Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Dokter Gigi di Bandung Lawan Stigma terhadap Pasien HIV/AIDS

Kompas.com - 02/12/2019, 09:02 WIB
Reni Susanti,
Khairina

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – AS (32 tahun) masih mengingat kejadian beberapa tahun lalu saat memeriksan giginya di sebuah klinik.

Begitu akan membuka mulut, ia bercerita kepada dokter yang memeriksa bahwa ia penderita AIDS. Dokter tersebut terlihat kaget dan batal memeriksa. Ia pun dirujuk ke rumah sakit.

“Pas denger saya AIDS, dokter kaget dan mundur beberapa langkah ke belakang,” ujar AS kepada Kompas.com, Minggu (1/12/2019).

Melihat sikap itu, AS merasa terpukul. Bahkan tenaga kesehatan yang seharusnya mengerti kondisi dirinya malah mendiskriminasi.

“Saya berharap suatu hari nanti, saya bisa diperiksa dimana pun, tanpa menerima stigma ataupun diskriminasi,” tuturnya.

Baca juga: Perjuangan Dokter Gigi Maruli, Ditinggalkan Istri karena HIV hingga Lawan Stigma

Kepala Departemen Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Padjadjaran (Unpad), Irna Sufiawati mengatakan, penderita HIV/AIDS memang banyak mendapatkan stigma.

Salah satunya dari dokter gigi.

Bentuk stigma yang diberikan yakni dokter gigi menolak melakukan pelayanan pasien HIV/AIDS dengan berbagai cara. Seperti hanya memberikan obat, merujuk, alasan sterilisasi tidak siap, dan lainnya.

Stigma ini melekat kuat karena ketidaktahuan dan ketidaksiapa tenaga kesehatan. Hal ini karena kurikulum di Indonesia yang masih kurang,” ungkapnya kepada Kompas.com.

Berbeda dengan di luar negeri. Di beberapa negara, dokter gigi sudah bisa memberikan konseling dan pemeriksaan HIV/AIDS ketika menemukan pasien yang memiliki tanda-tanda HIV/AIDS.

“Gejala HIV/AIDS bisa dilihat dari rongga mulut, misalnya lidah putih,” tuturnya.

Berbagai persoalan ini dibahas dalam The 8th World Workshop on Oral Health and Disease in AIDS (WW8 AIDS) di Bali September lalu. Pertemuan tersebut menghasilkan Deklarasi Bali yang berisi tiga poin.

Pertama, peran para profesional dokter gigi adalah sebagal bagian yang tidak terpisahkan dari tim profesi kesehatan yang berkomitmen untuk mencapai tujuan UNAIDS.

Kedua, pendidikan HIV pada mahasiswa kedokteran gigi dan petugas kesehatan gigi merupakan bagian yang terpenting dalam kurikulum kedokteran gigi.

Baca juga: Kisah Arini, Penderita HIV yang Bangkit Usai Terusir dari Keluarga...

Itu untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan yang cukup dan sikap yang sesual dalam menangani orang dengan HIV/AIDS

Ketiga, program kesehatan masyarakat perlu meyakinkan, masyarakat mempunyai pengetahuan tentang HIV, untuk menormalisasikan sikap orang dengan HIV/AIDS dan memahami peran petugas kesehatan gigi.

“Deklarasi Bali ini kita terus sosialisasikan dan terus perjuangkan. Bandung menjadi kota pertama,” tambahnya.

Dalam sosialisasi hal tersebut digelar acara “Dokter Gigi Tanpa Stigma”. Salah satunya dengan pemeriksaan gigi gratis bagi pengunjung Car Free Day di Bandung.

“Saat ini sudah ada rumah sakit atau klinik swasta yang bisa menangani orang dengan HIV/AIDS. RSHS tentunya juga sudah bisa. Mudah-mudahan ke depan tidak ada lagi stigma,” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com