Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ridwan Kamil: Orangtua Jangan Bangga Anak Bisa Main Ponsel Sejak Kecil

Kompas.com - 29/11/2019, 13:42 WIB
Dendi Ramdhani,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta para orangtua untuk selalu mengawasi pengunaan gawai yang dimainkan anak.

Ia mengaku miris dengan adanya orangtua yang terkesan bangga lantaran anaknya mampu mengoperasikan gawai di usia yang masih kecil.

"Orangtua jangan bangga jika anaknya bisa main hape. Kadang suka dipamerkan bisa main hape di usia masih kecil. Lebih baik kita fokuskan pada kegiatan motorik, pertumbuhan yang normal, berinteraksi dengan alam," tutur Emil, sapaan akrabnya, kepada Kompas.com, Kamis (28/11/2019).

Baca juga: Gratiskan SPP SMA, Ridwan Kamil Pangkas Dana Perjalanan Dinas PNS

Menurut Emil, pada dasarnya sesuatu yang berlebihan itu berbahaya. Dalam konteks anak kecanduan game, yang perlu diperhatikan adalah frekuensi pemakaian.

Karena itu, kata Emil, Pemprov Jabar telah menggagas sejumlah program untuk mengurangi interaksi anak dengan gawai.

Salah satunya, program maghrib mengaji serta sekolah tanpa gangguan gawai (Setangkai).

Menurut dia, kasus anak kecanduan game banyak menyasar kalangan menengah atas.

"Memang tidak terukur hasilnya secara ilmiah, tetapi upaya itu sudah ada. Jadi saya mengapresiasi apapun langkah yang dilakukan untuk mengurangi. Karena sekarang hadir penyakit mental baru yang membuat rumah sakit jiwa di Cisarua akhirnya mengalokasikan ruang dan perawatannya untuk penyakit mental kecanduan hape,' ujar dia.

"Dan kebanyakan menengah atas, justru golongan kaya yang memang karena punya kemudahan memberikan hp di usia lebih muda," kata Emil menambahkan.

Emil juga tengah mengkaji penerapan aturan yang melarang anak mendapat fasilitas gawai hingga usia tertentu. Di beberapa negara, kata Emil, aturan itu telah diterapkan.

"Dan kalau kita berkaca ke luar negeri saya menemukan juga, nanti kita riset. Di sana dilarang memberikan hape ke anak ke usia tertentu. Nah, ini di Indonesia belum ada. Mungkin ini baik kita perhatikan, praktikan, mungkin usia SD mah belum perlu. Nanti di usia yang cukup matang paham menggunakan dengan bijak barulah kita berikan akses yang memang komunikasi itu sekarang jadi kebutuhan lumrah di era digital," ujar dia.

Sementara itu, Psikiater RSJ Provinsi Jawa Barat Ade Kurnia Surawijaya berpendapat, pemerintah harus lebih gencar menyosialisasikan bahaya penggunaan gawai secara berlebihan terhadap anak.

Sebab, kata Ade, pada dasarnya permainan dalam gawai diciptakan untuk membuat pemakai kecanduan.

Karena itu, pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan agar produsen gawai ataupun developer bisa turut serta membatasi penggunaan gawai oleh anak.

"Kalau dari kebijakan pemerintah silakan ponsel game bisa masuk tapi batasannya dong diatur. Bisa pemerintah minta ada mode anak untuk ponsel. Atau di game tertentu ada iklan sosial dalam bentuk pop up atau aplikasi yang bisa membatasi jam bermain. Paling tidak iklan itu memaksa kita jika diulang dan itu masuk ke dalam otak," ujar dia.

Baca juga: Bappenas Sambut Baik Usulan Ridwan Kamil Bentuk Forum Komunikasi APPSI

Di samping itu, pemerintah juga harus mulai masuk ke lembaga pendidikan dan melibatkan pihak yang kompeten untuk menyuarakan bahaya penggunaan gawai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com