Perjuangannya melawan depresi tidak mudah, meski setelah Mia berkonsultasi dengan psikiater.
Trauma dan lukanya seperti terus-menerus dibuka, seiring dengan penyelesaian kasus kecelakaan suaminya.
Depresi Mia semakin memburuk, bahkan berkali-kali ia berpikir akan mengakhiri nyawa karena didera perasaan bersalah.
"Saya mau mati saja, tapi saya mau anak saya hidup. Saya sendiri sepertinya sudah nggak mungkin buat tetap hidup karena rasa bersalah terhadap suami. Kalau saja waktu itu saya tidak mau diantar ke kantor, kalau saja waktu itu saya biarkan dia bekerja, atau kalau saya biarkan dia di rumah, ini tidak akan terjadi. Itu rasa bersalah saya.
Baca juga: Enam Hari Dirawat, Ibu dan Bayi Baru Lahir di Tegal yang Positif Covid-19 Kondisinya Membaik
"Saya sempat mengunci diri di kamar mandi, mencoba bunuh diri. Bahkan saya pernah datang datang ke tempat kejadian [kecelakaan]. Terus saya diam saja di jalan itu, maunya menyeberang jalan saat [ada] bus lewat," ungkap Mia dengan suara bergetar.
Mia mengakui, omongan orang-orang di sekitarnya semakin membuatnya merasa tersudut dan mempengaruhi kondisi kejiwaannya.
Ada yang membahas soal keadaan tubuh suaminya setelah tertabrak, bahkan ada yang menyalahkannya atas kematian sang suami. Beberapa menuduhnya kurang beriman sehingga mengalami depresi.
Baca juga: Derita Orangtua Bayi yang Alami Kelainan Langka Organ Perut Keluar: Kami Tak Ada Uang Lagi
"Nah, itu yang semakin membuat berat dan merasa bersalah. Ditambah omongan orang, kalau stres tidak punya agama, atau agamanya tidak baik.
"Kamu stres bikin anak kamu menderita, katanya. Orang hanya fokus ke bayi saya, tapi tidak fokus ke apa yang saya rasakan, saya alami. Mereka tidak peduli. Menurut mereka, saya sanggup menjalaninya," ujarnya.
Keinginan bunuh diri berulang kali muncul selama masa kehamilannya. Mia bahkan sempat melakukan pencarian di internet tentang cara bunuh diri yang aman untuk ibu hamil.
Baca juga: Dijenguk Banyak Orang di Rumah, Bayi Baru Lahir Positif Covid-19, Demam Tinggi dan Sesak Napas
"Kalau saya pakai silet, saya kehabisan darah dan anak saya tidak selamat. Kalau saya tabrakan terus kena perut, anak saya tidak selamat. Itu yang terus ada di pikiran. Saya searching bagaimana cara bunuh diri yang aman buat ibu hamil, dan ternyata tidak bisa. Itu yang membuat saya mengurungkan niat, ya sudah, sampai lahiran saja," kisah Mia.
Keinginan bunuh diri itu tak hilang sampai Mia melahirkan Putih, anaknya.
Kali ini, Mia merasa kematiannya tidak akan terhalang lagi, karena Putih telah lahir dengan selamat. Tapi ternyata, Putih lah yang justru membuatnya bertahan hidup dan bersemangat untuk sembuh.
Baca juga: Soal Ibu dan Bayi Positif Covid-19 yang Diduga Tertular Saat Dijenguk, Ini Kata Dinkes Tegal
"Ketika ibu-ibu mengeluh anaknya menangis tengah malam setelah melahirkan, itu justru penyelamat saya. Karena anak saya tengah malam menangis dan butuh saya di sisinya, itu justru jadi penyelamat buat saya," kata project manager di sebuah perusahaan IT ini.