Perlakuan tersebut lantaran pembuangan ayahnya dianggap aib oleh keluarga pamannya.
Dewi Sartika tumbuh sebagai orang yang menyaksikan penindasan terhadap kaumnya yaitu kaum perempuan.
Di masa itu, Perempuan Sunda dianggap lemah, selalu dikekang, tidak punya pilihan, dan praktik kawin paksa yang merajalela.
Berangkat dari situ Dewi Sartika muali bertekad untuk memperjuangkan hak-hak kaum wanita.
Menurut Dewi Sartika, hal pertama yang harus dilakukan untuk membenahi situasi itu adalah memberikan hak pendidikan kepada kaum perempuan.
Maka, pada tahun 1902 Dewi Sartika menghadap Bupati Bandung Martanegara untuk meminta izin mendirikan sekolah untuk remaja perempuan.
Gagasan Dewi Sartika itu disambut baik oleh sang bupati. Bahkan, Bupati Martanegara mempersilakan Pendopo Kabupaten Bandung untuk digunakan.
Pada tanggal 16 Januari 1904, sekolah perempuan pertama di Indonesia didirikan oleh Dewi Sartika dengan nama Sakola Istri atau Sakola Kautamaan Istri.
Dalam sekolah ini, kaum perempuan diajarkan keterampilan-keterampilan seperti membatik, memasak, menjahit, merenda, menyulam dan sebagainya.
Selain itu juga ada pelajaran-pelajaran seperti Bahasa Melayu, pelajaran agama, kesehatan, hingga pelajaran bahasa Belanda.
Pada awalnya, Sakola Kautamaan Istri hanya memiliki tiga orang pengajar, yaitu Dewi Sartika, Ibu Purma, dan Ibu Uwit.
Memasuki tahun 1905, Sakola Kautamaan Istri pindah dari Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung ke Jalan Ciguriang, karena peserta didiknya yang bertambah banyak.
Pada tahun 1909, bangunan Sakola Kautamaan Istri diperluas, hingga menghadap ke Jalan Kebon Cau, atau sekarang Jalan Kautamaan Istri.
Tahun 1909 itu pula Sakola Kautamaan Istri meluluskan angkatan pertama, dengan lulusannya mendapatkan ijazah.
Baca juga: Raden Dewi Sartika: Kehidupan, Gagasan, dan Kiprahnya
Atas kiprahnya yang memelopori Sakola Kautamaan Istri itu, Dewi Sartika sempat mendapat penghargaan bintang perak dari pemerintah Hindia Belanda.
Penghargaan Orde van Oranje-NAssau itu diberikan kepada Dewi Sartika saat ulang tahun ke-35 Sakola Kautamaan Istri pada tahun 1939.
Raden Dewi Sartika meninggal dunia pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya, akibat sakit yang dideritanya.
Pemerintah Indonesia pada tanggal 7 Oktober 1966 menetapkan Dewi Sartika sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya tersebut.
Sumber:
Kompas.com
Kemsos.go.id
Upi.edu