Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rendra, 10 Jam Terjebak Macet di Gentong Tasikmalaya hingga Tidur Pakai Kardus di Pinggir Jalan

Kompas.com - 06/05/2022, 17:12 WIB
M. Elgana Mubarokah,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Selama 10 jam, Rendra Satya Guna (38) beserta keluarganya menghabiskan waktu di jalan untuk kembali pulang ke perantauan.

Setelah satu minggu penuh ia berlebaran di kampung halaman sang istri, tepatnya di Ciamis, Jawa Barat. Kini sudah waktunya bagi Rendra untuk kembali mengais rezeki.

Meski harus menghabiskan waktu berjam-jam di jalan, ia tak punya pilihan. Pasalnya, waktu untuk kembali bekerja tinggal menghitung hari.

"Soalnya Senin itu sudah masuk kerja, jadi kemarin sama istri mutusin untuk pulang cepat," katanya saat ditemui di Cileunyi, Jumat (6/5/2022).

Baca juga: Masuk Indonesia Untuk Ambil Kembang Api dan Petasan, 4 Warga Malaysia Diamankan Satgas Pamtas

Selama di perjalanan tadi, Rendra bercerita soal kemacetan. Ia mengaku berangkat dari Panjalu, Ciamis, Jawa Barat, pukul 00.00 WIB pada Kamis (5/5/2022).

Keputusannya untuk berangkat dini hari dengan menggunakan sepeda motor bukan tanpa alasan.

Bak seorang polisi, ia dan sang istri memprediksi lalu lintas di Gentong, Malangbong, Limbangan, dan Nagreg akan mengalami kemacetan, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Khawatir itu terjadi, akhirnya keputusan itu diambil. Rendra beserta istri dan anaknya nekat berangkat menuju Kiaracondong, Kota Bandung, pada dini hari.

"Karena sejak sekolah dulu, kalau mudik pasti macetnya di situ, ngobrol sama istri akhirnya pulang tengah malam," kata Rendra.

Baca juga: Puncak Arus Balik Pemudik di Terminal Leuwi Panjang Diprediksi H+6 Lebaran, Bus Tujuan Jabodetabek Banyak Diminati

Apa yang ditakutkan Rendra dan istrinya terjadi. Membeludaknya arus balik yang didominasi pemudik dan wisatawan membuat perjalanannya tersendat.

Tak main-main, 10 jam ia habiskan di sepanjang kawasan Tasikmalaya sampai ke Tanjakan Gentong.

"Ya kaget, ternyata orang-orang juga banyak yang berangkat tengah malam. Akhirnya kita kejebak macet, berangkat tengah malam sampai Cileunyi pas jam 12.00 siang," tutur dia.

Rendra mengaku selama perjalanan kerap berbicara dan bertukar informasi dengan sesama pengendara, baik roda dua maupun empat.

Hal itu bisa ia lakukan lantaran di tanjakan Gentong dalam satu jam hanya bisa melaju sepanjang 2 kilometer.

"Di jalan saya nanya polisi, nanya pengemudi lain, katanya di sana kemacetannya sampai 20 kilometer," ujarnya.

Baca juga: Tanjakan Gentong Tasikmalaya Macet, Pemudik: 1 Jam Hanya Melaju 2 Kilometer

Sempat terpikirkan oleh Rendra untuk mencari jalur alternatif. Namun sayang, hampir semua jalur alternatif yang bisa membawanya lebih cepat sampai ke Bandung pun mengalami hal serupa, macet.

Sang istri dan anaknya, kata Rendra, mengeluhkan kemacetan tersebut. Bahkan, beberapa kali sang anak menangis.

"Iya, anak saya nangis, karena mungkin kaget lihat kemacetan kayak gitu, mungkin capek juga," tuturnya.

Tak hanya mereka berdua, Rendra juga mengaku lelah. Bahkan, beberapa kali ia beristirahat di badan jalan.

"Saya juga capek, sempat tidur pakai kardus di pinggir jalan," kata Rendra.

Kemacetan yang terjadi, sambung dia, berbeda dengan arus mudik kemarin. Saat itu, kemacetan hanya terjadi di Nagreg dan Limbangan.

"Beda banget, kemarin waktu arus mudik, kata saya segitu mah lancar, cuma di Nagreg sama Limbangan itu juga enggak lama," tambahnya.

