Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Jangan Memojokkan Orang yang Beli Baju Lebaran

Kompas.com - 22/05/2020, 18:20 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi meminta semua pihak untuk tidak memojokkan warga yang belanja baju di toko atau kebutuhan makanan untuk lebaran di pasar.

Menurut Dedi, beberapa pihak harus paham tentang psikologi sosial masyarakat bahwa merayakan lebaran itu adalah peristiwa istimewa.

Ada tradisi lebaran yang sulit dihilangkan, yakni membeli baju baru dan belanja makanan untuk lebaran. Apalagi, banyak di antara mereka yang mampu membeli baju baru setahun sekali.

"Tidak semua orang mampu beli baju baru setiap bulan. Ada masyarakat yang hanya mampu beli baju setahun sekali dan beli daging setahun sekali. Jadi jangan nyinyir dan memojokkan mereka," kata Dedi dihubungi via telepon, Jumat (22/5/2020).

Baca juga: Polisi Pelaku Pungli Saat PSBB Bandung Divonis Penundaan Gaji

Menurut Dedi, sebagian besar masyarakat, terutama di desa, berbelanja menjelang lebaran karena tidak mau kehilangan momentum. Rasanya berbeda antara membeli baju sebelum lebaran dengan sesudah lebaran.

"Saya paham karena saya juga orang desa. Ketika lebaran itu sudah berlalu, dia pun kehilangan momentum," katanya.

"Kita tak bisa samakan Indonesia dengan luar negeri. Di bangsa lain, beli baju baru itu tidak aneh. Di kita, bagi masyara tertentu, beli baju baru itu aneh dan tradisi ini susah dihindari," lanjut mantan bupati Purwakarta ini.

Dedi juga menyinggung tentang bantuan sosial dibelikan baju lebaran. Menurut Dedi, jika bantuan sosial dipakai untuk beli baju lebaran lalu masalahnya apa. Itu artinya bahwa penerima bantuan sosial sudah memiliki kecukupan makanan di rumahnya sehingga sebagian bantuan sosial digunakan untuk membeli baju.

"Ya, sekali-sekali mereka gunakan uang dari negara untuk membeli baju lebaran dan itu setahun sekali. Bukankah para pejabat juga pakai uang negara untuk beli baju, sama saja kan? Bahkan pejabat itu bisa beli sebulan sekali," kata wakil ketua Komisi IV ini.

Terkait antrean warga di toko, Dedi mengatakan karena mereka membeli keperluannya disekalikan akibat sudah lama tinggal di rumah setelah pemabatasan sosial berskala besar (PSBB). Sementara di sisi lain, waktu buka toko dibatasi.

"Otomatis akan terjadi antrean. Apalagi jumlah orang di dalam toko juga dibatasi," katanya.

Pasar digeser ke desa

Dedi mengusulkan untuk mencengah terjadi penumpukan dan kerumunan orang di kota, pemerintah bisa melakukan dua hal. Pertama bahan makanan pokok dan baju lebaran langsung dikirimkan ke rumah-rumah warga.

Baca juga: Anggota DPRD yang Cekcok dengan Petugas PSBB Jalani Sanksi Bagikan Masker dan Sembako

Kedua, pemerintah bisa menggeser pasar ke desa bahkan hingga RT/RW. Hal itu untuk mencegah masyarakat keluar dari kompleks sehingga tidak terjadi antrean dan kemacetan di kota.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com