Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jusuf Kalla Dianugerahi Doktor Honoris Causa oleh ITB

Kompas.com - 13/01/2020, 11:28 WIB
Agie Permadi,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar sidang terbuka Penganugerahan Doktor Honoris Causa (HC) M.Jusuf Kalla, Senin (13/1/2020).

Wakil Presiden ke -10 dan ke -12 Indonesia itu dianugerahi Doktor HC atas inovasi yang telah dilakukan untuk meningkatkan produktifitas sebuah sistem, baik sistem itu berupa perusahaan maupun institusi sektor publik dan pemerintahan

Ketua Tim Promotor Abdul Hakim Halim mengatakan, bahwa ITB memiliki kebijakan pemberian gelor Doktor Kehormatan dengan tujuan mendorong masyarakat dan bangsa Indonesia untuk berprestasi dalam, dan memberikan sumbangan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Baca juga: Jusuf Kalla Instruksikan Relawan PMI Siapkan Kebutuhan Mendesak untuk Korban Banjir

Gelar Doktor Kehormatan ini diberikan kepada seseorang yang memiliki karya nyata yang mengandung nilai inovatif atau pemikiran dan gagasan atau penelitian dan pengembangan konsep-konsep yang orisinal dan mendasar, yang terbukti bermakna dan bermanfaat bagi masyarakat, perkembangan kebudayaan bangsa dan kemanusiaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan atau seni.

"Berdasarkan karya-karya inovatif, rekam jejak dan kearifan serta ketentuan penerima gelar Doktor Kehormatan yang tercantum dalama SK Senant Akademik ITB nomor 43/SK/K01-SA/2003, tim Promotor berkesimpukan, dengan oenuh keyakinan, bahwa M.Jusuf Kalla sangat layak untuk mendapat gelar doktor Kehirmatan dari ITB dalan bidang produktifitas," jelas Abdul dalam keterangan tertulisnya, Senin (13/1/2020).

Pemberian gelar Doktor Kehormatan kepada M Jusuf Kalla ini merupakan yang ke-14 kalinya yang diberikan oleh ITB.

Orasi ilmiah

Pada kesempatan tersebut, Jusuf Kalla juga menyampaikan orasi ilmiah terkait "Mendorong Produktivitas, Meningkatkan Kesejahteraan Bangsa.

Jusuf menyampaikan risalah dari pengalaman panjangnya tersebut. Pertama, petingnya keberanian dan ketegasan untuk memulai dan mengambil resiko.

Kedua, pentingnya kualitas sumeber daya manusia. Ketiga, pentingnya manajemen dan akumulasi pengetahuan.

Keempat, pentingnya peran enterpreneur. Kelima, pentingnya peranan perguruan tinggi, dan Keenam, pentingnya wisdom.

"Pada kesempatan ini saya ingin berpesan kepada civitas akademika ITB agar jangan pernah berhenti melakukan menebar inovasi. Anda semua adalah generasi terbaik bangsa. Anda adalah lokomotif kemajuan dimana bangsa ini berharap peran besar ITB sebagai inisiator dan motor peningkatan produktivitas," kata JK.

Rektor ITB Kadarsyah Suryadi mengatakan, bagi ITB Penganugerahan Doktor Kehormatan ini memiliki arti tersendiri yang sangat besar, terutama karena berkesempatan memberikannya kepada putera terbaik bangsa yang telah mendedikasikan kehidupannya bagi kemajuan dan kesejahteraanya bangsa Indonesia.

Dalam sambutannya, Kadarsah mengemukakan bahwa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2030-2040, yaitu Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (berusia dibawah 15 tahun dan di ayas 64 tahun).

Berkaitan dengan bonus demografi tersebut, jara Kadarsah, kuta perlu mempersiapkan segalanya agar usia produktif dari sebagian besar bangsa ini bukan hanya merupakan potensi saja tetapi benar-benar merupakan bangsa yang memiliki produktivitas tinggi.

"Saya berharap agar penganugerahan gelar Doktor Kehormatan kepada Dr (HC) M Jusuf Kalla ini menjadi awal dari gerakan nasional produktifitas dalam rangka menyongsong bonus demografi," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com