KOMPAS.com - Berikut berita populer Bandung selengkapnya:
Kasus penipuan penjual minyak goreng di Kabupaten Bandung kini diambil alih Polresta Bandung.
Kapolresta Bandung Kombes Pol Kusworo Wibowo mengaku, pihaknya telah meminta keterangan dari saksi dan korban untuk kelengkapan penyelidikan lebih lanjut.
Sejauh ini, baru dua orang korban yang memberikan kesaksian kepada tim penyidik. Ia menyebut, tidak menutup kemungkinan korban bakal bertambah.
"Sejauh ini yang menjadi korban, melapor dan memberikan kesaksian kepada kami baru dua orang, atas nama E dan Y, total kerugiannya mencapai ratusan juta," ujarnya.
Baca juga: Polres Bandung Ambil Alih Kasus Penipuan Penjual Minyak Goreng di Kabupaten Bandung
Pihak Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon sudah mengeluarkan Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan (SKP2) untuk Nurhayati.
"Berdasarkan hasil penelitian, kami Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon belum mendapatkan niat jahat terhadap perbuatan Nurhayati. Sehingga pada hari ini, kami keluarkan SKP2 terhadap tersangka Nurhayati," kata Hutamrin, Kepala Kejaksaan Negeri Kabupaten Cirebon, Selasa (1/3/2022).
Hutamrin juga mengatakan, keputusan itu dilakukan agar menjelaskan status hukum Nurhayati. Namun untuk kasus dugaan korupsi yang dilakukan tersangka S, oknum Kepala Desa Citemu, tetap berlanjut.
Baca juga: Kejaksaan Negeri Cirebon Ungkap Alasan Pembatalan Status Tersangka Nurhayati
Usai kejadian tersebut, Dewan Kemakmuran Masji meminta seluruh PKL di sekitar menarai masjid pindah ke lokasi yang aman.
"Kami sudah meminta para PKL di sekitar Taman Sintetis masjid dekat menara yang roboh untuk segera mengosongkan dan pindah ke lokasi aman. Itu untuk menjaga hal-hal yang tak diinginkan," jelas Ketua DKM Masjid Pemkab Tasikmalaya Hasan Basri, kepada wartawan, Rabu (2/3/2022) siang.
Sementara itu, Dani (39) salah seorang pedagang di lokasi mengaku, selalu melihat menara bergoyang setiap kali terjadi hujan disertai angin.
Bahkan saat pembangunan menara di Taman Sintetis sekitas masjid dilakukan, dia mengaku melihat besi yang dipasang berukuran kecil. Menurut Dani, hal itu berbeda dengan pembangunan menara depan yang dibangun pada 2009, terlihat sangat kokoh dengan struktur besi berukuran besar.
Baca juga: Menara Masjid Pemkab Tasikmalaya Roboh, PKL Sebut Bangunan Selalu Goyang Setiap Hujan Angin
Padahal, orang tersebut tidak pernah melakukan PCR.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung Asep Gufron menduga hal tersebut terjadi karena salah input.
"Ini baru pertama kali terjadi di Kota Bandung. Tapi PCR itu kan pakai NIK, bisa saja salah input. Salah input satu nomor saja kan pasti beda," kata Asep saat dihubungi, Rabu (2/3/2022).
"Kita minta bantu cari identitas orang yang merasa tidak di-PCR tapi ada hasilnya positif. Kalau tidak kita imbau orang yang bersangkutan lapor ke kami dan kami siap fasilitasi," tambah dia.
Baca juga: Tak Pernah Tes PCR, Warga Bandung Dinyatakan Positif Covid-19 oleh RS, Ini Penjelasan Satgas
Di kampung tersebut pasangan suami istri memiliki anak di atas lima orang bahkan ada yang lebih dari 10 orang.
Jumlah anak yang banyak dari tiap keluarga di dua RT yang ada di Kampung Sidereang, dikarenakan banyak warga menolak ikut program Keluarga Berencana (KB).
"Selain KB, vaksin juga nolak, tapi kalau dari kelompok mereUndang Wahyu, Kepala Dusun III Desa Cintanagara Kecamatan Cigedug, Rabu (2/3/2022) saat ditemui di Kantor Kecamatan Cigedug.
Baca juga: Kampung di Garut Ini Warganya Rata-rata Punya Banyak Anak hingga Belasan, Kartu Keluarga 2 Lembar
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: M. Elgana Mubarokah, Irwan Nugraha, Putra Prima Perdana, Ari Maulana Karang | Editor : Gloria Setyvani Putri, Michael Hangga Wismabrata, Khairina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.