Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Dapat Pinjaman Rp 1,4 T, Ini yang Akan Dilakukan Ridwan Kamil Terhadap Citarum

Kompas.com - 12/06/2019, 14:41 WIB
Dendi Ramdhani,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - World Bank menyiapkan dana pinjaman Rp 1,4 triliun kepada pemerintah Indonesia untuk menyelesaikan masalah persampahan di Sungai Citarum di Jawa Barat (Jabar).

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil rencananya akan melakukan presentasi kepada pihak World Bank untuk mendapatkan pinjaman itu Senin depan.

Emil memastikan status anggaran itu bersifat pinjaman yang akan dibayar oleh pemerintah pusat.

"Status anggarannya loan G to G nanti dibayar pemerintah pusat. Sebaran anggarannya macam-macam ada di Perkim, KLHK, Bappenas. Persentasi Senin, kalau lolos dananya turun," ujar Emil, sapaan akrabnya di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung, Jabar, Rabu (12/6/2019).

Baca juga: Bantuan Dana Rp 1,4 Triliun Khusus untuk Atasi Sampah Citarum

Emil belum menjabarkan secara spesifik untuk program apa saja dana tersebut digunakan. Namun, ia menyebut anggaran itu akan fokus untuk mengedukasi dan membangun peradaban masyarakat dalam tata kelola sampah domestik.

"Intinya kita ingin masalah sampah Citarum itu bukan beli alat-alat canggih, tapi anggaran itu masuk mengedukasi masyarakat supaya sampahnya habis di rumah dengan teknologi receh tapi banyak. Jadi bukan selalu berujung dengan sarana prasarana canggih," ucap Emil.

Ia menjelaskan, masalah sampah Citarum tak melulu harus diselesaikan dengan alat canggih. Teknologi, kata Emil, tak bisa jadi andalan dalam mengubah pola masyarakat dalam menyikapi masalah persampahan.

"Sehingga anggaran itu harapannya dua satu sampahnya selesai, dua edukasi dan peradaban masyarakat tentang persampahan meningkat. Cuma kalau kita larinya ke teknologi saja, masyarakat polanya sama kami gak mau begitu," tuturnya.

Baca juga: PBB Kerja Sama dengan Pemprov Jabar Menata Kota dan Sungai Citarum

Ia lantas mencotohkan gaya hidup warga Jepang dan Amerika. Meski sama-sama negara maju, kedua negara itu punya perbedaan gaya hidup dalam masalah sampah.

"Orang Jepang dan orang Amerika sama-sama hidup 24 jam tapi produksi sampah orang Amerika dua kali lipat dari orang Jepang. Berarti ada gaya hidup. Nah, kami ingin mengubah gaya hidup yang selama ini dianggap oke sebenarnya gak oke. Di anggaran itu kami ingin ada teknologi-teknologi kecil, edukasi di rumah-rumah," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com