CIANJUR, KOMPAS.com - Memasuki hari ke-10, pengungsi gempa Cianjur mengeluhkan beragam penyakit dari gatal, flu, hingga diare.
Relawan Kesehatan dari Universitas Esa Unggul Evi Medina menyatakan, banyak pengungsi yang datang ke posko Desa Ciputri, Kampung Tunggilis, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat.
"Macam-macam (keluhan penyakitnya)," kata Evi saat ditemui di area pengungsian Tunggilis, Kamis (1/12/2022).
Dalam penuturannya, Evi menyebut, dominan dari masyarakat yang mendatangi posko kesehatan mengalami gatal-gatal, iritasi kulit, demam hingga diare.
Masalah utamanya yakni para pengungsi mulai mengalami kesulitan mendapatkan air bersih hingga kurangnya sarana sanitasi.
Bahkan untuk mandi sekalipun, para pengungsi kata Evi harus mengambil air dari aliran sungai.
"Karena air bersih kan memang sulit di sini, untuk mandi, wudhu aja mereka pakai aliran air ini (sungai)," ucap Evi.
Tak hanya itu, kondisi di dalam tenda yang kerap berdempetan dengan pengungsi lain juga memicu tingginya penularan.
Tak hanya gatal-gatal, para pengungsi yang berada di dalam tenda juga rentan terjangkit flu dan batuk serta sesak nafas.
"Iya karena mereka kan berdempetan, kalau yang satu (warga) gatal-gatal pasti gampang nularnya, kalau misalnya ada yang flu juga pasti nularnya cepet," ucapnya.
Dikutip dari Tribun Jabar, pengungsi banyak yang mengeluhkan gatal-gatal dan infeksi pada luka akibat tertimpa benda saat gempa terjadi. Ada pula yang membawa balita dengan keluhan demam.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hari ke-10 Mengungsi, Warga Cianjur Mulai Gatal-Gatal, Demam hingga Diare
https://bandung.kompas.com/read/2022/12/01/233355878/air-bersih-langka-pengungsi-gempa-cianjur-keluhkan-gatal-hingga-diare