Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perajin Tahu Tempe di Tasikmalaya Sepakat Mogok Produksi Selama 3 Hari

Kompas.com - 21/02/2022, 11:47 WIB
Irwan Nugraha,
Khairina

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Para perajin tahu tempe di Tasikmalaya sepakat mogok massal produksi secara nasional usai harga kedelai naik dari Rp 9.500 menjadi Rp 11.200 per kilogramnya mulai Senin (21/2/2022).

Aksi mereka mengikuti seruan seluruh perajin di Indonesia yang mengaku keberatan dengan bahan baku tahu dan tempe harganya terus naik selama sebulan terakhir.

Perajin di Tasikmalaya mengaku akan menghentikan produksi selama 3 hari sampai ada kebijakan pemerintah membantu turunnya harga kedelai saat ini.

"Kedelai naik lagi sudah tak terbendung harganya, makanya kami melakukan aksi ini. Sekarang harga kedelai lebih dari Rp 11.200 per kilogramnya. Kalau kita paksakan juga tak akan bisa menaikkan harga jual, apalagi saat pandemi naik lagi kasus Covid-nya," jelas salah seorang perajin tahu asal Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Imin Muslimin (43), kepada wartawan, Senin pagi.

Baca juga: Tahu Tempe Menghilang di Pasar, Ibu-ibu Kebingungan

Imin menambahkan, selama sebulan terakhir harga bahan baku kedelai terus merangkak naik hampir tiap pekan.

Padahal, harga tahu dan tempe di pasaran belum bisa dinaikkan akibat kesulitan ekonomi masyarakat di masa pandemi.

Sehingga, sesuai arahan organisasi himpunan perajin tahu dan tempe sepakat ikut aksi mogok massal supaya diperhatikan nasibnya oleh pemerintah.

"Dulu Rp 9.500 per kilogram. Sudah sebulan naiknya. Kita akan aksi tutup sementara selama 2-3 hari. Apalagi kita juga selama itu belum bisa menaikan harga jual," kata Imin.

Imin yang juga Sekretaris Himpunan Pedagang Tahu Tempe (HPPT) Kota Tasikmalaya akan terus kompak mengikuti arahan secara Nasional supaya harga kedelai cepat turun.

Apalagi selama ini para perajin hanya mengandalkan penghasilan hidupnya dari produksi dan menjual tahu dan tempe.

"Kita menunggu respon pemerintah agar bisa mengatasi hal ini, dan agar semua masyarakat mengetahui bahwa bahan baku tahu tempe saat ini sedang melonjak. Karena harga jualnya mau dinaikkan gimana, mau harga tetap juga gimana," ujar dia.

Baca juga: Perajin Tahu Tempe di Kabupaten Bandung Bakal Mogok Produksi 3 Hari

Namun, jika tak ada perhatian dari pemerintah, pihaknya terpaksa akan menaikkan harga jual tahu dan tempe di pasaran.

Saat ini, harga tahu ukuran normal di pasaran Rp 300 per buahnya dan biasa dijual per kantong plastik Rp 3.000 yang isinya 10 buah.

"Solusinya kalau tetap tak bisa diatasi pemerintah maka harga jual tahu tempe akan kita naikkan 10-15 persen dari harga biasa. Ukuran tetap harga saja dinaikkan. Kita aksi Nasional serempak soalnya," ujar dia.

Imin beralasan jika tak ada kenaikan harga jual hasil produksi dan harga kedelai tak bisa turun dari harga sekarang hampir semua perajin mengalami kerugian.

Bahkan, dirinya selama sebulan terakhir sudah kehilangan omset sebanyak Rp 15 juta dengan keuntungan yang sangat tipis.

"Bahkan, jika hasil produksi sedang tak laku, malah mengalami kerugian saat melaksanakan produksi setiap harinya," jelasnya. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Bahas Program Makan Siang Gratis, Gibran: Ini Gagasan Konkret, Bukan Retorika

Bahas Program Makan Siang Gratis, Gibran: Ini Gagasan Konkret, Bukan Retorika

Bandung
Cara Pemkot Bandung Atasi Jeratan Rentenir

Cara Pemkot Bandung Atasi Jeratan Rentenir

Bandung
Dua Petani di Sumedang Tewas Tersambar Petir saat Berteduh

Dua Petani di Sumedang Tewas Tersambar Petir saat Berteduh

Bandung
Pesan Gibran di Karawang: Kalau Ada Serangan Jangan Dibalas

Pesan Gibran di Karawang: Kalau Ada Serangan Jangan Dibalas

Bandung
Akhir Kasus Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Mempelai Wanita Pilih Pisah dengan 'Suami'

Akhir Kasus Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Mempelai Wanita Pilih Pisah dengan "Suami"

Bandung
Cerita Kepala KUA Dijanjikan “Sesuatu” jika Bersedia Nikahkan Pasangan Sesama Jenis di Cianjur

Cerita Kepala KUA Dijanjikan “Sesuatu” jika Bersedia Nikahkan Pasangan Sesama Jenis di Cianjur

Bandung
Komitmen Berantas Korupsi, Mahfud MD: Kami Peluru Tak Terkendali

Komitmen Berantas Korupsi, Mahfud MD: Kami Peluru Tak Terkendali

Bandung
Didapuk Jadi Warga Kehormatan Sunda, Mahfud MD Dapat Sapaan Uwak

Didapuk Jadi Warga Kehormatan Sunda, Mahfud MD Dapat Sapaan Uwak

Bandung
Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur Diadakan secara Siri Setelah Ditolak KUA

Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur Diadakan secara Siri Setelah Ditolak KUA

Bandung
Mahfud Sebut Indeks Korupsi Indonesia Turun gara-gara Revisi UU KPK

Mahfud Sebut Indeks Korupsi Indonesia Turun gara-gara Revisi UU KPK

Bandung
Kasus Dugaan 'Bullying' Siswa SD di Sukabumi Dilaporkan sejak Oktober, Polisi Sebut Masih Diselidiki

Kasus Dugaan "Bullying" Siswa SD di Sukabumi Dilaporkan sejak Oktober, Polisi Sebut Masih Diselidiki

Bandung
Ralat Pernyataan, Mahfud MD Pastikan OTT KPK Sudah Cukup Bukti

Ralat Pernyataan, Mahfud MD Pastikan OTT KPK Sudah Cukup Bukti

Bandung
Tangis Wariha, Anak Kesayangannya Tewas Dianiaya Polisi di Subang: Salah Anak Saya Apa?

Tangis Wariha, Anak Kesayangannya Tewas Dianiaya Polisi di Subang: Salah Anak Saya Apa?

Bandung
7 Cara Unik Dedi Mulyadi Sosialisasikan Prabowo-Gibran: Lomba Joget Gemoy

7 Cara Unik Dedi Mulyadi Sosialisasikan Prabowo-Gibran: Lomba Joget Gemoy

Bandung
Kampanye di Tanah Kelahirannya Kuningan, Anies Tawarkan Program 'Pasar Amin'

Kampanye di Tanah Kelahirannya Kuningan, Anies Tawarkan Program "Pasar Amin"

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com