KOMPAS.com - Alun-alun adalah salah satu elemen dari Kota Bandung yang menjadi ruang publik yang banyak dikunjungi oleh masyarakat.
Alun-alun adalah sepetak lapangan luas yang biasanya terletak di depan sebuah pendopo atau keraton di masa kerajaan.
Di masalah lalu, penduduk setempat meyakini jika alun-alun memiliki kesan yang magis yakni dengan pohon beringin yang ditanam di tengah atau di setiap sisi alun-alun.
Selain itu, alun-alun memiliki kesan menakutkan karena pada masanya sering digunakan untukkegiataan formal "kenegaraan", termasuk pelaksanaan hukuman bagi pelaku kriminal.
Baca juga: 15 Tempat Kuliner di Jalan Braga Bandung, Banyak yang Legendaris
Dikutip dari nationalgeographic.grid.id, Miftahul Falah, Agusmanon Yuniadi, dan Rina Adyawardhina melakukan penelitian mengenai “Pergeseran Makna Filosofis Alun-Alun Kota Bandung pada Abad XIX-Abad XXI”.
Kota Bandung sendiri diresmikan oleh Daendels sebagai ibukota baru Kabupaten Bandung dengan surat keputusan tanggal 25 September 1810.
Dalam penelitian tersebut disebutkan jika Alun-alun Kota Bandung dibangun berdasarkan prinsip kosmologi yang merupakan wujud dari tata ruang kota.
Baca juga: Sejarah Braga Jalan Legendaris di Kota Bandung, Dulu Akses Menuju Gudang Kopi
Namun alun-alun adalah salah satu bagian dari tata ruang kota tradisional.
“Pada masa kerajaan, alun-alun merupakan batas antara wilayah sakral yakni keraton atau pendopo dan wilayah profan. Alun-alun menjadi tempat di mana kekuasaan raja terpancar ke seluruh negeri atau kabupaten,” tulis Miftahul.
Kala itu alun-alun juga digunakan rakyat sebagai tempat menghadap ke raja untuk menyampaikan pesan.
Baca juga: 6 Tempat Wisata Dekat Stasiun Bandung, Bisa Jalan-jalan di Braga
Menurut penelitian, selain kedudukan raja sebagai penguasa dunia, kedudukan raja juga sebagai pemimpin tertinggi keagamaan.
“Penegasan itu disimbolisasikan dengan dipusatkannya kegiatan ritual keagamaan penting di alun-alun dan keberadaan masjid di sebelah barat alun-alun menjadi simbol kekuasaan raja atau budaya di bidang keagamaan,” jelas Miftahul pada penelitiannya.
Alun-alun Bandung secara kosmologis menjadi batas antara wilayah sakral dan profan. Letak kosmologis Alun-alun Bandung berada di tengah-tengah antara pendopo dan gunung tangkuban perahu.
Pada saat Alun-alun Bandung dibangun, tata ruang Kota Bandung saat itu menyesuaikan dengan pendopo yang sebagai mikrokosmos.
Baca juga: 5 Tempat Sarapan di Jalan Braga Bandung, Makan Bubur Ayam dan Ngopi Pagi
Pendopo berada di selatan alun-alun dan gunung tangkuban perahu sebagai makrokosmos atau mahamerunya masyarakat bandung di sisi utara.
Selain itu sisi barat Alun-alun Kota Bandung terdapat masjid agung.
Alun-alun Bandung memiliki perbedaan dengan alun-alun yang ada di Kota Yogyakarta dan Surakarta.
Di kedua kota tersebut terdapat dua alun-alun di sisi utara dan selatan sehingga mengapit keraton. Ini menunjukkan keberadaan alun-alun pada masa Majapahit.
“Yogyakarta dan Surakarta merupakan pusat politik dari dua kerajaan, yakni Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kasunanan Surakarta. Sementara itu, Kota Bandung merupakan pusat politik Kabupaten Bandung sehingga tidak memiliki kesejajaran dengan kerajaan atau kesultanan,” tulis Miftahul.
Baca juga: Demi Dapat Bantuan, Warga Braga Bandung Pasrah Gang Apandi Ditutup
Selain itu saat dibangun sejak Mei hingga September 1810, Kabupayen Bandung adalah salah satu wilayah yang berada di bawah kekuasaan pemeritahan Hindia Belanda.
Saat masa kolonial, Alu-alun Kota Bandung tak ada perbedaannya saat masa kerajaan.
Hanya saja terdapat bangunan seperti penjara dan kantor asisten residen atau controleur pada sisi utara atau timur.
Di tahun 1930-an, bangunan babancong atau bangunan tempat untuk bupati berpidato saat acara-acara resmi atau untuk orang kepercayaannya menyampaikan pengumuman kepada rakyatnya telah menghilang.
Baca juga: Bermekaran, Indahnya Bunga Tabebuya di Jalan Braga, Bandung
Saat ini menurut tim peneliti, bangunan babancong hanya ada di Alun-alun Garut dan Manonjaya.
Hingga tahun 1940-an, masih terdapat dua pohon beringin besar di tengah-tengah Alun-alun Bandung dan enam buah pohon beringin lainnya.
Kedua pohon tersebut diberi nama Wilhelminaboom dan Julianaboom.
Sebelumnya masyarakat percaya jika pohon beringin adalah lambang kewibawaan bupati dengan kekuasaannya menjadi pengayom rakyatnya.
Namun pemerintah Hindia Belanda mengambil alih kepercayaan tersebut.
Baca juga: Sejarah Istana Djoen Eng di Salatiga, Dibangun Tahun 1921 dengan Biaya 3 Juta Gulden Belanda
Mereka membangun simbol kekuasaan Ratu Belanda atas wilayah Hindia Belanda dengan pemagaran alun-alun dan melakukan pergantian nama pohon beringin menjadi nama Ratu Belanda.
“Dalam perkembangannya, Alun-alun Bandung mengalami pergeseran baik secara simbolik maupun makna,” jelas Miftahul.
Alun-alun sudah menjadi lapangan luas yang terbuka untuk aktivitas warga dan bahkan pernag digunakan untuk pertandingan sepak bola.
Alun-alun Bandung telah mengalami revitalisasi pada tahun 1950-an oleh Pemerintah Kota Bandung dan menjadi taman kota yang terbuka.
Beberapa bangunan peninggalan masa lalu juga telah dijadikan cagar budaya oleh Pemerintah Kota Bandung.
Baca juga: 7 Hotel Sekitar Alun-Alun Kota Bandung, Harga di Bawah Rp 500.000
Di Alun-alun Bandung juga sempat ditambah dengan jembatan yang menghubungkan antara Alun-alun Bandung dengan Masjid Agung yang bertujuan mempermudah masyarakat yang akan beribadah.
Untuk menunjang aktivitas sosial, budaya, dan ekonomi, Pemerintah Kota Bandung telah membangun area parkir di bawah alun-alun atau basement yang juga digunakan untuk kegiatan ekonomi warga.
“Dengan revitalisasi yang telah dilakukan beberapa kali, Alun-alun Kota Bandung mengalami perubahan fungsi ke arah positif karena pada akhirnya dapat menjadi landmark baru bagi Kota Bandung,” tulis Jayanto pada penelitian sebelumnya.
Baca juga: Alun-alun Bandung dan 9 Tempat Wisata di Sekitarnya
Saat inilah yang membuat fungsi dan makna kesakralan Alun-alun Bandung mulai memudar.
Namun ia menyebut jika revitalisasi pada Alun-alun Bandung ini bertujuan untuk ketersediaan ruang terbuka yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh publik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.