Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produksi PLTA di Bandung Turun 50 Persen karena Kekeringan

Kompas.com - 30/11/2019, 10:49 WIB
Reni Susanti,
Krisiandi

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Produksi listrik di sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Bandung, Jawa Barat, mengalami penurunan sekitar 50 persen pada musim kemarau. 

Penurunan produksi akibat kekeringan ini terjadi di beberapa tempat, terutama wilayah Saguling, meliputi PLTA Lamajan, Plengan, dan Cikalong.

"Kondisi seperti ini sudah terjadi 20 tahun terakhir. Terutama lima tahun ini," ujar MSL Saguling POMU Novy Heryanto kepada Kompas.com di Bandung, Jumat (29/11/2019).

Baca juga: Walhi Tanggapi Klaim PLTA Batangtoru Ramah Lingkungan

Selama 20 tahun itu, kekeringan berpengaruh terhadap produksi akibat sedimentasi dan pendangkalan akibat gundulnya kondisi hutan di hulu. 

Menurut dia, kurangnya produksi listrik dari PLTA karena volume air yang terus berkurang. Misalnya daya volume air yang mestinya tertampung mencapai 1.000 meter kubik, hanya menjadi 600 meter kubik.

Mesin di PLTA pun tidak dipergunakan sepanjang waktu karena airnya tidak bisa dipakai sepanjang tahun. 

Seharusnya, saat beroperasi di pola kering berlangsung 12 jam, namun kini hanya 6 jam, antara pukul 5 sore hingga 10 malam. 

"Produksi listrik juga berkurang. Mungkin kurangnya sekitar 50 persen," beber dia.

Baca juga: Walhi Serahkan Dokumen Banding Gugatan Terkait PLTA Batang Toru

Menurut dia, kurangnya volume air akibat kurangnya lahan serapan. Saat hujan turun, air langsung ke sungai dan tidak terserap di hulu sehingga mengurangi daya dukung waduk. Mestinya berusia 50 tahun, jadi lebih muda.

Begitu pun dengan sedimentasi sangat berpengaruh terhadap daya dukung waduk. Salah satu penyebab sedimentasi dan air yang kurang terserap di antaranya penebangan alam. 

General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Barat Agung Nugroho mengatakan, untuk memperbaiki kondisi lingkungan, PLN melakukan berbagai upaya perbaikan terutama penghijauan pada sejumlah lahan gundul.

"Kita kerja sama dengan BBWS Citarum, PJT Perhutani untuk menata kembali lingkungan. Kami melakukan pembinaan ke masyarakat sekitar," imbuhnya.

Selain itu, pihaknya merasa bersyukur dengan terbitnya peraturan presiden tentang penataan Sungai Citarum sejak 2018. 

Payung hukum ini mampu menekan kerusakan terutama menyangkut pencemaran sungai yang sangat memengaruhi kualitas air.

Baca juga: Pemerintah Jadikan Kawasan Sekitar PLTA Sungai Kayan Kawasan Industri Terintegrasi

"Penanganan sedimentasi, pencemaran pabrik dikurangi. Harapannya menambah daya dukung PLTA," katanya.

Selain Lamajan, terdapat dua PLTA lain yang lokasinya berdekatan dan memanfaatkan sumber air yang sama yakni dari Situ Cileunca. Sebelum ke PLTA Lamajan, air dari danau buatan itu terlebih dahulu mengalir ke PLTA Plengan.

"Buangan air dari (PLTA) Plengan mengalir ke (PLTA) Lamajan. Lalu dari Lamajan ke (PLTA) Cikalong," kata Agung seraya menyebut ketiganya mampu memproduksi listrik hingga 45 mw.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com