BANDUNG, KOMPAS.com - Krisis thalasemia di Kabupaten Bandung belum teratasi. Saat ini, Kabupaten Bandung menjadi salah satu daerah penyumbang thalasemia terbesar di Jawa Barat.
Wakil Ketua Persaudaraan Donor Darah Majalaya (PDDM) Hendi Resmawan mengatakan, wilayah penyebaran thalasemia di Kabupaten Bandung ada di delapan Kecamatan.
"Sangat urgen, saking banyaknya Majalaya menjadi penyumbang thalasemia terbesar di Jawa Barat. Sebarannya Kecamatan Majalaya, Paseh, Solokan Jeruk, Ibun, Ciparay, Kertasari, Cikancung, Cicalengka," katanya, Jumat (18/2/2022).
Untuk diketahui, thalasemia adalah kelainan darah bawaan yang membuat bentuk hemoglobin yang tidak normal.
Thalasemia mengakibatkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan anemia.
Dikatakan Hendi, tidak adanya Unit Transfusi Darah (UTD) di wilayah Majalaya menjadi kendala paling mendasar.
Pasalnya, ketersediaan darah menjadi kunci penyintas thalasemia bisa terus bertahan. Dalam satu bulan, kata Hendi, dibutuhkan 170 labu untuk 104 orang.
"RS Majalaya kan tidak memproduksi darah, kecuali ada yang donor. Jadi kalau mau cari stok darah, harus ke PMI Kota Bandung atau ke Soreang," ungkap Hendi.
"Frekuensinya beda-beda, ada yang 10 hari sekali, artinya dalam sebulan 3 kali transfusi. Satu anak itu butuh 2 labu. 1 labunya membutuhkan waktu 3 jam, jadi 2 labu 6 jam," sambungnya.
Hendi menyebut, tidak adanya UTD di wilayah Kabupaten Bandung menyebabkan banyak anak dengan thalasemia yang tidak tertolong.
Sebelum adanya kegiatan donor darah yang digelar oleh PDDM di wilayah Majalaya. Keluarga penyintas thalasemia mesti membawa pendonor ke PMI Kota Bandung.
"Begini, kendala utamanya adalah jarak, keluarga thalasemia harus menempuh jarak 2 sampai 3 jam bawa pendonor ke PMI yang di Kopo atau yang di Jalan Aceh Kota Bandung, pasti kelelahan, belum lagi di sana mengalami penolakan atau tidak di terima,"
"Nah, keluarga korban yang tergabung di PDDM itu ada yang sudah kehilangan anaknya, karena tidak tertangani. Ada yang punya anak 3 semua thalasemia, udah meninggal 2, tinggal satu, karena kekurangan darah ini," ujarnya.
Kebutuhan UTD di Majalaya, lanjutnya semakin mendesak lantaran kesadaran masyarakat akan donor darah semakin tinggi.
Jika harus terus mengandalkan kegiatan donor darah, Hendi khawatir tidak ada regenerasi yang melanjutkan.
"Kita sudah berupaya agar Majalaya punya UTD, karena kebutuhannya sudah sangat mendesak. Mau sampai kapan kita melakukan kegiatan ini ? Regenerasinya mau siapa ? Tapi kalau ada UTD, masyarakat yang kesadarannya sudah bagus ini, ketika mau mendonor sudah tak perlu ke Kopo atau ke Jalan Aceh lagi," tuturnya.
Hendi menyoroti keberadaan PMI Kabupaten Bandung yang sejauh ini terkesan lalai menyikapi kebutuhan darah untuk penyintas thalasemia.
Bahkan, setiap kegiatan donor darah yang digelar PDDM dari tahun 2021 sampai sekarang di dukung sepenuhnya oleh PMI Kota Bandung.
"Bahkan, kegiatan donor darah yang selalu dilakukan PDDM dukungan penuhnya dari PMI Kota Bandung. Aneh, yang punya wilayah malah abai dengan keadaan ini, tapi yang di luar wilayah itu mendukung penuh. Saya sampai bilang, udah PMI-nya pindah ke Majalaya aja," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.