Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dedi Mulyadi: Harga Sayuran Jatuh, Petani Harus Diberi Perhatian Khusus

Kompas.com - 15/10/2020, 11:19 WIB
Putra Prima Perdana,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi melakukan kunjungan ke wilayah Bandung Utara untuk meninjau produksi sayur mayur dan peternakan yang menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakat sekitar Bandung Utara, Rabu (14/10/2020).

Salah satu yang memprihatinkan, menurut Dedi, adalah harga sayuran yang jatuh.

"Harga komoditi pertanian jatuh total terutama komoditi holtikutura seperti cabai, tomat, kol, sawi, yang saya lihat antara biaya produksi dan penjualan malah jauh," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (15/10/2020).

Dedi menyontohkan, harga jual sawi air per kilogram hanya Rp 500 per kilogram, sementara harga produksi mencapai Rp 1.500 per kilogram

"Jadi ruginya sangat tinggi. Harus ada intervensi, perhatian khusus kepada para petani," bebernya.

Baca juga: Dedi Mulyadi Minta Kementan Dorong Petani Gunakan Pupuk Organik

Dedi menjelaskan, perhatian pemerintah selama ini hanya berpihak kepada sektor industri.

"Selama ini yang dapat perhatian selalu sektor industri. Para petani harus mendapat perhatian khusus terutama yang bekerja sebagai buruh tani. Karena otomatis ketika harga jatuh, buruh tani kehilangan pekerjaan," katanya.

Dikepung properti

Selain itu, Dedi menilai pemerintah juga harus memperbaiki tata ruang di wilayah Bandung Utara yang sudah dikepung oleh properti.

Salah satu sektor yang terimbas dari banyaknya properti di kawasan Bandung Utara adalah sektor peternakan di mana komoditi susu sapi menjadi salah satu ikon di daerah Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

"Di Bandung Barat, di Lembang, habitat pengembangan sapi perah mengalami penurunan. Sumber makanan ternak, areal rumput menyempit karena serbuan properti. Peternak terpaksa mengambil rumput di pinggir jalan atai lapangan yang tidak sesuai mutu yang akhirnya produksi susu sapi mengalami oenurunan dan kualitas," jelasnya.

Dedi berharap, udara dingin di kawasan Bandung Utara tetap terjaga dengan menghentikan pembangunan properti di Lembang dan sekitarnya agar lahan yang masih tersisa bisa dimanfaatkan untuk pengembangan peternakan.

"Penataan ruang harus memadai jangan terus menerus udara dinginnya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas yang punya properti di Bandung Utara sedangnkan habitat hidup masyarakat sekitar yang ditakdirkan terlahir di situ dan hidup dari pertanian dan peternakan justru mengalami kehilangan pekerjaan," ungkapnya.

Baca juga: Dedi Mulyadi: Penyelundupan Tetap Terjadi, Izin Ekspor Benih Lobster Harus Dicabut

Menurut Dedi, banyaknya properti di wilayah Bandung Utara akan menyebabkan efek negatif untuk kelestarian lingkungan

"Harus ada sikap yang tegas keberpihakan terhadap para peternak. Caranya tidak terus memberikan tata ruang untuk kepentingan di luar dunia peternakan. Kalau properti menyerbu, kemudian ruang terbuka semakin sempit udara dingin berubah jadi panas," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com