Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Begini Kata Rahmat Baequni soal Informasi Hoaks dalam Ceramahnya

Kompas.com - 21/06/2019, 20:15 WIB
Agie Permadi,
Candra Setia Budi

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Rahmat Baequni ditangkap Direktorat Kriminal Khusus terkait ceramahnya yang diduga menebarkan informasi yang tidak pasti kebenarannya. 

Rahmat ditangkap Kamis (20/6/2019) sekira pukul 23.00 WIB di kediamannya di Jalan Parakan Saat II, Cisaranteun, Kota Bandung, Jawa Barat.

Menanggapi perihal penangkapannya tersebut, Rahmat menjelaskan bahwa pihaknya siap kooperatif menjalani pemeriksaan terkait ceramahnya yang dinilai menebar informasi bohong tersebar di media sosial.

Baca juga: Rahmat Baequni Ditangkap Terkait Hoaks Anggota KPPS Diracun

Kepada wartawan, Rahmat mengaku bahwa soal petugas KPPS yang meninggal karena zat racun itu dikutip dari pemberitaan di media sosial.

"itu saya hanya mengutip saja dari pemberitaan yang sudah viral di media sosial," tuturnya di Mapolda Jabar, Jumat (21/6/2019).

Informasi yang didapatkan di media sosial itu kemudian ditanyakan kepada jemaahnya ketika sedang melakukan ceramah.

"Saya tanyakan kepada jemaah, sebenarnya sudah pada tahu mereka dan mereka menganggukan kepala, itu sudah ramai di medsos berita tersebut. Silahkan bisa dilihat lagi," ujarnya.

Baca juga: Selain Hoaks KPPS Diracun, Rahmat Baequni Ditangkap karena Fitnah Densus 88

Adapun penyampaian terkait petugas KPPS itu, kata Rahmat, karena ada permintaan dari jemaah untuk membahas soal meninggalnya ratusan petugas KPPS itu.

"Ya saat itu kan sudah ramai di media masa, maka ada jemaah yang sebelum pengajian itu bertanya, "tad tolong donk dibahas tentang ini". Jadi kami harus menyikapi bagaimana ya, akhinya saya menyampaikan, maka saya mengatakan berdasarkan informasi yang saya terima, tentu yang saya maksudkan di media sosial, saya kira ada juga yang seperti itu, bisa saja kan cuman tidak terliput seperti saya. itu yang saya sampaikan," katanya.

Meski begitu, Rahmat mengaku tidak meyakini informasi tersebut, tetapi dirinya hanya menyampaikan informasi yang didapatkannya dari media sosial.

"Saya tidak meyakini dan saya mah mempertanyakan prosesnya seperti apa nanti, dan setau saya salah satu yang diajukan tim BPN ke MK salah satunya itu kan ya, kita tunggu seperti apa hasilnya," jelasnya.

Baca juga: Ini Isi Ceramah Rahmat Baequni yang Diduga Fitnah Densus

Rahmat menegaskan bahwa dirinya tak ada maksud menebar berita bohong tersebut sehingga menciptakan kekisruhan informasi.

"Sekali lagi saya tidak bermaksud menebar berita bohong ini sehingga menciptkan kekisruhan informasi, sama sekali tidak. Saya cinta tanah air ini saya cinta bangsa ini, mana mungkin saya memecah bangsa sendiri. Nauzubilah, tidak pernah," ucapnya.

"Intinya saat itu saya menyampaikan bahwa saya hanya mengutip yang ada di medsos, saat itu saya konfirmasi pada jemaah, dan jemaah pun mengatakan iya. baiknya saya menyampaikan bahwa ini kita tunggu kira-kira penyidikannya apa penyebabnya apa, dan memang sudah ada beberapa media yang sudah saya lihat itu kesannya seperti yang tadi dikatakan ada zat-zat yang beracun. Seperti itu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com