Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antisipasi Kemarau Panjang, Ratusan Warga Bangun Sodetan di Sungai

Kompas.com - 27/06/2019, 17:51 WIB
Firman Taufiqurrahman,
Farid Assifa

Tim Redaksi

CIANJUR, KOMPAS.com – Ratusan warga dari sembilan desa di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, bergotong-royong melakukan normalisasi Sungai Cikondang, Kamis (27/06/2019).

Kegiatan normalisasi dilakukan sebagai langkah awal untuk membangun sodetan.

Camat Cibeber Ali Akbar mengatakan, pasca-irigasi Sungai Cikondang jebol empat bulan lalu, ribuan hektar areal pesawahan di wilayahnya nyaris tidak teraliri air.

“Areal pesawahan di Cibeber hampir semuanya irigasi teknis. Setelah ini (bendungan irigasi) jebol praktis sawah mengandalkan hujan, tapi sekarang sudah kemarau, kering di mana-mana,” tutur Ali kepada Kompas.com, Kamis (27/06/2019).

Baca juga: Cerita Warga Bertahan Hadapi Kekeringan, Minum Air Keruh hingga Buat Kubangan di Dasar Sungai

Selama ini, kata Ali, saluran irigasi tersebut berfungsi untuk mengaliri 1.007 hektar sawah di sembilan desa, termasuk pemanfaatannya untuk kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat.

"Sungai Cikondang merupakan urat nadi bagi lahan pertanian di Cibeber. Karena itu, pasca-irigasinya jebol praktis dampaknya sangat luar biasa," katanya.

Harapannya, dengan upaya membangun sodetan, lahan sawah bisa kembali mendapat pasokan air, mengingat sawah-sawah di wilayah Cibeber sudah mulai mengering, termasuk sumber-sumber air yang biasa digunakan warga untuk kebutuhan sehari-hari.

“Debit air di sumur-sumur warga mulai menyusut, dan sawah sedang butuh-butuhnya air saat ini. Kalau tidak dibangun sodetan, praktis areal pesawahan akan kering karena hujan sudah tidak lagi turun sejak sebulan terakhir ini,” katanya.

Seorang warga Desa Cimanggu, Cibeber, Najib Hildan (35) menyebutkan, sumur-sumur warga mulai mengering sebulan terakhir.

Baca juga: Tertimbun Pasir, Seorang Penambang Hilang di Sungai Klawing

Meski jaraknya lumayan jauh dari permukiman, warga terpaksa memanfaatkan aliran sungai untuk keperluan mandi, cuci dan kakus (MCK).

“Beberapa warga bahkan ada yang terpaksa beli air galon untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com