BANDUNG, KOMPAS.com - Tim Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran mengkaji penyebab longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Senin (11/1/2021).
Caranya, dengan melakukan survei geologi di kawasan bencana longsor untuk menganalisis struktur geologi di kawasan permukiman tersebut.
Dosen Fakultas Teknik Geologi Unpad Dicky Muslim mengatakan, berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan Pusat Riset Kebencanaan Unpad, Ikatan Ahli Geologi Indonesia, serta sejumlah alumni FTG Unpad, wilayah longsor tersebut memiliki kontur lahan yang curam.
“Tadinya wilayah ini bekas tambang batu dan tanah urugan, lalu kemudian diratakan dan dijadikan perumahan,” ungkap Dicky dalam rilis yang diterima Kompas.com, Selasa (12/1/2021).
Baca juga: Lokasi Longsor di Sumedang Seharusnya Ditanami Pohon, tapi Malah Dibangun Beton
Secara geologi, struktur tanah dan batuan di wilayah Perumahan SBG Desa Cihanjuang termasuk ke dalam bagian batuan vulkanik Qyu.
Dalam Peta Geologi yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM, batuan vulkanik Qyu merupakan produk batuan vulkanik muda yang belum bisa dipisahkan, sehingga masih bercampur antara lapisan keras dengan yang halus.
Karena termasuk batuan vulkanik muda, lapisan tanah dan batuan ini cukup rentan. Kerentanan ini sudah terlihat sebelumnya di beberapa titik.
View this post on Instagram
Dicky menjelaskan, batas bagian tenggara perumahan tersebut berhadapan dengan tebing yang dibatasi dengan saluran air.
Diduga, ketika hujan besar tiba saluran air ini terjadi peresapan atau infiltrasi, sehingga membentuk bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.
Sejumlah rumah yang berbatasan dengan tebing tersebut juga terlihat ada yang retak.
Hal ini sudah mengindikasikan bahwa wilayah itu berpotensi terjadi pergeseran tanah yang akan memicu terjadinya longsor.
Baca juga: Longsor Susulan di Sumedang Masih Berpotensi Terjadi