Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Bulan Dipasang, Kamera Trap di Sanggabuana Rekam Macan Tutul Sekali

Kompas.com - 18/01/2022, 14:25 WIB
Farida Farhan,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Irfan Hakim mengaku speechless setelah kamera trapnya berhasil merekam macan tutul (Panthera pardus) di Pegunungan Sanggabuana.

Pegunungan ini membentang dari Karawang, Purwakarta, dan perbatasan Cianjur dan Bogor.

"Ini surprise, dan gue speechless pertama lihat macannya terekam kamera. Ini biasanya gue lihat di TV, dilakukan para ilmuwan atau para peneliti, seperti di NatGeo dan Animal Planet. Sekarang gue bisa ikut terlibat langsung di hutan bersama Ranger SCF di Gunung Sanggabuana. Tolong, ini harus dijaga, jangan diburu," ungkap Irfan dalam keterangannya, Selasa (18/1/2021).

Baca juga: Guru Honorer di Krayan Kaltara Bunuh Macan Tutul dan Unggah Fotonya di Medsos, Ini Alasannya

Irfan mengakui tidak mudah untuk melakukan pemantauan dan mendata satwa liar langka seperti macan tutul ini di habitat aslinya, beda dengan di Afrika yang memang macannya banyak.

Sehingga menurutnya membutuhkan upaya dan kesabaran.

Irfan Hakim memasang kamera trap ketika ikut dalam tim Sanggabuana Wildlife Expedition.

Video macan tutul ini berasal dari dua kamera trap milik Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) yang dipasang sejak September 2021.

Dari data exif yang tertera di video, macan tutul ini terekam atau melewati kamera trap pada tanggal 22 November 2021 jam 11.21 siang.

Macan tutul tersebut terlihat berjalan membelakangi kamera bergerak menjauh. Sedangkan satu gambar lagi hanya memperlihatkan ekornya saja. Namun tim belum bisa memastikan jenis kelamin dan umur macan tutul ini.

Irfan Hakim mengatakan sebenarnya pemasangan kamera trap bersama Ranger SCF ini dilakukan dari September 2021.

Pada bulan pertama ketika di cek di lapangan, belum ada macan yang berhasil tertangkap kamera trap. Bahkan beberapa kamera sempat dipindahkan ke lokasi lain di Sanggabuana. Baru pada November 2021 satu ekor individu tertangkap kamera.

“Baru direlease sekarang karena kamera memang diem di hutan 4 bulan dan baru diambil sama tim belum lama ini," ujar Irfan.

Macan tutul di Pegunungan Sanggabuana kembali tertangkap kamera trap. yang dipasang Irfan Hakim ketika ikut dalam tim Sanggabuana Wildlife Expedition.Dok. Sanggabuana Wildlife Expedition bersama Irfan Hakim Macan tutul di Pegunungan Sanggabuana kembali tertangkap kamera trap. yang dipasang Irfan Hakim ketika ikut dalam tim Sanggabuana Wildlife Expedition.

Irfan bahkan mengaku sempat kesal lantaran sudah sebulan dipasang namun tidak ada yang terekam.

“Awalnya memang sempet kesel sih gue, lama amat satu bulan nggak ada yang kerekam, bulan kedua juga nggak ada, sampai kamera dipindah ketempat lain," kata dia.

Selain macan tutul, satwa lain pun juga terekam kamera trap yang dipasang oleh Irfan Hakim dan Tim Ranger SCF yakni babi hutan, musang, tikus hutan, dan puyuh gonggong.

“Ini membuktikan bahwa ekosistem gunung Sanggabuana masih relatif baik sebagai habitat top predator ini. Dan gue setuju, dan mendukung banget sih kalau Gunung Sanggabuana dijadikan Taman Nasional, supaya ada upaya perlindungan dan pelestarian ” kata Irfan Hakim dalam keterangannya.

Solihin Fuadi, Direktur Executive Sanggabuana Conservation Foundation (SCF) membenarkan temuan ini. Namun lokasinya berbeda dengan lokasi yang dulu pernah dilakukan upaya serupa.

Pria yang akrab disapa Inong ini mengatakan, pihaknya melibatkan beberapa figur publik dalam pemasangan kamera trap untuk mengedukasi dan membantu menyuarakan tentang Sanggabuana. Terutama dalam perubahan status kawasan Sanggabuana menjadi Taman Nasional.

Bernard T. Wahyu Wiryanta, Leader Tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang juga pembina SCF mengatakan, macan tutul ini adalah hasil monitoring yang sudah dilakukan sejak tahun kemarin.

