Salin Artikel

Warga Desa di Kabupaten Bandung Keluhkan Jalan Belum Diperbaiki Sejak Masa Kemerdekaan

Pantauan Kompas.com, Jalan alternatif menuju Cianjur dan Garut tersebut terbentang sepanjang 20 kilometer, dari Kabupaten Bandung hingga ke perbatasan Cianjur dan Garut.

Sejak pertama masuk melalui jalur Desa Sugihmukti, kondisi jalan cukup mengkhawatirkan, bebatuan kecil serta pasir menjadi pengganti aspal dan beton.

Hanya beberapa titik saja di jalan penghubung tersebut yang sudah mengalami perbaikan, sisanya lebih mirip sungai yang kering.

Tidak jarang, banyak kendaraan warga yang selip, karena lumpur yang dalam, atau mengalami kecelakaan kecil.

Kondisi jalan tersebut akan bertambah mengkhawatirkan saat musim hujan.

Pasalnya, lumpur yang sudah menjadi hiasan jalan, akan bertambah banyak serta bebatuan tentunya akan bertambah licin.

Terkadang, kondisi seperti itu membuat warga dari kedua Desa mengalami hambatan saat akan beraktivitas.

Hal tersebut dikeluhkan oleh Gunawan (53) warga Kampung Cerem, Desa Sugihmukti, Kecamatan Pasirjambu, Kabupaten Bandung.

Bahkan, kata dia, jalan tersebut belum pernah diperbaiki sejak 25 tahun lalu.

"Kondisi kaya gini tuh sudah lama, semenjak saya kerja di perkebunan Paranggong 20 tahun lalu, tapi jauh sebelum saya ke sini juga kondisi Jalan ini emang enggak gini, rusak dan belum pernah diperbaiki," katanya ditemui, Selasa (3/1/2023).

Warga yang bekerja di perkebunan Paranggo atau memiliki lahan dan berkebun di sepanjang jalan tersebut, sudah dipastikan akan terhambat aktivitasnya.

Saat musim panen, kata dia, para petani di dua desa tersebut kerap mengeluhkan kondisi jalan, lantaran suplai sayuran yang terhambat serta kost perjalanan yang membengkak.

Gunawan mengungkapkan untuk mencapai Ciwidey saja, warga kedua Desa, harus menghabiskan waktu selama tiga jam.

"Sangat mengganggu aktivitas kerja, ya maunya bagus, jadi perjalanan lebih cepat. Ini kan perjalanan dari Paranggong ke Ciwidey tiga jam, kalau misalkan bagus ya 1,5 jam mah nyampe," tambah dia.

Sejak pensiun di perkebunan Paranggo, hampir dua minggu sekali, dia menggunakan jalan tersebut.

Biasanya, dia menggunakan jalan itu untuk menjual hasil panen atau pergi berkebun.

Dia menambahkan, kondisi jalan yang buruk tersebut memanjang dari Kabupaten Bandung hingga perbatasan Cianjur.

Anehnya, kata dia, begitu sampai di wilayah Cianjur, jalan di sana kondisinya sudah lebih baik dari wilayah Kabupaten Bandung.

"Ini kan kan wilayah Kabupaten Bandung di sana ada perbatasan Cianjur, jalannya ya kaya gini," ungkapnya.

Gunawan berharap, jalan alternatif tersebut bisa segera diperbaiki agar mempermudah proses masyarakat beraktivitas.

"Ini kan melintasi Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya, banyak masyarakat yang jatuh dari kendaraan, kalau saya berharapnya pengen segera diaspal, diperbaiki, karena saya yakin masyarakat di sini pengen nyobain jalan yang sudah bagus," terangnya.

Bahkan, Ismawawanto menyebutkan jalan tersebut belum pernah diperbaiki sejak masa kemerdekaan.

"Saya jadi Kades sudah dua periode, saya juga tahu sendiri ada Kades lainnya yang beberapa periode. Jangankan periode saya, sampai saat ini dalam kondisi jelek, sejak Indonesia belum merdeka pun ini jalan belum pernah diperbaiki," kata dia.

Dia juga membenarkan jika jalan yang rusak tersebut membentang sepanjang 20 kilometer.

