Salin Artikel

Anak Perempuan di Indramayu Derita Kelainan Kulit sejak Lahir, LPAI Lapor ke Kemensos

INDRAMAYU, KOMPAS.com - Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menemukan anak yang menderita penyakit kelainan kulit.

Penyakit kulit yang diderita anak sudah berlangsung sejak kecil dan butuh pertolongan medis.

Koordinator LPAI Indramayu, M Adi Wijaya (43), mengatakan, peristiwa ini pertama kali ditemukan saat kunjungan kerja ke Blok Bakung, Desa Temiyang, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu, pada pertengahan Februari 2023.

Adi melihat anak perempuan memiliki kulit berbeda dari anak seusianya.

"Saya sedang kegiatan memberikan santunan, tiba-tiba ada anak yang kulitnya berbeda. Saat saya cari setelah kegiatan, anak itu sudah pergi," kata Adi saat dihubungi Kompas.com, Senin (27/2/2023).

Adi bersama warga akhirnya menemukan anak itu sudah di rumahnya. Adi melihat dan bahkan mengetahui langsung kondisi kulit yang diderita anak perempuan itu.

Menurut Adi, sang ibu Sukerih (43), menyampaikan, Iffa Astila Rahma (10) menderita penyakit kelainan kulit sejak lahir. Kulit Iffa tampak luka, retak, dan permukaan mengering.

Iffa yang saat itu lahir di puskesmas, sambung Adi, langsung dibawa ke rumah sakit Indramayu untuk mendapatkan penanganan medis. Iffa dirawat selama beberapa hari.

"Ibunya juga lupa nama penyakit yang diderita Iffa karena sudah lama. Mereka mengaku tidak dapat berobat lagi ke rumah sakit karena keterbatasan biaya," tambah Adi.

Sukerih menceritakan, saat itu bidan di Puskesmas Cilege menyampaikan, kulit Iffa berbeda dengan kulit bayi baru lahir.

Bidan merujuk Iffa ke Rumah Sakit Indramayu. Tak pikir panjang, Sukerih bersama suami menyetujui dan membawa Iffa ke rumah sakit.

Setelah penanganan pertama di rumah sakit, dokter menyebutkan bahwa Iffa menderita penyakit kelainan kulit. Kulit Iffa lebih sensitif dan mudah terluka. Iffa harus dirawat beberapa hari.

"Saat itu juga, langsung dirawat. Karena kulitnya kaya kering tuh. Permukaannya kaya model plastik. Kalau diteken, kaya balon. Terus kalau mengelupas jadi luka dan koreng," kata Sukerih saat dihubungi Kompas.com, Jumat (24/2/2023) malam.

Sakit yang diderita Iffa, terjadi di hampir seluruh bagian permukaan kulit. Akibatnya, Iffa kerap menangis karena luka yang dibarengi dengan rasa gatal itu. Bahkan, dia kerap kurang tidur malam hari.

Meski telah mendapatkan penanganan medis, penyakit kulit Iffa tak kunjung pulih total. Sukerih kembali membawa Iffa ke spesialis penyakit kulit di Cirebon saat usia dua tahun. Namun, pengobatan itu kembali terputus karena keterbatasan biaya.

"Saat itu, saya sekali berobat Rp 600.000, bagi saya, yang suaminya buruh, berat, Pak. Terus pengobatannya terputus-putus. Akhirnya sampai sekarang kulitnya masih ada luka-luka," kata Sukerih.

Sukerih menyebutkan, anak bungsunya tersebut sudah menginjak kelas 3 SD. Dia kerap mendapatkan perlakuan tidak nyaman dari teman seusianya karena kulit yang berbeda.

Sukerih sangat berharap pemerintah dapat membantu proses pengobatan Iffa hingga sembuh total.

Sebagai Koordinator LPAI Kabupaten Indramayu, Adi mengaku telah melaporkan temuan ini kepada tim Kementerian Sosial. Dia berharap Iffa segera mendapatkan penanganan lebih lanjut hingga pulih total.

https://bandung.kompas.com/read/2023/02/27/124752578/anak-perempuan-di-indramayu-derita-kelainan-kulit-sejak-lahir-lpai-lapor-ke

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke