BANDUNG, KOMPAS.com – Jumlah penderita penyakit kritis di Jawa Barat melebihi rata-rata nasional.
“Seperti penyakit jantung. 1,6 persen masyarakat di Jabar menderita penyakit jantung,” ujar dokter penyakit dalam RS Premier Jatinegara, Laura Anasthasya dalam seminar PRUTotal Critical Protection (PRUTop) di Bandung, Senin (20/1/2020).
Laura mengatakan, jumlah tersebut melebihi rata-rata nasional 1,5 persen. Begitupun dengan hipertendi. Sebanyak 9,67 persen masyarakat Jabar menderita hipertensi, melebihi rata-rata nasional 8,36 persen.
Hal serupa terjadi untuk stroke. Penyakit ini diderita 11,4 persen, melebihi rata-rata nasional 10,9 persen. Bahkan gagal ginjal di Jabar sebesar 0,48 persen, melebihi rata-rata nasional 0,38 persen.
“Itu merupakan data yang diambil dari Riset Dasar 2018. Riset itu menunjukkan berbagai jenis penyakit memiliki prevalensi yang melebihi rata-rata nasional,” tuturnya.
Baca juga: Surili Berkeliaran di Permukiman, Monyet Langka Maskot PON Jabar 2016, Diduga Binatang Peliharaan
Selain karena jumlah penduduk yang besar, penyakit kritis ini dapat menyerang siapapun dan kapanpun. Untuk itu, masyarakat diimbau tidak terpaku menghindari satu penyakit tertentu.
Berbagai permasalahan kesehatan dapat terus bertambah akibat banyak faktor seperti gaya hidup, globalisasi, hingga perubahan iklim.
“Kondisi penyakit semakin banyak karena kurang aktivitas fisik, makanan pengawet, rokok, dan lainnya,” ungkap Laura.
Untuk itu, masyarakat perlu mengantisipasi ancaman penyakit kritis dengan mengubah gaya hidup mereka dan lebih menyadari mahalnya kesehatan.
Baca juga: Wakil Gubernur Jabar: Sunda Empire dan Kesultanan Selaco Sah-sah Saja
Penyakit kritis dapat berimplikasi pada aspek psikologis, sosial, hingga finansial yang dapat meggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga.
“Apalagi beberpa jenis penyakit seperti akibat kecelakaan dan bencana tidak ditanggung BPJS,” kata Laura.
Untuk itu, masyarakat diminta mawas diri, menjalankan pola hidup sehat, istirahat cukup, dan rajin medical check up.
“Lakukan medical check up untuk mencegah, bukan medical check up setelah sakit,” tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.