“Fokus kita adalah mendata biodiversity yang ada di Sanggabuana. Sampai hari ini sudah tercatat 60 jenis burung, 5 ekor primata yang 3 diantaranya endemik jawa, juga puluhan reptil dan mamalia. Top predatornya tentu saja macan tutul untuk di darat dan elang jawa yang menguasai angkasa," ujar Bernard.

Pria berprofesi sebagai fotografer hidupan liar ini menyebutkan hasil pendataan visual flora-fauna kawasan Sanggabuana ini akan dipetakan persebarannya, dicatat koordinatnya, dan akan menjadi bahan pra kajian yang akan diserahkan ke KLHK sebagai dasar untuk perubahan status kawasan jajaran pegunungan Sanggabuana menjadi Taman Nasional.

Baca juga: Ada Cakarnya, Jejak Hewan Liar di Permukiman Warga Banyumas Diduga Bukan Macan

Bernard mengatakan, pihaknya melibatkan banyak pihak untuk pekerjaan ini. Sebelumnya Kang Dedi Mulyadi terlibat dalam kegiatan di Sanggabuana, ikut masuk hutan dan mengedukasi masyarakat.

"Kali ini sengaja kita ajak Mas Irfan Hakim ke hutan, ikut tim ekspedisi yang memasang kamera trap dan mendata burung. Sepulang dari Sanggabuana, harapannya teman-teman public figure ini bisa membantu kampanye “Sanggabuana Road To National Park” dan menyebarkan pentingnya Sanggabuana untuk kelangsungan ekologi dan kehidupan manusia di sekitarnya," kata Bernard.

Diketahui, akhir tahun 2021 Macan Tutul (Panthera pardus melas) tertangkap kamera trap tim Sanggabuana Wildlife Expedition yang dipasang bareng Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi dan Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam Ekosistem.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Patok Tarif Seenaknya, 25 Juru Parkir Liar di Karawang Ditangkap

Patok Tarif Seenaknya, 25 Juru Parkir Liar di Karawang Ditangkap

Bandung
Pemprov Jabar Targetkan 11 Juta Ton Gabah Kering Giling di 2024

Pemprov Jabar Targetkan 11 Juta Ton Gabah Kering Giling di 2024

Bandung
Dramatis, Polisi Tangkap Tangan Curanmor di Jalan Cirebon–Kuningan

Dramatis, Polisi Tangkap Tangan Curanmor di Jalan Cirebon–Kuningan

Bandung
Video Viral Parkir di Minimarket Karawang Rp 15.000 untuk THR

Video Viral Parkir di Minimarket Karawang Rp 15.000 untuk THR

Bandung
Jasad Wisatawan Bandung Ditemukan 4 Km dari Pantai Cidamar

Jasad Wisatawan Bandung Ditemukan 4 Km dari Pantai Cidamar

Bandung
HUT ke 383, Kabupaten Bandung Masih Terjerat Problem Sampah

HUT ke 383, Kabupaten Bandung Masih Terjerat Problem Sampah

Bandung
Jadi Sorotan, Jalur Wisata Bandung Selatan Kerap Macet

Jadi Sorotan, Jalur Wisata Bandung Selatan Kerap Macet

Bandung
Atasi Pungli di Masjid Al Jabbar, Bey Machmudin Libatkan Aher dan Ridwan Kamil

Atasi Pungli di Masjid Al Jabbar, Bey Machmudin Libatkan Aher dan Ridwan Kamil

Bandung
Pasca-Lebaran Harga Sembako Turun, Pedagang Cirebon Semringah Penjualan Tembus Lebih dari 1 Ton

Pasca-Lebaran Harga Sembako Turun, Pedagang Cirebon Semringah Penjualan Tembus Lebih dari 1 Ton

Bandung
Sepasang Mahasiswa yang Mau Kuburkan Bayi di Jatinagor Jadi Tersangka

Sepasang Mahasiswa yang Mau Kuburkan Bayi di Jatinagor Jadi Tersangka

Bandung
Tukang Kebun Mengaku Bunuh Honorer di KBB untuk Bela Diri, Kubur Jenazah di Dapur karena Panik

Tukang Kebun Mengaku Bunuh Honorer di KBB untuk Bela Diri, Kubur Jenazah di Dapur karena Panik

Bandung
Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Bandung Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Bandung
Mengintip Sejumlah Figur yang Akan Ramaikan Pilkada Kota Tasikmalaya

Mengintip Sejumlah Figur yang Akan Ramaikan Pilkada Kota Tasikmalaya

Bandung
Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Bogor Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Sedang

Bandung
Pupuk Kujang Resmikan Pabrik Dry Ice dengan Investasi Rp 9,8 Miliar

Pupuk Kujang Resmikan Pabrik Dry Ice dengan Investasi Rp 9,8 Miliar

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com