BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi mengatakan, munculnya kerumunan di pasar Tanah Abang jelas akan menimbulkan kecemasan berbagai pihak hingga akhirnya berujung saling menyalahkan.
Seperti yang terjadi belakangan ini, Menteri Keuangan Sri Mulyani dituding jadi biang terjadinya kerumunan di Pasar Tanah Abang karena pernyataan yang mengimbau masyarakat untuk membeli baju Lebaran agar perekonomian Indonesia yang belakangan terpuruk karena pandemi Covid-19 bisa kembali bangkit.
"Segala sesuatu di Indonesia pasti dikaitkan dengan politik dan kepentingannya," ujar Dedi via telepon kepada Kompas.com, Rabu (5/5/2021).
Baca juga: Berkaca dari Kerumunan Pasar Tanah Abang, Dedi Mulyadi Sarankan Pasar Buka 24 Jam
Dedi mengatakan, diminta atau tidak, budaya masyarakat Indonesia membeli baju baru jelang hari raya Idul Fitri tidak bisa dihalangi atau pun dibendung meski ada pandemi.
"Semuanya ingin serba baru, jangankan yang memiliki kecukupan ekonomi, yang tidak pun berusaha mengumpulkan uang dan memaksakan diri agar memiliki kelengkapan hari raya Idul Fitri serba baru. Artinya kecenderungan belanja memang sulit dicegah karena peristiwanya setahun sekali," jelasnya.
Agar pasar yang menjual komoditi sandang seperti Pasar Tanah Abang dan Pasar Baru Bandung tidak terjadi kerumunan manusia, Dedi menyarankan agar pemerintah tidak membatasi jam berjualan kepada pasar penyedia komoditas sandang.
"Ketika kita membuat logika dibatasi jam-nya, maka akan terjadi antrean orang untuk menunggu jam tersebut baik buka maupun jam tutup. Pembatasan jam untuk melayani yang belanja justru akan menimbulkan kerumunan," bebernya.
Baca juga: Berburu Baju Lebaran, Warga Majalengka Rela Berdesakan di Pusat Perbelanjaan Sandang