“(Pelatihan) ini sangat berguna. Karena selama ini di lapangan, kita mendidik anak untuk memiliki karakter baik tapi pengetahuan kita belum sesuai. Bagaimana mendampingi siswa sesuai dengan potensinya, keberagaman, dan keunikannya,” tuturnya.
Baca juga: Surat dari Pedalaman Papua untuk Menteri Nadiem: Ibu Guru, Kami Takut Meja Patah
Koordinator Komunitas Guru Jabar Masagi Wita Roswita mengatakan, tantangan untuk guru saat ini adalah ketidakmerdekaan.
Mereka merasa tidak punya cukup daya untuk membuat perubahan di lapangan.
“Misal pendidikan karakter atau program apapun yang diinisiasi pemerintah ataupun non pemerintah, kadang selalu dihayati sebagai beban tambahan. Karena sehari-hari saja sudah dibebani beban administrasi, tuntutan untuk meloloskan anak dengan nilai ujian tinggi,” ungkapnya.
Untuk itulah, kelas-kelas seperti ini diadakan, selain pelatihan yang secara khusus diberikan pada 21 sekolah terpilih di Jabar.
Baca juga: Kebutuhan Guru di Surabaya Mendesak, Risma: Kalau Enggak Dapat Aku yang Ngajar
Lewat kelas ini, pihaknya ingin membangun keberdayaan guru. Guru tidak merasa hopeless, mempraktekkan isi dari pelatihan tersebut, dan melakukan perubahan sekecil apapun.
“Kami berharap dari kelas-kelas ini terbentuk komunitas guru yang saling menguatkan (support system) menuju pendidikan karakter yang lebih baik,” imbuhnya.
Sebab siswa yang bahagia akan lahir dari guru yang bahagia. Itulah yang saat ini terus diperjuangkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Dinas Pendidikan dan Jabar Masagi.
“Hasilnya di luar ekspektasi. Banyak guru yang daftar kelas ini dari berbagai daerah, meski harus mengeluarkan biaya sendiri,” pungkasnya.
Baca juga: Kisah Inspiratif, Sriyono Guru PAUD Penyandang Disabilitas dari Blora
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan