"Jangan sampai ada pemahaman bahwa kejadian ini karena vaksin murni. Karena sudah jelas bahwa hasil laboratoriumnya ada DBD," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan, sesuai hasil penyelidikan kasus kematian siswa Sekolah Dasar (SD) di wilayahnya usai menerima vaksin akibat Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi (KIPI) atau vaksinasi dengan penyakit bawaan.
Hasil itu sesuai penelusuran para dokter yang tergabung dalam Kelompok Kerja (Pokja) KIPI RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya dengan hasil laboratorium bahwa korban meninggal akibat KIPI dan Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Perlu saya jelaskan bahwa anak itu meninggal dikenal KIPI dengan panyakit bawaan terdeteksi NS1 atau DBD. Hasil penyelidikan itu sesuai penelusuran para dokter yang tergabung dalam Pokja KIPI RSUD Seokardjo Tasikmalaya. Sempat dirawat tapi tak tertolong," jelas Uus kepada wartawan di kantornya, Selasa (18/1/2022).
Uus menambahkan, penyebab kematian anak akibat KIPI dengan penyakit yang mendasarinya ini baru kali pertama terjadi di wilayahnya.
Adapun akibat KIPI dan penyakit bawaannya ini membuat gangguan akut pada fungsi lever korban sampai akhirnya meninggal dunia.
"Sesuai penelusuran pun memang betul bahwa anak meninggal ini sebelumnya menerima vaksin Sabtu (15/1/2022) di sekolahnya. Sempat diperiksa tim Puskesmas sampai akhirnya mengalami penurunan kesadaran dan dibawa ke RSUD Soekardjo ditangani para dokter dari Pokja KIPI," tambah dia.
Sedangkan, keluarga DMZ (10), siswa kelas V SDN Kersamenak Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, mengaku bahwa korban sebelumnya sehat dan tak menunjukkan gejala apa pun saat berangkat ke sekolah untuk divaksin, Sabtu (15/1/2022).
Bahkan, korban enggan diantarkan orangtuanya berangkat sekolah dan memilih untuk pergi sendiri memakai angkutan umum bersama teman-temannya.
Baca juga: Siswa SD di Tasikmalaya Meninggal Usai Vaksin, Dinkes: Akibat KIPI dan DBD
"Sebelum divaksin korban sangat sehat dan tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Dia malah enggak mau diantarkan bapaknya berangkat sekolah dan memilih pergi naik angkot bersama teman-temannya," jelas Jajang Suhendar (50), salah seorang pamannya, kepada wartawan di rumahnya, Selasa (18/1/2022).
Jajang menambahkan, korban pun masih bermain bersama temannya dan sehat usai pulang sekolah dan mendapatkan vaksin dari sekolahnya tersebut.
Namun, memasuki petang hari, korban mengalami badan lemas dan kejang usai mandi sore di rumahnya.
Korban pun lalu sempat dibawa ke Puskesmas Purbaratu untuk mendapatkan perawatan, tetapi malah dirujuk ke RSUD Soekardjo Kota Tasikmalaya sampai akhirnya meninggal dunia, Senin (17/1/2022). (K74-12)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Kita bisa akhiri pandemi Covid-19 jika kita bersatu melawannya. Sejarah membuktikan, vaksin beberapa kali telah menyelamatkan dunia dari pandemi.
Vaksin adalah salah satu temuan berharga dunia sains. Jangan ragu dan jangan takut ikut vaksinasi. Cek update vaksinasi.
Mari bantu tenaga kesehatan dan sesama kita yang terkena Covid-19. Klik di sini untuk donasi via Kitabisa.
Kita peduli, pandemi berakhir!
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.