Terhambat barang bawaan

Selain karena kemacetan, Rendra mengaku perjalanannya terhambat oleh barang bawaan dari kampung halaman sang istri.

Ia tak tega jika harus menolak pemberian dari mertuanya.

"Ini barang bawaan juga agak sedikit menganggu, tapi gimana, ini dikasih mertua," ujarnya.

"Isinya bahan makanan mentah, sama makanan ciri khas Ciamis kebanyakan," sambung dia.

Baca juga: Kemacetan Sepanjang 20 Km di Gentong Tasikmalaya, Polisi Berlakukan One Way

Meski membawa cukup banyak barang, Rendra mengaku sudah cukup kuat mengikat barang bawaannya.

Hal itu dilakukan agar tidak ada insiden yang tidak diinginkan seperti kecelakaan.

"Soalnya tadi di jalan banyak juga yang barang-barangnya jatuh mungkin kurang kuat atau udah kendur talinya, itu kan bisa bikin kecelakaan," tuturnya.

Tahun lalu sempat memaksa mudik

Seperti diketahui, membeludaknya arus mudik atau arus balik pada Lebaran 2022 ini lantaran pemerintah sempat melarang masyarakat untuk mudik selama dua tahun, pada rentan waktu 2020-2021.

Namun, bagi Rendra, larangan itu bukan alasan. Ia mengaku selama tahun 2020 dan 2021 ia tetap melaksanakan mudik.

"Memang salah, tapi saya mudik waktu itu, lewat jalan alternatif," ujarnya.

Kondisi arus mudik dan balik pada saat itu jelas lebih berbeda. Hal itu ditengarai menjadi penyebab sang anak kaget dan menangis menghadapi kemacetan arus balik tahun ini.

"Jauh sekali perbedaannya, mungkin itu yang buat saya kaget dan anak istri juga liat kondisi macet tahun sekarang," kata Rendra.

Baca juga: Jalur Gentong Tasikmalaya Macet, Warga: Keluar dari Pangandaran sampai 22 Jam

Meski sudah menghabiskan waktu berjam-jam di jalan, Rendra mengaku tak menyesal melakoni mudik tahun ini.

Pasalnya, melepas rasa rindu pada keluarga di kampung halaman lebih penting dibanding apa pun.

"Alhamdulilah enggak nyesel, tapi ketemu keluarga di sana itu buat saya seperti mengisi baterai buat kembali beraktivitas di Bandung," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Kronologi 2 Ormas di Bandung Bentrok hingga 1 Orang Tewas, Berawal dari Tersenggol

Bandung
Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Kayla Meninggal Usai Lari 7 Putaran 12 Menit Saat Seleksi Paskibraka

Bandung
Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Siswi SMA di Sukabumi Meninggal Saat Ikut Seleksi Paskibraka, Ini Kronologinya

Bandung
2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

2 Ormas Bentrok di Bandung, Polisi Belum Tetapkan Tersangka

Bandung
Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Persib vs Persebaya Besok, Polisi Larang Bonek Datang ke Bandung

Bandung
Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Kisah Pilu Nenek Rusmini, Rumahnya Ambruk Diterpa Hujan Deras

Bandung
Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Ratusan Rumah di Lebak Banten Terendam Banjir

Bandung
Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Protes Jalan Rusak, Warga Tanami Pohon Pisang di Jalan Depan Gerbang Kantor Pemkab Bandung Barat

Bandung
Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bukan Tak Diupah, Diungkap Motif Tukang Kebun Bunuh Majikan di Bandung

Bandung
Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Terungkap, Pria Dibunuh dan Dicor di Bandung Barat Direncanakan 2 Hari Sebelumnya

Bandung
Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Ijal yang Bunuh dan Cor Mayat Didi di Bandung Barat Sempat Menyamar Pakai Kostum Badut di Jakarta

Bandung
Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bentrok Maut 2 Ormas di Bandung, Polisi: Mereka Sudah Sepakat Berdamai

Bandung
BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

BI Banten Temukan 28 Lembar Uang Palsu Selama Ramadhan 2024

Bandung
Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bunga Bangkai Raksasa Mekar Sempurna di Kebun Raya Cibodas

Bandung
4 Bulan di 2024, Pasien DBD Kabupaten Kuningan Naik Lebihi Tahun 2023

4 Bulan di 2024, Pasien DBD Kabupaten Kuningan Naik Lebihi Tahun 2023

Bandung
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com