Lantaran kerap menerima laporan banyaknya warga yang celaka di jalur tersebut, ia pernah sengaja berjalan kaki menyusuri jalan rusak tersebut untuk mengecek titik-titik yang rawan.

"Saya pernah nyoba jalan kaki, ini sampai ada 15 sentimeter air yang tergenangnya. Ini baru seperti ini. Sedangkan ke daerah sana ada yang lebih parah lagi dari ini," jelasnya.

"Kalau menghitung dari Desa Sugihmukti sampai ke Desa Tenjolaya, ini kurang lebih ada 15 kilometer. Apalagi kan Desa Sugihmukti dan Desa Tenjolaya berbatasan dengan Kabupaten Cianjur, ya bisa lah sampai 20 kilometer lebih," sambung dia.

Tidak hanya jalanan yang rusak, dia menyebut sepanjang jalur alternatif itu tidak ada lampu penerangan, serta fasilitas lainnya, seperti jembatan masih terbuat dari kayu.

Kendaraan yang mengalami mati mesin, selip atau celaka, kata dia, sudah menjadi hal yang biasa apabila melintasi jalur tersebut.

"Selain jalan ada juga jembatan yang sampai saat ini masih kayu. Itu dibuat oleh masyarakat itu sendiri. Pemerintah sampai dengan saat ini untuk wilayah Kampung Keneng sampai ke daerah Paranggong, Dewata, Garut dan Cianjur belum pernah tersentuh," tuturnya.

Pasalnya, jika memasuki masa Pilpres, Pilkada dan Pileg semua warga di dua desa tersebut harus mengikuti pesta Demokrasi, tapi tetap saja para calon tidak memenuhi kewajibannya.

"Kadang saya kesel juga, hak-hak warga di sini enggak dipenuhi sama sekali, untuk perbaikan jalan saja minimal enggak ada tuh," katanya.

Kades yang disapa Isma itu menyebut perbaikan jalan merupakan kewenangan pemerintah Desa, tentu kondisi jalan tersebut sudah diperbaiki jauh sebelum menjabat.

"Kalau ini kewenangan wilayah desa, keuangannya mungkin akan saya perbaiki. Tapi karena ini bukan kewenangan desa, makanya kami gak bisa apa-apa," kata dia.

Menurutnya, jalan tersebut bukan hanya penting untuk kehidupan warga di dua Desa. Namun juga penting untuk mendorong percepatan pembangunan di Kabupaten Bandung. 

"Soalnya ini bukan hanya penghubung desa saya dan desa sugihmukti, tapi menghubungkan ke Cianjur dan wilayah Garut. Tadi kita lihat elf kan, nah itu kan kendaraan umum dari Cianjur. Saya kasian juga pengendara lika - liku bawa barang, kan bisa celaka," bebernya.

Pihaknya mengaku kerap berkoordinasi dan berupaya mengkomunikasikan kondisi tersebut, namun hingga kini masih belum ada respon.

"Saya dalam Musrenbang kan sering mengusulkan dan memasukan agar ini dapat diperbaiki. Tapi entah apa lah masih kaya gini, itu mungkin urusan pemerintah daerah atau pusat. Apalagi kan sangat banyak warga yang bertempat tinggal di sana" ujarnya.

Dia berharap baik pemerintah Daerah atau Provinsi bisa dengan segara memperbaiki jalan tersebut.

Pasalnya, bagi masyarakat jalan alternatif itu hanya satu-satunya akses untuk beraktivitas.

"Mungkin masyarakat enggak berani untuk menyampaikan hal ini. Nah saya mewakili, mudah-mudahan ini bisa diperbaiki menjadi jalan yang layak dipakai sebagai lalu lintas masyarakat. Saya berharap ada perhatian khusus jalan ini. Soalnya kasian warga masyarakat, terutama yang sakit, yang mau melahirkan, bahkan saya pernah membawa mayat ke daerah saya Desa Tenjolaya dengan menggunakan jalan ini. Makanya kasian sekali masyarakat lihat kondisi jalan kaya gini," tambahnya.

https://bandung.kompas.com/read/2023/01/03/172805978/warga-desa-di-kabupaten-bandung-keluhkan-jalan-belum-diperbaiki-sejak-masa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke