BANDUNG, KOMPAS.com - Indonesia kini tengah mengembangkan vaksin Covid-19, baik vaksin Merah Putih maupun vaksin yang dikolaborasikan dengan sejumlah negara, salah satunya China.
Apabila vaksin ini berhasil diuji coba dan diproduksi, nantinya ada dua skema dalam penyuntikan vaksin kepada masyarakat.
"Ada vaksin bantuan pemerintah, sama vaksin mandiri," ujar Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) Erick Thohir dalam orasi ilmiah Dies Natalis Universitas Padjajaran yang disampaikan secara virtual, Jumat (11/9/2020).
Baca juga: Riset Tunjukkan, Tingkat Kepercayaan Vaksin di Indonesia Menurun
Erick menjelaskan, vaksin bantuan pemerintah ditujukan untuk program vaksinasi massal.
Sumber pendanaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Adapun vaksin mandiri ditujukan untuk masyarakat yang mampu, sehingga tidak perlu disubsidi oleh pemerintah.
"Kami mengetuk hati (orang mampu) untuk membantu pemerintah dengan membayar sendiri," tutur Erick.
Baca juga: Relawan yang Disuntik Vaksin Buatan China Terpapar Covid-19
Erick mengatakan, dari hasil obrolannya dengan beberapa organisasi pengusaha dan lainnya, mereka berkomitmen untuk membayar sendiri.
Bahkan, untuk kebutuhan vaksin pegawainya, para pengusaha ini akan menyiapkan anggaran sendiri untuk mengurangi beban pemerintah.
Sebab, pendapatan pemerintah juga menurun, termasuk pendapatan pajak turun 12 persen.
"Untuk vaksinasi massal ini, sebanyak 1,5 juta dokter, perawat, dan bidan di Indonesia siap membantu," kata Erick.
Baca juga: Mimpi Vaksin Covid-19 Segera
Erick mengatakan, untuk vaksin Sinovac, Indonesia akan mendapat tambahan 20 juta dosis di akhir tahun.
Kemudian, pada 2021 ada tambahan 250 juta dosis.