Pecinan, dan masih banyak lagi.

Kemudian dalam konteks eksternal, keberadaan Bandara Internasional Kertajati di Majalengka, Jawa Barat juga diharapkan akan memberikan pengaruh signifikan terhadap perkembangan Kota Cirebon.

Sumber:
cirebonkota.bps.go.id  
cirebonkota.go.id  
erkotaan.bpiw.pu.go.id  
kompaspedia.kompas.id  

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/20/220914678/profil-kota-cirebon-kota-terkecil-di-jawa-barat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke